Penuhi 35 Perizinan, Semen Rembang Beroperasi Juli

Jumat, 14 April 2017 – 21:31 WIB
Ilustrasi Semen Indonesia. Foto: Jawa Pos/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - PT Semen Indonesia Tbk berencana mengoperasikan pabrik di Rembang pada Juli mendatang.

Saat ini, pabrik berkapasitas maksimal tiga juta ton per tahun itu masih dalam proses commissioning dengan bahan baku dari Tuban.

BACA JUGA: Ganjar Ingatkan Semen Indonesia Patuhi Moratorium

Direktur Utama Semen Indonesia (SMGR) Rizkan Chandra mengatakan, pengoperasian pabrik Rembang masih terganjal masalah penambangan bahan baku di cekungan air tanah (CAT) Watuputih.

”Pabrik semen Rembang telah memenuhi sekitar 35 perizinan dan mematuhi aturan maupun regulasi terkait yang berlaku dan sudah siap beroperasi,” paparnya, Kamis (13/4).

BACA JUGA: Pemerintah Perpanjang Moratorium Kegiatan Semen Rembang

Namun, berdasar keputusan rapat di Kantor Staf Presiden pada Rabu (12/4), pabrik Rembang dapat beroperasi dengan menggunakan bahan baku tersedia sampai ada keputusan tentang kegiatan penambangan.

Sekretaris Perusahaan SMGR Agung Wiharto menambahkan, pada tahun ini pabrik tersebut dapat memproduksi satu juta ton dan dapat mencapai kapasitas produksi maksimal pada 2019.

BACA JUGA: Nasib Pembangunan Pabrik Semen Ditentukan Besok

”Selama dua tahun pertama baru mampu beroperasi 60–70 persen,” kata Agung.

Pabrik semen di Rembang akan menyuplai sebagian permintaan semen di Jawa.

Selama ini, sebagian besar permintaan semen di Jawa diproduksi dari pabrik di Tuban.

Hanya di Jawa bagian barat yang dipenuhi dari Semen Padang, anak perusahaan Semen Gresik.

Padahal, utilisasi pabrik di Tuban sudah mencapai seratus persen dengan total produksi 14 juta ton.

Sekitar 60–70 persen dari kapasitas produksi tersebut digunakan untuk Jawa, sisanya untuk memenuhi kebutuhan di Bali, NTT, dan Kalimantan.

Karena kapasitas produksi pabrik di Tuban sudah maksimal, permintaan baru sulit untuk dipenuhi perseroan.

Karena itu, pangsa pasar SMGR terancam tergerus di tengah oversuplai semen di tanah air.

”Jika tidak ada tambahan pabrik baru, pada tahun 2020 kami tidak bisa mempertahankan pasar,” papar Agung.

Di Jawa, SMGR mampu menjadi pemimpin pangsa pasar dengan capaian 40 persen.

Kontribusi pasar semen di Jawa mencapai 56 persen dari total kebutuhan semen dalam negeri.          

Menurut Agung, pabrik di Rembang berada di zona Rembang, bukan zona Kendeng.

Selain itu, pabrik perseroan jauh berada di Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Sukolilo di tiga wilayah (Pati, Blora, dan Grobogan).

Selain itu, area penambangan batu gamping pabrik Rembang di kawasan cekungan air tanah Watuputih berada di kawasan budi daya, bukan di area lindung. (vir/c10/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Persaingan Bisnis di Balik Petani Menyemen Kaki?


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler