Pensiun, Taufik Hidayat Dapat Kado Meseum Rekor Dunia

Kamis, 20 Juni 2013 – 03:34 WIB
JAKARTA-’’Stop, Teruskan Perjalananmu’’. Kata-kata itu muncul dari keluarga dan para sahabat Taufik Hidayat. Setelah mengumumkan pensiun dari cabang olahraga pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Taufik diminta terus berjuang mengharumkan nama bangsa.

Tercatat selama 25 tahun menekuni karier sebagai pebulutangkis profesional, mantan peringkat pertama dunia itu sudah meraih 27 gelar juara. Sementara puncak prestasi pria 31 tahun itu terjadi saat meraih medali emas Olimpiade Athena, Yunani, pada 2004.

Selain gelar medali emas Olimpiade, menantu Agum Gumelar itu berhasil mendapatkan gelar bergengsi lainnya seperti Piala Thomas, Asian Games, Kejuaraan Dunia, termasuk gelar juara di Turnamen Superseries seperti Indonesia Open.

Di pengujung kariernya, pebulu tangkis profesional ini masih berharap pebulu tangkis Indonesia bisa lebih maju lagi. Dia mendedikasikan kepada para junior supaya bisa meneruskan kejayaan bulu tangkis. ’’Memberikan hal positif bagi bulu tangkis Indonesia. Mudah-mudahan bisa jadi penerus prestasi saya di nasional dan internasional,’’ jelas Taufik di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Rabu malam (19/6).

Setelah pensiun, Taufik berencana beristirahat sejenak. Peraih medali emas dua kali Asian Games tersebut untuk sementara ingin rileks bersama keluarga dan mengurus Taufik Hidayat Arena (THA) sebagai bisnisnya. Setelah dia menikah pada 2006 dan tetap menjalani karir bulu tangkis, banyak waktu bersama keluarga yang hilang. ’’Sementara saya akan menghentikan apa yang sudah dimulai 25 tahun lalu,’’ papar anak pasangan dari Aris Haris dan Enok Dartilah itu.

Perjuangan Taufik memang terbilang sangat berat untuk mendulang kesuksesannya. Ia menceritakan, bahwa dirinya untuk menuju lokasi latihan kadang naik angkot sejauh 40 kilometer, dari Pengalengan ke Bandung. Saat itu usianya juga tergolong masih muda yaitu 8 tahun. ’’Berkat kerja keras ayah, saya dapat seperti sekarang ini,’’ ujar pria kelahiran 10 Agustus 1981 ini.

Namun, kesuksesan seorang Taufik Hidayat tak lepas dari tangan dingin Mulyo Handoyo, pelatih Taufik sejak di pelatnas pratama hingga sekarang.
Mulyo menyebutkan, seusai perhelatan Piala Thomas tahun lalu di Wuhan, Tiongkok, Taufik menyatakan sudah jenuh bermain bulu tangkis.

’’Taufik bilang sudah capek. Bukan secara fisik karena sudah berkepala tiga, tetapi yang paling utama pikiran. Bahkan, sejak dia bilang jenuh, porsi latihan sudah saya kurangi banyak sekali,” tutur dia.

Hubungan Taufik dengan Mulyo sudah seperti bapak dan anak. Mulyo yang melatih Taufik sejak di pelatnas pratama 1996 melihat keistimewaan pada pemain kelahiran Bandung itu. ’’Saya melihat Taufik ini bukan atlet yang gampang menyerah. Sejak saya menangani pelatnas pratama, dia sudah menunjukkan bakat istimewanya. Pukulan, kekuatan, dan fundamental yang kuat,’’ tegasnya.

Momen terbaik Mulyo dalam melatih Taufik adalah menjadikannya juara Olimpiade 2004 di Athena. Ketika itu posisi Taufik sedang nyaris tak lolos ke Olimpiade karena peringkatnya tidak masuk 16 besar dunia. Mulyo bersedia memoles Taufik untuk Olimpiade setelah mereka bicara berdua, Taufik pun siap melahap apa saja materi latihan yang diberikan.

Mulyo mengibaratkan, kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala akan dilakukan agar Taufik siap bertanding di multievent empat tahunan paling bergengsi itu. Di antara rentetan gelar juara yang dimiliki Taufik, menurut Mulyo, ada satu kejuaraan bergengsi yang belum direngkuh. Yakni, All England. Tetapi, bagi Mulyo, raihan emas Olimpiade, jawara kejuaraan dunia, emas Asian Games, emas SEA Games, dan juara di event badminton lain lebih dari cukup menambal kekurangan Taufik untuk gelar All England.

Berkat kegigihan Taufik membela dan mengharumkan nama bangsa di dunia pebulutangkis profesional, maka ia berhak mendapatkan Rekor Dunia atas Multi Juara Dunia Bulutangkis dan Pendiri Pusat Latihan dan Museum Bulutangkis.

’’Seorang Taufik Hidayat tidak pantas menerima Rekor Indonesia. Lebih tepat Seorang Taufik Hidayat mendapatkan Rekor Dunia atas dedikasinya di dunia pebulutangkis,” kata Ketua Umum Museum Rekor Indonesia (MURI) Jaya Suprana di sela-sela acara.

Sebuah dedikasi baik Taufik Hidayat untuk bangsa Indonesia atas perjuangan dan mendirikan arena olahraga bulu tangkis yang dinamakan THA yang bertempat di wilayah Ciracas, Jakarta Timur. ’’Arena yang dibangun Taufik ini adalah sebuah pengabdian. Yang mungkin sudah menjadi harapan Taufik Hidayat untuk memberikan sebuah penghargaan kepada bangsa Indonesia,” tukas Jaya. (fdi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nainggolan Bilang, Pemain Timnas Kerap Buang Peluang

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler