Lembaga pelindungan dan pengawasan konsumen di Australia memperingatkan para pengguna telepon genggam agar tidak menelepon balik panggilan dari nomer asal luar negeri. Peringatan dikeluarkan setelah diketahui jenis penipuan lewat telepon kembali marak di Australia.
Korban terbarunya adalah seorang anak laki-laki berusia 10 tahun asal Brisbane yang dibanjiri 'missed call' dari nomer telepon yang berawal +247.
BACA JUGA: Potensi Kembangkan Vaksin DBD dan Zika dari Vaksin Buaya
Kepada ABC Radio Brisbane, Leo Carrington mengatakan ia sedang mengerjakan pekerjaan rumah sepulangnya dari sekolah, saat mendapatkan sejumlah panggilan 'missed call' yang mencurigakan.
Teleponnya mencatat lokasi panggilan adalah dari Pulau Ascension di pesisir barat Afrika.
BACA JUGA: Kapal Pencari Pesawat MH370 Matikan Alat Pelacak
Ia awalanya mengabaikan panggilan tersebut, tetapi notifikasi 'missed call' berlanjut semalaman.
"Saat bangun saya mendapat 15 panggilan dan terus terjadi sejak itu," ujarnya.
BACA JUGA: Partai Buruh Ancam Tolak Dukung UU Intervensi Asing
Orangtuanya binggung mengapa anak laki-lakinya tersebut mendapat banyak panggilan internasional padahal baru seminggu memiliki nomor telepon dari operator Optus.
Mereka pun mencoba menelepon balik nomer tersebut. Keluarga Carrington masih belum tahu berapa harga panggilan tersebut.Resiko menelpon balik
Komisi kompetisi dan konsumen Australia (ACCC) mengatakan Scamwatch sudah menerima 50 ribu laporan sejenis soal penipuan lewat telepon tahun lalu, tapi hanya ada tiga kasus yang berasal dari Pulau Ascension.
"Biasanya yang terjadi adalah penelepon tesebut menelepon sekali, lalu ditutup, sehingga terlihat ada 'missed call' di telepon korban," ujar Delia Rickarr, wakil kepala ACCC. Leo Carrinton mendapatkan 15 kali missed call dari nomer asal Pulau Ascension
Supplied
"Kemudian korban menelepon kembali nomer tersebut, yang bisa disuruh menunggu, diputarkan lagu, atau bisa juga mengobrol."
"Maksudnya adalah agar menjaga mereka tetap tesambung telepon selama mungkin."
Delia mengatakan para scammer tesebut membuat uang dengan menjerat orang-orang untuk menelepon kembali nomer premium, yang sama seperti digunakan untuk layanan telepon hotline untuk ramalan atau sambungan telepon seksual."
Dalam 12 tahun terakhir, warga Australia telah membayar lebih dari $48 ribu, atau lebih dari Rp 480 juta, untuk penipuan lewat telepon premium ini.
Untuk mencegah tambahan biaya di tagihan telepon, Delia merekomendasikan untuk mengabaikan panggilan dari nomer dengan kode negara yang tak dikenal dan dari panggilan dengan awalan 19 atau 1900 dari Australia.
"Ini menjadi indikasi bahwa nomer itu adalah premium dan Anda akan membayar biaya ekstra untuk meneleponnya. Orang-orang menjadi korban karena mereka memberikan detail secara online.
ABC News Dari mana mereka dapat nomer kita?
Kartu telepon, atau SIM Card milik Leo baru aktif satu pekan sebelum ia menjadi target.
Delia mengatakan Leo sedang sial karena nomer teleponnya terpilih secara acak, tetapi sejumlah korban menjadi target karena mereka telah memberikan informasi saat daftar kompetisi atau aplikasi telepon.
"Sekarang ini kita diminta untuk mengisi survei sampai sejenisnya secara online, dan di banyak keadaan informasi tersebut dikumpulkan dan dijual," tambahnya.
ACCC menghimbau mereka yang tinggal di Australia untuk melaporkan pengalamannya ke situs Scamwatch.
Simak beritanya dalam bahasa Inggris disini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Tewas Dan Ribuan Dievakuasi Akibat Banjir Jakarta dan Sekitarnya