Penuh Haru, Mengenang Seventeen Lewat Film Kemarin

Selasa, 01 Desember 2020 – 08:52 WIB
Ifan Seventeen dan mendiang personel Seventeen lainnya. Foto: Instagram/ifanseventeen

jpnn.com, JAKARTA - Tanggal 22 Desember 2018 menjadi hari tidak terlupakan bagi keluarga besar grup musik, Seventeen.

Pada tanggal tersebut, siapa sangka, personel Seventeen yang tengah konser di tepi pantai Tanjung Lesung, Banten menjadi korban bencana alam tsunami.

BACA JUGA: Film Dokumenter Seventeen yang Mengalami Musibah Tsunami Akhirnya Tayang di Bioskop

Para personel yakni, Bani Seventeen, Andi Seventeen, dan Herman Seventeen dinyatakan meninggal akibat musibah tersebut.

Selain personel, road manager Oki, kru Ujang, serta istri Ifan Seventeen yaitu Dylan Sahara juga tewas di lokasi usai tersapu gelombang.

BACA JUGA: Jerinx SID: Biarkan Masyarakat yang Menilai

Kisah tragis yang dialami Seventeen itu diangkat ke dalam sebuah film berjudul 'Kemarin'.

Setelah sempat tertunda, film dokumenter drama itu akhirnya bisa tayang mulai 3 Desember 2020 di bioskop.

BACA JUGA: Pernah Pakai Narkoba, Nunung: Kebodohan yang Aku Lakukan

Film Kemarin digarap oleh sutradara Upie Guava dan Wisnu Surya Pratama bertindak sebagai penulis naskah.

Sebagian besar film ini mengambil footage dari 55 jam rekaman yang diabadikan band Seventeen.

Selain itu, ada juga rekaman 4 jam sebelum Seventeen naik panggung, hingga detik-detik para personel dihantam tsunami.

Ifan Seventeen, sang vokalis, yang selamat dari musibah tersebut menjabarkan kejadian yang sangat membekas itu dengan penuh kesedihan.

Selain Ifan, orang-orang terdekat dari personel Seventeen juga dihadirkan dalam film Kemarin.

Mereka memberi pernyataan tentang para mendiang, mulai dari kebiasan hingga kondisi keluarga pasca-kepergian.

Film Kemarin secara garis besar terdiri dari tiga fase penting.

Awalnya, yakni cerita dibentuknya Seventeen oleh lima sahabat di Yogyakarta pada 17 Januari 1999.

Pergantian personel juga diceritakan, termasuk saat Ifan Seventeen yang akhirnya lolos audisi sebagai vokalis tetap.

Seventeen kemudian dikenal secara nasional berkat lagu Selalu Mengalah yang juga mengantarkan mereka menjadi salah satu band paling sibuk saat itu.

Pada pertengahan, film Kemarin mulai mengisahkan sejumlah konflik yang dialami Seventeen.

Penonton lantas digiring perlahan pada peristiwa tsunami Tanjung Lesung, Banten pada 22 Desember 2018.

Antara lain, soal firasat lagu Kemarin, kegiatan 4 jam sebelum Seventeen naik panggung, hingga detik-detik para personel disapu tsunami.

Dahsyatnya gelombang tsunami digambarkan ulang dengan adegan sejumlah orang terapung di tengah laut, termasuk Ifan Seventeen.

Ifan Seventeen yang masih trauma mengenang musibah tersebut dengan penuh kesedihan.

Beberapa kali sang vokalis itu tampak tidak kuasa menahan tangisnya.

Tidak hanya Ifan Seventeen, orang-orang terdekat dari personel Seventeen juga banjir air mata mengisahkan peristiwa tersebut.

Oleh sebab itu, film Kemarin sangat mengharukan dari awal hingga akhir.

Pada bagian akhir, film Kemarin memperlihatkan perjalanan Ifan Seventeen bangkit dari trauma yang dilalui setelah kehilangan orang-orang dicintai.

Sementara itu, Ifan Seventeen mengaku senang akhirnya film Kemarin bisa segera tayang di bioskp mulai 3 Desember 2020.

Pelantun Selalu Mengalah itu mengatakan bahwa film Kemarin tidak hanya bercerita soal musibah tsunami yang menimpa personel Seventeen.

"Film ini tidak hanya tentang musibah, tapi tentang semua, keluaga, persahabatan, dan cinta," kata Ifan Seventeen di Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (30/11).

Ifan Seventeen tidak bisa menyembunyikan kesedihan mengingat kisah Seventeen yang difilmkan lewat Kemarin.

Baginya musibah tanggal 22 Desember 2018 itu sangat membekas, karena kehilangan rekan band, sahabat, kru, serta sang istri, Dylan Sahara.

"Ini film penting buat saya, semoga menjadi berkah buat semua," imbuh Ifan Seventeen. (ded/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Dedi Yondra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler