Penjelasan Ketua Panitia SNMPTN terkait Kasus SMAN 3 Semarang

Jumat, 13 Mei 2016 – 09:38 WIB
Foto ilustrasi dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Panitia SNMPTN 2016, Prof Dr H Rochmat Wahab, MPd, MA, mengatakan, penyebab ratusan siswa SMAN 3 Semarang tak lolos SNMPTN 2016  lantaran ada nilai tak terisi dalam database online sekolah favorit yang menerapkan sistem SKS ini. 

Rochmat menilai Kepala SMAN 3 Bambang Nianto Mulyo sembrono. "Kalau satu-dua orang (tak memasukkan nilai) itu kesalahan anaknya. Kalau mayoritas, itu pihak sekolahnya, kepala sekolah terlalu percaya pada adminnya, tidak dicek," ujar Rochmat. 

BACA JUGA: Kepala SMAN 3 Semarang Harus Tanggung Jawab

Dia menegaskan bahwa tidak lolosnya ratusan SMAN 3 Semarang dalam SNMPTN 2016 bukan karena sistem SKS yang dipakai oleh SMAN 3 Semarang. 

Sebab, formulir seleksi SNMPTN berdasarkan PDSS online, ternyata ada nilai yang tidak terisi. Padahal seleksi SNMPTN itu berdasarkan PDSS yang berisikan riwayat nilai rapor siswa dari tahun pertama hingga tahun terakhir siswa. 

BACA JUGA: Rektor Universitas Trisakti: Reformasi Belum Selasai

"Kepala sekolahnya itu yang tidak me-manage dengan baik. Bukan karena SKS-nya, buktinya ada yang memakai sistem SKS bisa lulus. Mereka (SMAN 3 Semarang) menyalahkan. Yang jelas mereka nggak mengikuti apa yang harus diisi," jelas dia, Rabu (11/5). 

Tanggung jawab pengecekan PDSS menurut dia, terletak di tangah sekolah.  "Ini pelajaran buat semua, sekolah tidak boleh sembrono," imbuhnya.

BACA JUGA: Agar Tak Lagi Salah Pilih Kampus

Seperti diketahui, SNMPTN adalah seleksi yang memakai komputer dan sistem berdasarkan Pangkalan Data Sekolah & Siswa (PDSS) online. PDSS ini memuat data-data siswa, termasuk riwayat nilai rapor dari tahun pertama hingga tahun terakhir siswa.  

Sekolah diharuskan memiliki database siswa hingga riwayat nilai rapornya dan mengunggahnya ke sistem yang dinamakan PDSS online. Dari sistem ini, setiap siswa akan memperoleh password yang berbeda dan kemudian password ini dibagikan dari sekolah ke siswa.

Melalui password yang dimiliki, siswa memverifikasi data dan kemudian mendaftar SNMPTN memilih 2 jurusan dari 2 PTN, salah satu PTN harus berada di kota asal siswa. Siswa juga diminta mengunggah fotonya, kemudian siswa nanti akan mendapatkan kartu tanda pendaftaran.

Kepala sekolah memberikan rekomendasi pada setiap siswa yang mendaftar. Bagi yang mendaftar di cabang olahraga dan seni, harus pula mengunggah portofolio karya dan prestasinya. Proses seleksi berdasar data-data akademis selama bersekolah di SMA itu.

Nah, dasar seleksi SNMPTN adalah dari riwayat nilai-nilai siswa itu. 

Rochmat mengatakan, ada nilai-nilai yang tidak diisi dalam PDSS itu sehingga mengurangi bobot nilainya.  "Peserta sekolah sudah diberi info, silakan menentukan kelas XII pakai kurikulum yang mana. Kalau SKS ikuti apa yang harus diisi, mereka tidak mengikuti itu. Kekeliruan mengisi di PDSS, ada yang nilainya tidak dimasukkan di formulir. Itu yang menyebabkan mereka banyak yang nggak lulus," ungkap Rochmat.

Ketika ditanya bagian formulir mana yang tidak diisi, Rochmat yang juga Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini menjawab. 

"Nilai pelajaran tertentu semester 1 atau 3 tidak terisi dan itu menyebabkan di sistemnya tidak tercatat. Kalau tidak mengisi angka kan nggak ada nilainya. Kan ada beberapa pelajaran agama, bahasa Indonesia, matematika. Nah, mata pelajaran yang tidak dimasukkan (nilainya), kan berkurang nilainya, tidak satu-dua yang yang tidak meng-upload (nilai) itu". (den/fai/aro/ce1/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Negara-negara Asia Tenggara Tingkatkan Kerja Sama Pendidikan Vokasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler