Penjara Hati, Sebuah Pameran dari Nuraeni

Kamis, 15 Juni 2023 – 18:34 WIB
Pameran lukisan Penjara Hati. Foto: source for JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Buat Anda pencinta lukisan, datanglah ke Energy Buliding Jakarta. Di sana berlangsung pameran tunggal karya Nuraeni HG, pada 14-16 Juni.

Pameran lukisan Nuraeni HG sebenarnya merupakan bagian dari presentasi diri atas pengalaman hidupnya.

BACA JUGA: Istri Mendiang Shinzo Abe Terharu Menerima Hadiah Lukisan SBY

Nuraeni HG adalah istri kedua mendiang maestro seni lukis Indonesia Hendra Gunawan.

Pertemuan Nuraeni dengan Hendra Gunawan di Rutan Kebon Waru, Bandung bukanlah sebuah kebetulan.

BACA JUGA: Edo Makarim Gelar Pameran Lukisan Tapak Katresnan

Foto: source for JPNN

Nuraeni yang memiliki kecintaan dan ketertarikan di dunia kesenian telah mewarnai proses berkeseniannya.

BACA JUGA: Melirik Lukisan Kulit Kayu yang Keren dari Papua, Sudah Tembus Pasar Global

Dimulai dari menyanyi tunggal, paduan suara, bermain drama, menjadi mayoret dan memimpin kelompok drumband di organisasi Pemuda Rakyat, yang selanjutnya menyeret dirinya pada permasalahan peristiwa tragedi kemanusiaan 1965.

Melalui proses panjang, Nuraeni menjalani dan menerima segala tuduhan yang kemudian menyeretnya sebagai tahanan politik dan dikirim ke Rutan Kebon Waru.

Saat menjalani tahanan politik di Kebon Waru, Nuraeni bersama beberapa kawannya mendapat kesempatan belajar melukis yang dibimbing langsung oleh Hendra Gunawan.

 

Di studio kerja Hendra Gunawan Penjara Kebon Waru, Nuraeni pun terus mengasah kepiawaiannya. Karena kepiawaian itu pulalah dia telah dipercaya turut terlibat berkolaborasi bersama Hendra Gunawan dan pelukis lainnya dalam sebuah proyek seni sebuah pesanan lukisan.

Pada 1972 Nuraeni dinyatakan bebas, dan selama masa kebebasannya Nuraeni terus berkarya.

Enam tahun kemudian, Hendra Gunawan dinyatakan bebas, Nuraeni yang telah menikah di Penjara Kebon Waru memiliki waktu dengan sang maestro untuk kembali menjalani kehidupan bersama dan terus melukis.

Nuraeni maupun Hendra Gunawan, keduanya saling menghormati pada titik pencapaian masing-masing.

Mereka seperti saling memberikan pengaruh atas pemikiran dan pengalaman pribadinya sebagai seniman, termasuk gagasan, teknik maupun pemilihan warna yang dihadirkan.

"Bagi seorang Nuraeni HG, bisa jadi, lukisannya adalah sebuah bidang kiasan tentang ‘penjara hati.’ Bidang lukisan yang diperkenalkan pada Nuraeni, di sekitar akhir 1960-an, adalah bidang imajinasi tentang ‘jendela’ yang justru mengunggulkan cara-cara penggalian dan pengungkapan dunia-dalam diri manusia," kata Rizki A. Zaelani selaku kurator pameran.

"Nuraeni tak menghayati jendela lukisan sebagaimana para pelukis pemandangan alam membayangkan hamparan keindahan alam yang terletak ‘di balik’ bingkai kanvas lukisan," imbuhnya.

Menurut Rizki, Nuraeni belajar mengenal dan memahami bahwa pokok yang molek dalam ekspresi sebuah lukisan justru adalah kesatuan kekuatan hidup yang dipancarkan oleh interaksi kehidupan orang-orang biasa di antara hamparan alam yang tidak hanya indah tetapi juga mengandung misteri hidup yang tak terukur.

"Cara belajar Nuraeni membiasakan dirinya untuk memahami gambaran dinamika kehidupan orang-orang biasa sebagai wujud pernyataan ekspresi seni yang tidak biasa," ujar Rizki.

Nuraeni belajar melukis langsung dari seorang pelukis yang dinggap oleh para sejarawan seni sebagai salah satu bagian dari tiga sosok penting yang membentuk perkembangan seni lukis Indonesia, yaitu Sudjojono, Affandi, dan Hendra Gunawan.

Lukisan-lukisan Nuraeni adalah imajinasi tentang sebuah bidang lukisan sebagai jendela, yang dipahami secara jelas dan langsung sebagai ruang dan dinding penjara yang memisahkan dirinya dengan realitas hidup yang dipahami oleh masyarakat secara umum.

Ruang dan dinding-dinding penjara memisahkan Nuraeni dari ‘pemandangan’ tentang keluarga, teman-teman yang pernah dikenalnya, alam tatar Parahiyangan yang indah, atau realitas hidup keseharian mayarakat.

Tidak semua orang diharuskan untuk menjadi terbiasa menghidupi jeruji pemisah antara hidup yang dijalani dengan realitas bebas di luarnya.

"Sebagai sebuah pengalaman, Nuraeni tak hanya menerima ‘turunan’ format bentuk-bentuk dan cara-cara komposisional bidang gambar dari Hendra Gunawan. Dia juga manafsirkannya menjadi cara membentuk bidang gambar berdasarkan dunia perasaan yang dialaminya sendiri," kata Rizki.

Dia menggarisbawahi, setidaknya ada dua hal penting yang bisa dikenali dalam ekspresi lukisan-lukisan yang dikerjakan Nuraeni hingga saat kini.

Pertama. Bentuk, warna-warna, dan komposisi bentuk yang dikerjakannya tidak terpisahkan dari kekuatan unsur rasa.

Kedua. Seluruh ekspresi yang dinyatakan Nuraeni dilahirkan oleh semacam ‘logika’ penciptaan khas yang muncul dari ‘dimensi kenangan-kenangan’ tentang hidup. (*/jpnn)

Pameran Tunggal Lukisan Nuraeni HG

Karya-karya itu dibuat pada periode tahun 1970, 1978,1982, 1983, dan 2003.
Jumlah karya: 11 buah lukisan
Kurator: Rizki A. Zaelani
Kontributor: Yudha Bantono
Diresmikan oleh: Ibu. Endang Dipo (Pencinta Seni Indonesia, Jakarta)
14 Juni 2023 (pukul:16.00 – 20.00 WIB)
Penyelenggara: Galeri Zen1, Denpasar, Bali bekerja sama dengan Yayasan Nuraeni HG
Lokasi: The Energy Building Lt. MZ, SCBD Lot 11A Jl. Jenderal Sudirman Kav 52-53, Jakarta
Pameran: 15 – 16 Juni 2023 (pukul 13.00 – 20.00 WIB)


Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler