jpnn.com, JAKARTA - SETARA Institute menilai serangan terhadap Menko Polhukam Wiranto sama dengan penyerangan terhadap negara yang menimbulkan efek berlapis dan memperpanjang keresahan di tengah masyarakat.
Wiranto ditusuk saat melakukan kunjungan kerja di Pandeglang Banten pada Kamis lalu.
BACA JUGA: Wiranto Ditusuk, Nikita Mirzani: Bahaya juga di Indonesia
"Karena itu, aparat keamanan mesti meningkatkan kewaspadaan dengan mengantisipasi konsolidasi sel-sel tidur para teroris dan aksi teror yang memanfaatkan berbagai momentum politik nasional," ujar Direktur Eksekutif SETARA Institute Ismail Hasani di Jakarta, Sabtu (12/10).
Meski demikian, kata Ismail, antisipasi penting dilakukan dengan tidak melakukan generalisasi, termasuk penggunaan isu intoleransi dan radikalisme sebagai alat penundukan gerakan sipil, yang melakukan koreksi atas sejumlah kekeliruan kebijakan sejumlah elemen negara.
BACA JUGA: Yang Sebut Penusukan Wiranto Rekayasa, Sungguh Kejam!
"Kami mengutuk segala bentuk terorisme dan ekstremisme kekerasan serta penggunaan doktrin ideologis apa pun, untuk mengganggu dan merusak tatanan hidup bersama bangsa dan negara," ucapnya.
Dia menambahkan, terorisme merupakan ancaman nyata. Karena itu, pemerintah harus selalu menyiagakan dan memobilisasi sumber daya yang memadai.
BACA JUGA: Mahfud MD Sampaikan Kondisi Terkini Wiranto Pascaoperasi
Paling tidak, untuk mencegah dan menangani ekspresi puncak ekstremisme kekerasan, demi menjaga dan melindungi keselamatan seluruh warga negara.
"Terorisme dan segala bentuk ekstremisme kekerasan merupakan musuh bersama seluruh bangsa dan umat manusia. Karena itu, pencegahan dan penanganannya tidak cukup mengandalkan kelembagaan dan sumber daya negara," katanya.
Menurut Ismail, pemerintah penting memiliki formula yang presisi, holistik dan berkelanjutan dalam kerangka HAM dan demokrasi terkait pencegahan terorisme.
Pemerintah harus fokus pada hulu terorisme dan mempersempit enabling environment yang mempercepat inkubasi terorisme.
Ismail juga menyatakan, negara memang harus menjadi agensi utama dalam pencegahan ekstremisme kekerasan.
Namun dibutuhkan partisipasi dan keterlibatan warga khususnya dalam pencegahan, sehingga akan terbangun perlawanan semesta terhadap terorisme.
"Agenda penguatan ketahanan warga adalah kebutuhan untuk membentengi warga dari paparan dan intrusi gerakan dan narasi antikebinekaan dan Pancasila. Dalam konteks itu, pendidikan kebinekaan dan tata kelola yang inklusif harus digalakkan, agar seluruh anak bangsa dapat hidup bersama secara damai di tengah aneka perbedaan," tuturnya.
Langkah lain, promosi toleransi juga dinilai penting menjadi agenda kolektif yang berkelanjutan, agar merebaknya intoleransi dan radikalisme dapat ditangani sejak dini.
"SETARA Institute mengingatkan kembali bahwa intoleransi merupakan anak tangga pertama menuju terorisme," pungkas Ismail.(gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Boy