Penjelasan Lengkap soal Kostum Bercadar Bawa Senjata Mainan

Minggu, 19 Agustus 2018 – 16:35 WIB
Siswa TK Kartika memakai kostum bercadar dan menenteng senjata mainan, Sabtu (18/8). Foto: Radfan Faisal/Radar Bromo

jpnn.com, PROBOLINGGO - Pawai atau karnaval anak-anak PAUD dan TK di Kota Probolinggo, Jatim, sebagai rangkaian peringatan HUT RI ke-73, Sabtu (18/8), jadi heboh gara-gara ada beberapa peserta mengenakan kostum bercadar dan menenteng senjata mainan.

Peserta pawai itu diketahui dari TK Kartika V-69. Banyak warga Kota Probolinggo yang menonton dan mengunggahnya ke sosial media, lantas kostum pawai sekolah ini menjadi perbincangan.

BACA JUGA: Temuan Polri soal Pawai Bocah TK Bercadar di Probolinggo

Beberapa warga yang telah menonton pawai juga ada yang dibuat terkejut. Apalagi setelah ramai di sosial media. Alhasil, sekolah maupun panitia, menjadi sasaran kritik.

“Ini gurunya harus jeli. Selain itu juga dari panitia atau pihak yang terkait lainya. Saya saja memandangnya kok sedikit serem. Wajar jika ada yang memandang jangan -jangan juga diberikan paham teroris (radikalisme). Apalagi kan itu naunganya TNI (Kodim 0820). Jadi ya cepat viralnya,” terang Fitri, salah satu warga Kota Probolinggo.

BACA JUGA: Viral! Anak PAUD Karnaval Pakai Cadar dan Replika Senjata

Sama halnya dengan Nurna, warga Kabupaten Probolinggo. Dia mengakumengajak sang anak untuk menonton. Semula tak mengetahui adanya sekolah yang memakai kostum kontroversial. “Kabarnya, barisan sekolah itu ada di urutan paling depan (pertama). Makanya saya tak melihat. Baru tahu jadi viral, saat banyak yang membahasnya di sosial media,” terang wanita berhijab itu.

Menanggapi itu Polres Probolinggo Kota langsung mengambil sikap. Secepatnya, kepolisian memanggil pihak terkait. Mulai dari panitia, organisasi perangkat daerah, bahkan mengajak serta Kodim 0820 selaku instansi yang menjadi pembina di TK Kartika V-69.

Di hadapan wartawan, Hartatik sebagai penanggung jawab TK sekaligus Kepala Sekolah TK Kartika V-69, menjelaskan sejatinya kostum yang dikenakan peserta pawai sekolahnya, tidak ada kaitannya sama sekali dengan terorisme. Terlebih radikalisme.

Menurutnya, tema yang diusung oleh TK Kartika adalah “Bersama perjuangan Rosulullah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT”. Pemilihan tema tersebut secara spontanitas, dan tidak ada tujuan yang mengarah kepada tindakan yang melanggar hukum.

Adapun kostum tersebut dipilih karena alasan memanfaatkan properti yang ada di sekolah. Sehingga, siswa maupun orangtua siswa,\ tidak perlu menyewa kostum.

Namun, dia tak menyangka kostum dan properti pawai itu bakal menjadi heboh. Bahkan viral di sosial media. Nampak raut wajah penyesalan, terlihat ketika Hartatik memberi penjelasan.

“Atas kejadian ini, saya secara pribadi serta mewakili sekolah meminta maaf kepada masyarakat,” terangnya.

Sementara itu Ketua Panitia Pawai Budaya Supaiani mengaku, sejatinya tema besar yang diangkat yakni HUT RI ke-73. Namun untuk lainnya seperti kostum ataupun properti pawai, diserahkan ke masing masing sekolah.

Apakah tidak ada penyeleksian kostum sebelum karnaval digelar ? Soal itu, Supaini mengaku bahwa sebelumnya memang tidak ada penyeleksian kostum.

“Tujuan kami mengangkat kesenian atau budaya yang ada di Indonesia. Selain itu naskah diserahkan pagi hari. Kami tidak menyeleksi kostum yang digunakan. Jadi, mohon maaf. Terkait kostum adalah kelalaian kami,” tambahnya.

Hal senda juga diungkapkan Kepala Disdikpora Kota Probolinggo M Maskur. Menurutnya, kegiatan pawai budaya yang dilaksanakan tiap tahun ini, berjalan lancar. Dengan adanya salah satu sekolah yang mengenakan kostum dan dinilai syarat kontroversial, tentu hal ini akan menjadikan pelajaran tersendiri baginya.

“Ini akan menjadi pelajaran bagi kami agar ke depannya dapat lebih hati-hati. Selanjutnya menyikapi hal itu, kami sudah lakukan teguran mengingat ia termasuk ASN,” tambahnya.

Sementara Komandan Kodim 0820, Letkol Depri Rio Saransi, ikut urun komentar. Dia selaku penanggung jawab juga meminta maaf atas kejadian tersebut.

Hanya saja Depri Rio menegaskan, bahwa tak ada ajaran radikalisme yang dilakukan pihak sekolah. Dari hasil keterangan yang sudah dilakukan, kostum itu digunakan secara spontan tanpa adanya pikir panjang atau memiliki tujuan lainya.

“Saya selaku Dandim 0820, yang juga menaungi sekoah tersebut meminta maaf kepada masyarakat Kota Probolinggo. Yang jelas, kami tegaskan bahwa tak ada unsur kesengajaaan bahwa penanaman paham radikalisme,” tegasnya.

BACA JUGA: Temuan Polri soal Pawai Bocah TK Bercadar di Probolinggo

Di sisi lain, Kapolres Probolinggo Kota AKBP Alfian Nurrizal membenarkan jika sebelumnya telah memanggil pihak terkait untuk dimintai keterangan. Dari hasil penyelidikan didapati bahwa tak ada unsur kesengajaan. Hal itu dilakukan lantaran demi menghemat biaya dengan memanfaatkan barang atau properti yang ada di sekolah.

“Setelah kami lakukan pendalaman serta memanggil dan meminta keterangan, didapati bahwa tak ada unsur kesengajaan,” bebernya. (rpd/fun)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler