“Saya melihat BBM dari mobil disalin ke jeriken, sehingga terkumpul banyak sekali,” ungkap seorang warga Jalan Panglima Batur, yang dibincangi Kalteng Pos (JPNN Grup). Setelah jeriken terkumpul, selanjutnya diangkut ke kelotok dan dibawa entah kemana.
Meskipun areal pelangsir ini menumpuk jeriken sangat terbuka dan sudah diketahui oleh masyarakat umum, namun tidak pernah ada tindakan dari aparat. Aksi pelangsir ini, selain meresahkan warga, juga dikhawatirkan dapat menimbulkan kebakaran. Karena pernah peristiwa kebakaran melanda kawasan itu.
“BBM yang ditumpuk pelangsir, tidak dijual kepada warga sekitar, kami pernah melayangkan surat keberatan,” beber pria yang cukup lama bermungkin di kawasan bawah ini. Keberadaan pelangsir yang tiap hari menumpuk BBM, membahayakan rumah warga. Karenanya, mereka berharap pelangsir tidak menimbun BBM di daerah perumahan penduduk.
Sementara itu, kondisi harga eceran BBM di Muara Teweh tidak terkendali. Harga per liter berkisar Rp7.000-Rp 9.000. Sementara tidak ada imbauan maupun terguran terhadap para pengecer, padahal Pemkab Batara telah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) Rp5.500. (cah/al/fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Belum Kantongi HGU, Banyak PBS Perluas Lahan
Redaktur : Tim Redaksi