Pentingnya Informasi Iklim untuk Budidaya Hortikultura yang Adaptif

Selasa, 14 September 2021 – 18:59 WIB
Informasi iklan sangat diperlukan terutama dalam budidaya hortikultura. Foto: Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Tanggap iklim sangat penting dalam perlindungan dan budidaya hortikultura, termasuk kunci keberhasilan pelaksanaan Kampung Hortikultura.

Karena itu, penyebarluasan informasi iklim bagi petani, penyuluh, bahkan masyarakat umum yang tertarik pada budidaya hortikultura dan dunia pertanian pada umumnya harus terus dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada.

BACA JUGA: Upaya Kementan Optimalkan Hulu Hilir Agroindustri Hortikultura

Sejalan dengan cita-cita Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, yaitu mewujudkan pertanian maju, mandiri dan modern dengan langkah cerdas, tepat dan cepat.

“Bertindak cerdas, tepat dan cepat dalam mencapai kinerja yang lebih baik (Maju), mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki (Mandiri), serta memanfaatkan kekinian teknologi (Modern),” kata Syahrul Yasin Limpo.

BACA JUGA: Kementan Dorong Pengendalian OPT Hortikultura Ramah Lingkungan

Direktur Perlindungan Hortikultura, Inti Pertiwi menyampaikan, dalam pengembangan Kampung Hortikultura terdapat kebijakan operasional perlindungan tanaman hortikultura yang dilakukan melalui beberapa pendekatan.

Salah satunya pendekatan sistem PHT (Pre-emtif dan Kuratif), berupa gerakan pengendalian OPT, penerapan PHT (PPHT), Penguatan Kelembagaan - Klinik PHT serta Penanganan DPI.

BACA JUGA: Empat Jurus Kementan Sukseskan Program Kampung Hortikultura

“Walaupun perubahan iklim tidak bisa dihindari dan dampaknya pasti akan terjadi, namun kita dapat meminimalkan dampak perubahan iklim tersebut menjadi suatu proses yang dapat diadaptasi,” kata Inti di Jakarta, Kamis (9/9).

Dia menjelaskan, dampak perubahan iklim berpengaruh pada pola curah hujan dan sifat hujan, peningkatan suhu udara dan permukaan air laut serta peningkatan suhu udara yang dapat memicu kekeringan.

Diperlukan strategi agar dampak perubahan iklim tersebut tidak banyak mengganggu pengelolaan budidaya hortikultura, termasuk diperlukan juga antisipasi, adaptasi dan mitigasi untuk menyikapinya.

“Pada aspek pemanfaatan informasi yang sudah dilakukan oleh Ditjen Hortikultura, tercatat bagaimana dapat memprediksi dampak perubahan iklim yang akan terjadi pada dua sampai tiga bulan ke depan dan memberikan rekomendasi kepada Direktorat Teknik untuk mengantisipasi hal yang akan terjadi dan diakibatkan oleh perubahan iklim," papar Inti Pertiwi.

Masyarakat juga bisa mengakses data selengkapnya portal www.bmkg.go.id dan www.balitklimat.litbang.pertanian.go.id.

Pakar dari Universitas Gadjah Mada Andi Trisyono menambahkan, bawang merah dan cabai merupakan contoh tanaman hortikultura yang mudah mengalami rusak berat apabila terdampak perubahan iklim.

“Pernah suatu ketika bawang merah berumur 40 hari dalam satu kelompok tani seluas 20 hektar, awalnya tanaman masih berwarna hijau tiba – tiba terserang beberapa hama akibat datangnya perubahan iklim,” beber Andi Trisyono.

Perubahan iklim, lanjut Andi menjelaskan, tidak selalu berdampak negatif.

Iklim juga bermanfaat pada pengelolaan OPT, seperti ramalan musim sebagai pemilihan varietas tanaman yang cocok dengan kondisi lingkungan tertentu.

Suhu udara pada kondisi iklim tertentu dapat mensinkronisasikan waktu penyemprotan pestisida serta prediksi hujan dan kecepatan angin untuk mengetahui pemilihan formulasi pestisida.

Untuk mengupayakan dampak perubahan peran iklim dalam pengelolaan tanaman hortikultura agar tetap stabil dan meminimalisasi dampak buruknya, perlu adanya beberapa cara yang berkesinambungan seperti monitoring, model development, modified ipm practices, pest management in changing climate.

"Monitoring itu tetap penting, tentunya dengan teknologi saat ini kita bisa memasang sensor agar terus memantau suhu, kelembaban dan faktor lainnya dalam pengelolaan secara realtime. Oleh sebab itu perlu dikembangkan model yang bisa digunakan modifikasi, praktek-praktek pengelolaan hama khususnya dikaitkan dengan permasalahan iklim,” terangnya.

Pada dasarnya, iklim bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi pola distribusi.

Ada beberapa faktor lainnya seperti jenis tanah, lingkungan, keberadaan inang, serta musuh alami.

Iklim adalah komponen yang memiliki ketersediaan data yang cukup tinggi untuk mengestimasi potensi pola persebaran OPT.

Padar dari IPB, Putu Santikayasa mengatakan pentingnya pemahaman dasar apa itu iklim dan cuaca.

Iklim dijelaskan sebagai nilai statistik dalam jangka panjang dari kondisi cuaca dari waktu ke waktu.

Cuaca yaitu kondisi parameter atmosfer pada waktu dan lokasi tertentu.

Sementara perubahan iklim adalah perubahan yang terjadi pada nilai statistik kondisi atmosfer dari suatu wilayah.

Putu menjelaskan, pemodelan spasial pola sebaran OPT berdasarkan parameter cuaca atau iklim dalam pengelolaan DPI.

Diperlukan database untuk informasi serangan OPT dari waktu ke waktu yang terintegrasi.

Selain itu, pemodelan untuk melengkapi data yang tidak tersedia serta penyusunan sistem peringatan dini terintegrasi OPT yang bisa diakses secara bebas berdasarkan faktor iklim secara umum dan spesifik lokasi.

"Pentingnya untuk menyatukan beberapa serpihan-serpihan data dan pengetahuan yang masih tersebar dalam satu sistem terintegrasi serta terstruktur yang nantinya bisa digunakan oleh masyarakat," kata Putu Santikayasa.

Petani milenial, Rizal Fahreza yang bergabung dalam pola inklusif pertanian berbasis closed loop yang diinisiasi oleh Kementerian Pertanian, berkisah banyak tentang kesuksesan dirinya.

Dia mengatakan, budidaya pertanian memerlukan penguatan sisi sarana produksi, pemasaran dan pelatihan SDM yang menjadi faktor kunci keberlangsungan program.

Selain itu moda transportasi perlu terus dikembangkan.

"Harapannya dengan pengalaman yang saya peroleh, sehingga bisa kritis dan sinergi dengan program yang ada di kementerian serta dapat berkolaborasi membangun pertanian dari desa," pungkasnya.

Kampung Hortikultura merupakan program strategis prioritas Kementerian Pertanian.

Hingga kini, Kampung hortikultura terdapat sebanyak 1345 kampung yang tentunya tersebar di 31 provinsi. (mkr/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Perkenalkan Teknologi Coating, Pengusaha: Mampu Dongkrak Bisnis Hortikultura


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Tim Redaksi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler