Ketika saya berpikir tentang perjalanan saya selama bertahun-tahun, selalu ada satu hal yang memberi saya kenangan paling bahagia.

Bukan kuil yang tak terhitung jumlahnya atau gereja-gereja yang saya kunjungi, atau mencicipi makanan eksotis.

BACA JUGA: ACICIS Siapkan Ratusan Mahasiswa Australia Studi di Indonesia

Bahkan bukan matahari terbenam spektakuler yang saya saksikan. Gadis muda ini menunggu makanan yang datang di acara pernikahan di pinggiran Battambang, Kamboja.

ABC; Lisa Clarke

BACA JUGA: Tingkat Kebahagiaan Anak Muda Aborigin Rendah

Apa yang membuat saya tersenyum lebar ketika saya berpikir tentang tempat-tempat berbeda yang saya datangi adalah koneksi yang saya buat dengan masyarakat setempat.

“Menghubungkan diri dengan masyarakat lokal di mana pun Anda bepergian memperkaya pengalaman serta kenangan Anda,” tutur Lisa Clarke.

BACA JUGA: Saksi Ahli Dalam Kasus Sianida Dideportasi ke Australia

Saat mengunjungi Kamboja, Saya menghabiskan beberapa waktu di kota kecil Battambang, dan berteman dengan sopir tuk-tuk bernama David.

Selama beberapa hari ketika ia memandu saya, saya dan teman bepergian saya cukup beruntung untuk diajak ke pesta pernikahan yang dihadiri David. Saya merasa agak canggung menerima undangan pernikahan pasangan yang saya bahkan tak pernah bertemu sebelumnya, tapi ini adalah kesempatan sekali dalam hidup.

“Kapan lagi saya akan mendapatkan kesempatan untuk kecelakaan pernikahan di pedesaan Kamboja?,” tanya Lisa Clarke.

Saat itu adalah hari Minggu yang panas di akhir Mei, ketika kami melaju menyusuri jalan-jalan kotor di pinggiran kota. Saya melihat untaian warna di kejauhan yang kontras dengan pemandangan sekitar. Itu hampir tampak seperti tenda sirkus, dan yang membuat saya senang, ini adalah tempat di mana upacara pernikahan berlangsung. Saya sudah tahu bahwa ini akan menjadi pernikahan yang belum pernah saya alami sebelumnya.

Sesaat sesampainya di tujuan, sekelompok perempuan cantik bergegas untuk berbaris. Bahkan dengan langkah yang terburu-buru, mereka tampak rapi. Bir dengan es adalah salah satu minuman yang disajikan dalam pernikahan di pedesaan Kamboja.

ABC; Lisa Clarke

Pakaian saya kurang glamor dibanding lainnya. Hidup dari ransel tak meninggalkan banyak ruang tersedia untuk pakaian semi-formal.

Mengenakan celana kargo usang dan kemeja, saya tampak menonjol di antara aksesoris dan gaun warna-warni yang dipakai tamu perempuan lainnya.

Pengantin dan pengiring pengantin menyapa semua tamu saat mereka berjalan ke tenda. Mereka belum mengenakan pakaian upacara, meski si pengantin bisa saja melangsungkan akad dengan memakai bajunya saat ini. Perhiasan plastik dijahit ke setiap permukaan pakaian. Jika ia berdiri jauh dari sinar matahari, saya akan buta karena kilasan cahaya yang dipantulkan. Pasangan pengantin menunggu di balik panggung sebelum upacara berlangsung.

ABC; Lisa Clarke

Kami duduk di meja yang semuanya berisi laki-laki. Melihat sekeliling ruangan, masing-masing jenis kelamin telah dipisahkan dalam meja yang berbeda, dan daerah bahkan area yang terpisah dari dalam tenda.

Kecuali saya.

Saya duduk dengan pemandu saya, yang sudah meminum sejumlah banyak bir hangat. Tanpa kulkas yang tersedia, tak ada pilihan lain.

Tiba-tiba, mereka menaruh beberapa batu es ke dalam minuman saya, mengetahui bahwa saya hampir tak bisa minum minuman hangat. Pasangan pengantin melakukan dansa pertama sebagai suami-istri.

ABC; Lisa Clarke

Akhirnya, pengantin muncul bersama. Tampak agak malu di depan orang banyak, mereka dikawal ke depan panggung untuk menerima ucapan selamat. Meskip uundangan bisa saja bersorak pada acara makan pertama yang disajikan pada saat bersamaan juga. Saya tak begitu yakin.

Ini adalah makanan pertama dari enam atau tujuh makanan yang disajikan. Saya tak ingat persis berapa banyak makanan yang ada karena setelah makanan keempat, Anda benar-benar tak bisa makan lagi.

Ketika upacara dimulai, kebanyakan orang tampak disibukkan dengan makanan, sampai pengumuman akhir dibuat: mereka resmi menjadi suami istri. Sekarang saya tahu betul sorak-sorai itu pasti untuk pasangan yang berbahagia tersebut. Setelah upacara pernikahan, sesi menari dimulai.

ABC; Lisa Clarke

Semua orang bangkit dari kursi mereka dan melempar konfeti ke arah dua pasangan pengantin. Sudah waktunya untuk merayakan.

Pada siang hari, sebagian besar undangan laki-laki tampak riang setelah menenggak banyak bir hangat. Properti lain dilempar keluar jendela dan acara menari telah dimulai.

Kadang-kadang, salah satu penari akan mencoba untuk membujuk saya untuk bergabung dengan mereka di lantai dansa yang beralaskan tanah, tapi saya menunggu sampai beberapa perempuan lain meninggalkan kursi mereka sebelum saya mengumpulkan keberanian untuk bergabung dengan mereka. Satu penari tetap berada di tengah 'lantai dansa' saat akhir resepsi setelah sebagian besar undangan sudah pulang ke rumah masing-masing.

ABC; Lisa Clarke

Ini berlangsung selama berjam-jam sampai panas terik di siang hari makin tak tertahankan untuk semua orang. Kedua pengantin tak terlihat, dan hanya ada satu penari tunggal yang menolak untuk berhenti menari dan mencari udara segar.

Ini adalah satu hari, di sepanjang perjalanan Kamboja saya, yang tetap teringat dalam pikiran saya.

Meski saya benar-benar menikmati seluruh Kamboja, membuat hubungan pribadi dengan penduduk setempat di Battambang adalah pengalaman yang tak akan pernah saya lupa.

Lisa Clarke adalah editor digital untuk Australia Plus. Ia telah bepergian ke seluruh Asia Tenggara selama dekade terakhir dan membawa kamera-nya kemanapun ia pergi.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Diterjemahkan: 16:05 WIB 07/09/2016 oleh Nurina Savitri.

Lihat Artikelnya di Australia Plus

BACA ARTIKEL LAINNYA... Meningkat Peminat Study S-1 ke Australia

Berita Terkait