jpnn.com - PRIA dengan kondisi penis bengkok sering merasa rendah diri karena takut mengecewakan pasangan di atas ranjang. Tapi kini kondisi tersebut memiliki pilihan pengobatan yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA).
Baru-baru ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (Food and Drug Administration atau FDA) telah menyetujui obat Xiaflex untuk mengobati penyakit Peyronie, yaitu suatu kondisi yang menyebabkan kelengkungan atau bengkok di penis, yang dapat membuat sulit bagi pria untuk mencapai ereksi atau membuat ereksi terasa sangat menyakitkan.
BACA JUGA: Manfaatkan Medan Magnet untuk Atasi Migren
Kelengkungan ini disebabkan oleh jaringan parut di bawah kulit penis yang dirasakan sebagai benjolan, yang dapat terjadi setelah cedera pada penis, seperti pembuluh darah yang pecah yang terjadi saat berhubungan seks atau kegiatan atletik.
Tidak diketahui persis berapa banyak jumlah laki-laki yang mengalami penyakit Peyronie. Tapi diperkirakan sekitar 1 sampai 3 persen, menurut Weill Cornell Medical College.
BACA JUGA: Berjemur Bisa Turunkan Resiko Stroke
Jumlah ini bisa jadi lebih banyak karena beberapa pria mungkin tidak tahu bahwa mereka mengalami kondisi tersebut, atau mungkin malu mengungkapkannya.
Selama ini beberapa obat telah digunakan untuk mengobati penyakit Peyronie, tapi tidak ada obat yang benar-benar khusus ditujukan untuk pria penderita penis bengkok. Xiaflex adalah obat pertama yang disetujui secara khusus untuk tujuan mengobati penyakit Peyronie.
BACA JUGA: Autisme pada Anak Perempuan Lebih Sulit Dikenali
"Persetujuan hari ini memperluas pilihan pengobatan yang tersedia untuk pria yang mengalami penyakit Peyronie," kata wakil direktur Divisi Tulang, Reproduksi dan Urologi di Pusat Evaluasi dan Penelitian Obat FDA, Dr. Audrey Gassman, seperti dilansir laman Huffington Post, Kamis (23/1).
Xiaflex adalah obat untuk pria yang memiliki benjolan di penis yang menyebabkan kelengkungan minimal 30 derajat pada ereksi. Xiaflex memecah jaringan ikat yang menyebabkan deformitas.
FDA melakukan persetujuan berdasarkan dua kali pengujian, yakni percobaan dikontrol pada 832 pria dengan penyakit Peyronie yang diikuti selama satu tahun. Obat ini secara signifikan mengurangi kelengkungan penis dan gejala dibandingkan dengan plasebo.
"Efek samping yang paling umum dari obat itu adalah hematoma penis (kumpulan darah di bawah kulit), pembengkakan penis dan nyeri penis. Obat ini juga dapat memiliki efek samping yang serius, termasuk fraktur penis. Maka dari itu, dokter harus menjalani sertifikasi sebelum mereka dapat meresepkan obat ini," kata jubir FDA. (fny/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jalan Kaki Lebih Lama, Turunkan Risiko Stroke
Redaktur : Tim Redaksi