jpnn.com, BEIRUT - Pemerintah Arab Saudi sepertinya sudah merencanakan dengan detail pengunduran diri Perdana Menteri (PM) Lebanon Saad Al Hariri. Telepon yang berdering pada Kamis malam (2/11) menjadi awal dimulainya ketegangan dua negara.
Saat itu, pemerintah Saudi menghubungi Hariri dan memintanya datang karena Raja Salman ingin bertemu. Keesokannya dia langsung terbang ke Riyadh dan tak pernah kembali hingga saat ini.
BACA JUGA: Prancis Isyaratkan PM Lebanon Disekap Saudi
”Ketika pesawat Hariri mendarat di Riyadh, dia langsung menyadari bahwa ada yang tidak beres. Tidak ada seorang pun yang menunggunya,” ujar orang dekat Hariri yang dihubungi oleh kantor berita Reuters.
Berdasar protokoler, seharusnya ada pejabat Saudi yang menyambut. Telepon miliknya juga disita. Tidak ada tim media sang PM yang mengabadikan perlakuan Saudi karena mereka tak ikut.
BACA JUGA: Proyek Abal-Abal Bikin Pangeran Saudi Makin Tajir
Hariri meminta tim medianya langsung menuju resor di Sharm Al Sheikh, Mesir. Sebab, dia memang berencana menghadiri World Youth Forum dan bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi.
Dari bandara, Hariri menuju rumah pribadinya di Riyadh. Politikus 47 tahun itu memang memiliki bisnis dan rumah pribadi di Saudi.
BACA JUGA: Bersih-Bersih Korupsi ala Arab Saudi
Sabtu pagi (4/11) Hariri kembali ditelepon dan diminta untuk bertemu dengan Putra Mahkota Pangeran Mohammad bin Salman.
Dia menunggu selama empat jam tanpa kejelasan sebelum akhirnya disodori pidato pengunduran dirinya. Hariri diminta membaca dan disiarkan di televisi.
”Sejak dia tiba, pemerintah Saudi tidak menunjukkan rasa hormat kepadanya,” ujar sumber lain yang merupakan politikus senior Lebanon.
Apa yang terjadi ditengarai gara-gara kunjungan Hariri beberapa hari sebelumnya ke Saudi. Saat itu, Pangeran Mohammad mengatur pertemuan antara Hariri dan Menteri Urusan Wilayah Teluk Saudi Thamer Al Sabhan untuk membicarakan masalah Lebanon.
Pertemuan tersebut sepertinya berjalan mulus, bahkan Hariri sempat berfoto dengan Sabhan. PM ke-33 Lebanon itu tidak sadar bahwa ada pernyataannya yang tidak bisa ditoleransi oleh Saudi. Karena itu, dia tidak curiga saat diminta kembali datang.
”Dalam pertemuan itu, saya yakin Hariri mengungkapkan sikapnya atas Hizbullah di Lebanon. Yaitu, bahwa konfrontasi akan membuat negaranya tidak stabil. Saya rasa mereka (Saudi) tidak suka dengan apa yang didengar,” tegas sumber itu.
Hariri berpendapat, perjanjian dengan berbagai faksi di Lebanon harus tetap dijaga agar negara tersebut tidak kembali berperang. Di Lebanon, Hizbullah bukan hanya kelompok bersenjata. Mereka juga memiliki jatah di parlemen maupun pemerintahan.
Beberapa sumber di Lebanon menyatakan, Saudi ingin mengganti Saad Al Hariri dengan Bahaa, kakak lelakinya. Bahaa yang tidak akur dengan Hariri dan sudah lama ingin menjadi petinggi Future Movement diyakini tengah berada di Saudi.
Keluarga besar Hariri diminta datang ke Riyadh untuk memberikan dukungan kepada Bahaa, tapi mereka menolak. Keluarga dan orang-orang yang berhasil menghubungi Hariri mengatakan, PM yang menjabat sejak Desember 2016 itu tampak cemas dan hati-hati dalam berbicara.
Pernyataan yang sering keluar dari mulutnya hanya bahwa dirinya baik-baik saja dan menjawab Insya Allah ketika ditanya kapan balik ke Lebanon.
Di lain pihak, Future Movement menegaskan, pihaknya tetap menganggap Hariri sebagai pemimpinnya. Menteri Dalam Negeri Lebanon Nohad Machnouk menampik ide bahwa posisi Hariri akan digantikan oleh Bahaa.
”Kami bukan kawanan domba atau tanah yang kepemilikannya bisa diganti dari satu orang ke orang lainnya. Di Lebanon semua harus melalui pemilu, bukan janji setia,” tegasnya.
Saudi juga berkali-kali menolak tudingan telah terlibat dalam pengunduran diri Hariri. Sabhan maupun para pejabat Saudi belum bisa dimintai komentar. Termasuk apakah benar telepon Hariri telah disita.
Sejak mundur dari jabatannya, Hariri belum memberikan pernyataan sama sekali dan tidak diketahui kapan akan kembali ke Lebanon. (Reuters/AP/Bloomberg/sha/c6/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Seperti Hitler, Pangeran Muhammad Habisi Kawan dan Lawan
Redaktur & Reporter : Adil