Penjelasan Benny Ramdhani setelah Video Siap Tempur Heboh di Media Sosial

Senin, 28 November 2022 – 20:34 WIB
Kepala BNP2MI Benny Ramdhani. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Ramdhani melayangkan klarifikasi setelah heboh video di media sosial yang merekamnya sedang berbicara dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Belakangan, video diketahui diambil sebelum pelaksanaan Nusantara Bersatu, sebuah acara yang diinisiasi sukarelawan Jokowi di Gelora Bung Karno, Sabtu (26/11). 

BACA JUGA: The Jokowi Center: Jangan Memusuhi Sukarelawan dan Rambut Putih

Benny dalam video tersebut mengaku sebagai sukarelawan Jokowi dan siap tempur menghadapi pihak-pihak yang dianggap melawan kepala negara. 

Dia dalam klarifikasinya mengatakan bahwa video yang tersebar luas di jagat media sosial tidak ditampilkan secara utuh. 

BACA JUGA: Ada Video Sukarelawan Siap Bertempur jika Jokowi Terus Digempur

"Saya yakin video itu video yang tidak utuh," kata Benny ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (28/11). 

Anggota DPD RI periode 2014-2019 itu mengatakan durasi video di media sosial jika ditampilkan secara utuh akan berlangsung 40 menit. 

BACA JUGA: Kode-Kode Jokowi Dinilai Mengarah kepada Ganjar Pranowo, Ini Buktinya

Sebab, kata Benny, pertemuan dirinya dengan Jokowi tidak dilakukan di acara tertutup, melainkan kegiatan bersama para sukarelawan lainnya. 

"Seharusnya dimuat secara utuh dan yang menyampaikan aspirasi, pandangan masalah, saran, usul kepada presiden kan tidak hanya saya," katanya. 

Benny mengatakan saat berbicara dengan Jokowi turut membahas tentang masalah kebangsaan dan kekhawatiran terhadap kondisi sosial seusai Pilpres 2019.

"Saya menyampaikan atas kondisi kebangsaan, perjalanan kebangsaan pasca-Pilpres 2019 ada harapan," ungkap mantan politikus Partai Hanura itu. 

Menurut Benny, masih ada kelompok yang terus menebar fitnah, hoaks, hingga adu domba setelah Pilpres 2019.

Dia mengaku menyesalkan tindakan tersebut. Terlebih lagi, kubu yang berbeda dengan Jokowi saat Pilpres 2019, yakni Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sudah berada di pemerintahan. 

"Atas dasar situasi tadi dengan cara-cara yang menurut saya antidemokrasi, bahkan merusak harmoni, bahkan menjadi ancaman perjalanan kebangsaan masa saya enggak boleh marah, masa rakyat Indonesia mayoritas enggak boleh marah? pasti marah, lah," kata Benny. (ast/jpnn)


Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler