Penjelasan Dirut Garuda Indonesia soal Penurunan Harga Tiket

Jumat, 15 Februari 2019 – 16:04 WIB
Pesawat Garuda Indonesia. Ilustrasi Foto: Jawa Pos Group/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Garuda Indonesia Group menurunkan harga tiketnya sebesar 20 persen, terhitung sejak Kamis (14/2). Perubahan harga berlaku untuk seluruh rute Garuda Indonesia, Citilink Indonesia, serta Sriwijaya Air-NAM Air Group.

Penurunan tarif itu merupakan tindak lanjut dari inisiasi awal Indonesia National Air Carrier Association (INACA). Sebelumnya, perubahan tarif baru berlaku di beberapa rute penerbangan Garuda.

BACA JUGA: Menhub: Harga Avtur Diharapkan Turun, Jangan Terlalu Tinggi

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra menuturkan, keputusan tersebut sejalan dengan aspirasi masyarakat dan sejumlah asosiasi industri nasional yang berkembang selama ini. Juga, sebagai upaya mendukung peningkatan sektor perekonomian nasional.

”Khususnya untuk menunjang pertumbuhan sektor pariwisata, UMKM, hingga industri nasional lainnya mengingat layanan transportasi udara memegang peranan penting dalam menunjang pertumbuhan perekonomian,” katanya.

BACA JUGA: Garuda Indonesia Group Turunkan Tarif Pesawat, Begini Respons Menhub

BACA JUGA: Harga Tiket Pesawat Mahal, Malas Pergi Liburan

Pria yang biasa disapa Ari Askhara itu berharap, penurunan harga tiket tersebut dapat mengerek jumlah penumpang. ”Kami selalu mencari keseimbangan sehingga jumlah pendapatan menjadi equal,” imbuhnya.

BACA JUGA: Klaim Avtur Mendominasi Harga Tiket Pesawat Patut Diragukan, Ini Sebabnya

Pada Januari yang termasuk low season, jumlah penumpang Garuda Indonesia mengalami penurunan 20 hingga 30 persen. ”Tetapi, dibandingkan dengan Januari tahun lalu, flat (jumlah penumpang, Red),” ungkapnya.

Ari memastikan, penurunan harga tiket pesawat sejalan dengan sinergi intensif dari seluruh pemangku kepentingan dalam memastikan akses masyarakat terhadap layanan transportasi udara tetap terjaga. Di sisi lain, sektor penunjang layanan dan tata kelola industri penerbangan juga tetap terjaga baik.

Baik dari aspek aksesibiltas masyarakat terhadap layanan transportasi udara serta business sustainability maskapai penerbangan di Indonesia. ”Akses masyarakat terhadap layanan transportasi udara dapat semakin terbuka luas,” katanya.

Garuda Indonesia Group pun bisa memberikan pelayanan penerbangan berkualitas dengan tarif tiket kompetitif.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengapresiasi keputusan Garuda dan berharap hal itu dapat diikuti maskapai penerbangan lainnya. ”Kesepakatan itu sendiri sudah disepakati oleh INACA untuk memberikan satu harga yang terjangkau untuk masyarakat,” ujarnya kemarin.

Menurut Budi, mengingat Garuda Indonesia Group merupakan market leader, semestinya penurunan harga akan diikuti oleh maskapai lainnya.

Terkait avtur yang dinilai menjadi pemicu mahalnya harga tiket pesawat, Budi mengatakan bahwa persoalan tersebut tengah dicari solusinya. Pemerintah akan melakukan dialog dengan corporate terkait penentuan harga avtur.

”Kemarin (Rabu, Red) memang ada diskusi tentang avtur, sudah dibahas, dan diharapkan harga avtur turun. Kalau pun Garuda menurunkan harga, ya harga avtur diharapkan turun. Jangan terlalu tinggi,” katanya.

Menurut Budi, semestinya ada formula penentuan harga avtur. ”Harga yang diberikan ke masyarakat harus bersahabat, tapi juga tidak merugikan Pertamina,” lanjutnya.

BACA JUGA: Ya Aneh kalau Bayar Bagasi Lebih Mahal daripada Harga Tiket

Sebelumnya, Pertamina dituding memonopoli harga avtur lantaran menjadi satu-satunya pemasok bahan bakar angkutan udara tersebut. Nah, salah satu yang siap meramaikan bisnis avtur di Indonesia adalah PT AKR Corporindo Tbk yang telah membentuk perusahaan patungan dengan British Pertroleum, raksasa migas asal Inggris. Perusahaan tersebut akan menggarap penjualan avtur di Indonesia.

Dengan demikian, nanti Pertamina tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan migas yang menjual avtur di tanah air. ”AKR sudah menandatangani joint venture dengan BP. Saat ini sedang tahap persiapan,” kata President Director PT AKR Corporindo Haryanto Adikoesomo.

Sementara itu, Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan, penetapan formula harga avtur masih terkendala izin dari PT Angkasa Pura.

”Soalnya dia yang memiliki bandara, lokasinya di bandara. Jadi, harus ada izin dari pihak bandaranya. Permennya sudah kami buat, tapi izin dari bandaranya belum,” jelasnya.

Dia menjelaskan, penetapan formula avtur berbeda dengan formula harga BBM umum. Sebab, ada biaya tambahan yang dikenakan oleh bandara. Penetapan formula harga juga melihat harga avtur di negara-negara tetangga. Sebab, selama ini pemasok avtur di Indonesia hanya Pertamina.

Menurut dia, harga avtur di Indonesia masih kompetitif jika dibandingkan dengan negara tetangga. ”Memang, Singapura paling murah. Kita di tengah-tengah,” tandasnya. (vir/lyn/fal)

Capaian Garuda Indonesia Domestik

Tahun   Jumlah Penumpang   Tingkat Keterisian

2013    24,965 Juta               74,07 Persen

2014    29,139 Juta               71,77 Persen

2015    32,961 Juta               77,21 Persen

2016    34,999 Juta               73,83 Persen

2017    36,237 Juta               74,65 Persen

Sumber : Garuda Indonesia

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Hari Kasih Sayang, Garuda Indonesia Group Turunkan Tarif Tiket Pesawat


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler