Penjelasan Lengkap Coki Aritonang setelah Dijewer & Diusir Edy Rahmayadi, Ternyata

Selasa, 28 Desember 2021 – 15:51 WIB
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi saat memberikan sambutan dalam penyerahan bonus kepada atlet PON XX Papua, di Aula Tengku Rizal Nurdin rumah dinas gubernur, Senin (27/12). Foto: Dok Dinas Kominfo Sumut

jpnn.com, MEDAN - Gubernur Sumut Edy Rahmayadi diduga telah menjewer dan mengusir pelatih biliar Khoiruddin Aritonang.

Khoiruddin Aritonang angkat bicara terkait peristiwa yang dialaminya.

BACA JUGA: Detik-Detik Gubernur Edy Rahmayadi Mengamuk, Menjewer & Mengusir Coki Aritonang

Pria yang akrab disapa Coki itu mengaku heran dirinya ditegur oleh Edy Rahmayadi hanya karena tidak memberi tepuk tangan terhadap kalimat sambutan mantan ketua umum PSSI itu.

"Sekarang begini, karena tak tepuk tangan, apa yang mau ditepuktangankan?," kata Coki Aritonang kepada wartawan, Selasa (28/12).

BACA JUGA: Edy Rahmayadi Bawa Kabar Baik dari Madina: Alhamdulillah

Dia mengaku tidak bertepuk tangan karena menilai apa yang disampaikan oleh Edy Rahmayadi itu hal yang biasa saja.

"Tak ada yang spektakuler yang dia lakukan, kecuali ada program spektakuler yang dimunculkan, wajar kalau aku tidak tepuk tangan, dia (gubernur) tersinggung," sebutnya.

BACA JUGA: Indonesia vs Thailand: Shin Tae Yong Beberkan Trik Menjinakkan Gajah Perang

Coki mengatakan bukan hanya dirinya yang tidak bertepuk tangan saat Edy acara itu. Sebagian peserta lainnya juga melakukan hal yang sama.

"Bukan aku sendiri yang tak tepuk tangan karena kan di situ ramai-ramai," jelasnya.

Setelah dijewer oleh Edy di hadapan peserta lainnya, Coki Aritonang turun dari panggung dan keluar dari tempat acara.

Dia mengaku memang berniat untuk keluar sebelum akhirnya diusir oleh Edy Rahmayadi. 

"Setelah dijewer dibilangnya sontoloyo, saya tinggalkan dia (gubernur). Di pintu keluar dibilang sama Pak Gubernur, "kalau yang tak suka acara itu silahkan keluar"," ungkapnya.

Coki juga membantah informasi yang menyebutkan bahwa dirinya tertidur saat Edy Rahmayadi sedang memberikan kata sambutan sehingga dia tidak tepuk tangan.

"Tidak, aku tak tertidur. Sumpah demi Allah. Aku dengarkan Pak Gubernur berbicara," jelasnya.

Coki mengaku menyesalkan sikap mantan Pangkostrad itu.

Sebab, menurutnya Edy sebagai sosok pemimpin di Sumut harusnya menjadi panutan.

Dia menilai yang dilakukan oleh Edy Rahmayadi sangat mempermalukan dirinya sendiri sebagai orang nomor satu di Sumut.

"Dia gubernur, janganlah seperti itu. Baru kali ini lihat pemimpin, orang tidak tepuk tangan saat dia (usai) berbicara, dia marah," kesal Coki.

Sebelumnya, peristiwa itu terjadi saat penyerahan bonus kepada atlet dan pelatih berprestasi di PON XX Papua, di aula Tengku Rizal Nurdin, rumah dinas gubernur Sumut, Senin (27/12).

Dalam video yang beredar di grup WhatsApp, Edy saat itu tengah memberikan kata sambutan dalam acara tersebut.

Edy Rahmayadi mengingatkan tugas ke depannya lebih berat, karena Sumut akan menjadi tuan rumah PON 2024 bersama Aceh.

Dia berharap KONI Sumut bersama Dinas Pemuda dan Olahraga benar-benar melakukan pembinaan sehingga mendapatkan atlet-atlet yang mampu mengharumkan nama Sumut di level nasional.

"Kalau sudah jaya Sumatera Utara ini, mau kau ambil semua, ambil," ujar Edy yang disambut tepuk tangan peserta.

Namun, tiba-tiba Edy melihat Coki Aritonang tidak bertepuk tangan. Sontak, Edy pun langsung geram.

"Yang pakai kupluk itu siapa? Kenapa tak tepuk tangan," ujar Edy sambil menunjuk ke arah Coki.

Pria berpangkat terakhir letjen TNI itu lantas memanggil Coki untuk naik ke atas panggung. "Atlet apa kau?" tanya Edy.

"(Pelatih) biliar," jawab Coki.

Edy pun lalu mengatakan bahwa Coki tak pantas untuk menjadi seorang pelatih.

"Tak cocok jadi pelatih ini," ujar Edy.

Pria kelahiran 10 Maret 1961 itu lantas menjewer telinga Coki.

Coki pun langsung keluar dan meninggalkan Edy serta peserta yang hadir. 

Setelah itu, Edy meminta KONI dan Dispora untuk mengevaluasi cabang olahraga biliar.

"Evaluasi, Kadispora, Ketua KONI, yang tak pantas, tak usah dipakai lagi," tegas Edy.

Dalam acara tersebut, Edy menyerahkan bonus kepada 148 orang atlet dan pelatih. Bonus yang diberikan mencapai Rp 11 miliar.

Edy Rahmayadi mengatakan bonus tersebut merupakan penghargaan atas perjuangan para atlet yang telah mengharumkan nama Sumut di level nasional.

Edy menyebut mereka yang mendapat bonus itu merupakan para atlet dan pelatih dari 29 cabang olahraga (cabor) peraih medali di PON Papua.

Sumut sendiri meraih 10 medali emas, 22 perak dan 23 perunggu, pada laga yang berlangsung Oktober 2021.

Masing-masing atlet peraih medali emas mendapat Rp 250 juta, perak Rp 125 juta, dan perunggu Rp 75 juta.

Sementara pelatih yang atletnya meraih medali mendapat bonus Rp 100 juta untuk emas, Rp 75 juta perak, dan Rp 50 juta perunggu. (mcr22/jpnn)


Redaktur : Soetomo
Reporter : Finta Rahyuni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler