Penjelasan Dokter Ari soal Dua Mitos seputar Daging Kambing

Jumat, 01 September 2017 – 16:08 WIB
Pedagang menawarkan kambing yang siap dijadikan kurban, di Pasar Pon. Foto: ZAKI JAZAI/RADAR TRENGGALEK/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Bisa dipastikan, di Hari Raya Iduladha ini banyak warga masyarakat menikmati daging kurban, seperti kambing, sapi atau kerbau.

“Jika ingat daging kambing saya ingat beberapa mitos yang sangat diyakini masyarakat kebenarannya,” ujar Ari Fahrial Syam MD,PhD, FACP, staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), dalam keterangan tertulisnya.

BACA JUGA: Menu Khusus Ayu Ting Ting saat Iduladha

Mitos yang beredar di tengah masyarakat antara lain, pertama, makan daging kambing menaikkan tekanan darah.

Dengan mitos ini, masyarakat yang kebetulan diketahui tekanan darahnya rendah atau hipotensi (TD < atau = 90/60) akhirnya meningkatkan makan daging kambing agar tensinya naik.

BACA JUGA: Kulit Sapi Kurban Harganya Sebegini, Diolah lagi jadi Kerupuk dan Kikil

Tekanan darah rendah bisa disebabkan oleh berbagai hal. Bisa karena perdarahan, kurang minum sampai dehidrasi karena berbagai sebab, kelelahan atau kurang tidur.

Tensi yang rendah, kaka dokter Ari, juga dapat disebabkan karena gangguan pada jantung baik karena kelainan katup atau serangan jantung bahka gagal jantung.

BACA JUGA: Kompaknya Ayu Ting Ting Rayakan Iduladha Bareng Keluarga  

“Tapi pada sebagian masyarakat tanpa melihat kenapa TD-nya rendah langsung menkonsumsi daging kambing secara berlebihan. Kalau tensi turun karena gangguan jantung makan daging kambing justru akan fatal dan memperburuk keadaan,” ujar The Chairman of Indonesian Society of Digestive Endoscopy, itu.

Kedua, mitos torpedo kambing atau testis kambing akan meningkatkan gairah seksual atau sate kambing setengah matang meningkatkan gairah seksual.

“Ternyata hal ini pun tidak sepenuhnya benar. Memang testis kambing banyak mengandung testosteron yang dapat meningkatkan gairah seksual. Tetap sebenarnya peningkatan gairah seksual terjadi karena multifaktor dan tidak semata-mata berhubungan dengan makanan,” terangnya.

Daging kambing juga daging merah lain seperti daging sapi mengandung tinggi lemak. Lemak hewani biasanya mengandung lemak jenuh.

“Lemak jenuh ini banyak mengandung LDL lemak jahat yang bisa menumpuk pada dinding pembuluh darah kita,” ungkapnya.

Selain lemak, daging kambing juga mengandung protein hewani. Protein kita butuhkan untuk menggantikan sel-sel yang rusak dan sebagai zat pembangun.

“Daging kambing termasuk juga daging sapi yang akan menjadi santapan utama Hari Raya Kurban mengandung zat gizi yang memang kita butuhkan tetapi kalau jumlahnya berlebihan akan mengganggu kesehatan kita,” imbuhnya.

Dampak langsung akibat mengonsumsi daging kambing berlebihan adalah sembelit. Kalau kebetulan penyakit GERD, maka GERD-nya akan bertambah parah setelah menkonsumsi daging kambing berlebihan. Belum lagi efek jangka panjang berupa peningkatan kadar lemak dan kolesterol darah.

“Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan buat suadara-saudara kita yang siap-siap mengosumsi daging kurban, silahkan mengosumsi daging kurban dan jangan berlebihan. Dan jangan lupa imbangi banyak makan buah dan sayur mengurangi efek samping dari makan daging berlebihan,” saran dokter Ari.

“Salam sehat, selamat makan daging kurban dan tetap sehat,” pungkasnya. (sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Koarmatim Gelar Salat Iduladha Bersama Masyarakat Kompleks DBAL


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler