jpnn.com, JAKARTA - Komisi XI DPR menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan Direktur Utama PT BRI (Persero) Tbk, Sunarso dan Pelaksana tugas (Plt) Dirut PT Bank Mandiri (Persero), Tbk, Heri Gunardi dan jajaran direksi kedua bank pemerintah itu secara virtual, Kamis (17/9).
Wakil Ketua Komisi XI DPR Eriko Sotarduga menjelaskan rapat ini mengagendakan pembahasan mengenai penempatan dana pemerintah di BRI dan Mandiri masing-masing Rp 10 triliun.
BACA JUGA: Bank BRI Berikan Kemudahan Kepada Peserta JKN â KIS
Hal itu sebagaimana Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70 Tahun 2020 tentang Penempatan Uang Negara pada Bank Umum Dalam Rangka Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Menurut Eriko, pemerintah dalam rangka PEN akibat adanya Covid-19 telah menempatkan uang negara pada bank mitra yaitu BRI, Mandiri, BNI dan BTN.
BACA JUGA: PT PP Lakukan Topping Off Ceremony Menara BRI Gatot Subroto
Seperti diketahui, Bank Mandiri dan BRI dititipkan masing Rp 10 triliun. PT BTN (Persero), Tbk dan PT BNI (Persero), Tbk masing-masing Rp 5 triliun.
Eriko menjelaskan tujuan penempatan dana negara di bank ini adalah untuk percepatan PEN yang merupakan kebijakan keuangan negara dalam rangka penanganan pandemi Covid-19 dan atau menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional. "Perbankan memiliki peran penting dalam mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak pandemi Covid-19," kata Eriko yang memimpin rapat secara virtual itu.
BACA JUGA: Luar Biasa! Tagar BRI untuk NUFF dan Lelang Amal NUFF Trending Topic di Twitter
Politikus PDI Perjuangan ini menambahkan peranan itu terkait penyaluran kredit bagi pelaku usaha, di samping perbankan juga menjadi tulang punggung atau kunci PEN
"Pada RDP ini, Komisi XI DPR ingin mendengarkan penjelasan direktur utama BRI dan Mandiri terhadap kondisi uang negara yang ditempatkan pada BRI dan Mandiri tersebut," ungkap Eriko.
Dirut BRI Sunarso menjelaskan pada 25 Juni 2020, BRI menerima deposito pemerintah Rp 10 triliun. Komitmen BRI me-leverage tiga kali lipat selama tiga bulan menjadi Rp 30 triliun.
Menurutnya, harusnya itu dicapai paling lambat 25 September 2020. Namun, kata dia, BRI telah berhasil menyalurkan lebih dari Rp 30 triliun pada ratusan ribu debitur per 7 Agustus 2020.
"Kredit Rp 10 triliun itu sudah kami capai dengan 695 ribu debitur per 7 Agustus 2020, pukul 11.30," kata Sunarso dalam rapat.
Ia menjelaskan ini berarti BRI sudah memenuhi komitmen. Namun, BRI tetap terus memberikan kredit kepada masyarakat.
"Kami terus, tidak berhenti memberikan kredit sehingga kami teruskan sampai September sudah Rp 50 triliun lebih," ujar Sunarso.
Dia memerinci nilai kredit Rp 30 triliun itu disalurkan untuk kredit usaha rakyat (KUR) Rp 12,12 triliun kepada 477 ribu debitur. Kemudian usaha mikro non-KUR Rp 9,53 triliun kepada 201 ribu nasabah. Usaha kecil, retail, dan menengah Rp 8,53 triliun untuk 16 ribu lebih nasabah.
"Kalau diperinci, apakah itu nasabah existing atau itu-itu saja, atau nasabah baru, maka yang itu-itu saja 56 persen. Alhamdulillah ada juga nasabah baru 44 persen," kata Sunarso.
Menurut Sunarso, tidak ada aturan yang dilanggar perbankan karena menyalurkan kredit dari dana pemerintah yang didepositokan di bank untuk nasabah existing. Sebab, ujar dia, yang dilarang adalah dana itu tidak boleh digunakan bank untuk membeli valuta asing serta surat berharga negara.
Menurutnya, nasabah existing selain perlu restrukturisasi kredit, juga perlu tambahan modal kerja. "Supaya tidak berhenti usahanya dan tidak PHK orang," kata Sunarso.
Ia menjelaskan dari sisi sektor, sebanyak 50,4 persen disalurkan untuk perdagangan besar dan eceran, serta 23 persen pertanian, perburuhan, dan kehutanan.
Sebarannya di seluruh wilayah Indonesia, dan paling besar di Jawa, khusunya Jawa bagian selatan. "Karena UMKM masih banyak di Jawa, dan di Jawa didominasi Jawa bagian selatan," ujarnya.
Di sisi lain, Sunarso juga melaporkan bahwa dalam kondisi sulit BRI masih mampu menumbuhkan aset 7,7 persen. Mayoritas dalam bentuk aset kredit yang masih tumbuh 5,2 persen.
Simpanan masyarakat tumbuh 13,5 persen. Laba selama enam bulan terakhir 2020 Rp 10,2 triliun, meskipun secara year on year turun 36,9 persen dibanding tahun lalu.
Aset kredit simpanan naik. Bahkan, melebihi penyaluran kredit. Artinya, ada permasalahan di permintaan kredit.
Sebab, BRI melakukan restrukturisasi kredit sampai Rp 189 triliun, yang itu kemudian mengurangi daya keuntungan bank. Sehingga hanya membukukan laba Rp 10,2 triliun, dan pertumbuhannya 36,9 persen.
Plt Dirut PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Heri Gunardi menjelaskan pihaknya sudah menyalurkan Rp 32 triliun kepada 78.759 debitur, dari dana PEN dari pemerintah Rp 10 triliun.
"Jadi, kami sudah menyalurkan kredit terkait PEN ini Rp 32 triliun untuk 78.759 debitur dari Rp 10 triliun penempatan dana yang diberikan pemerintah," kata Budi.
Menurut Budi, penyaluran kredit Rp 30 triliun itu dicapai pada akhir Agustus 2020. "Target diberikan akhir September tetapi 30 Agustus kami sudah bisa salurkan Rp 30 triliun. Kami akan terus menyalurkan," kata Budi.
Ia mengatakan ada informasi akan dilakukan penempatan deposito pemerintah tahap dua. "Sambil menunggu itu kami tidak berhenti dan terus membantu penyaluran kredit terkait PEN ini," ujar Budi.
Ia menjelaskan yang menarik adalah dari 78.759 debitur itu, 75 persennya adalah nasabah baru. Sisanya, 25 persen adalah nasabah existing. "Kami fokus debitur baru dan existing," katanya.
Sementara itu, Budi menjelaskan Bank Mandiri sudah melakukan restrukturisasi kredit UMKM terhadap
386.195 debitur atau Rp 37,8 triliun. Non-UMKM 135.062 debitur atau Rp 82,5 triliun. Totalnya adalah 521.257 debitur, dan Rp 120,3 triliun.
Budi menjelaskan Rp 10 triliun yang diterima 25 Juni 2020 itu termasuk juga ke dalam dana deposito di Mandiri yang jumlahnya total Rp 316,6 triliun. Dana deposito secara keseluruhan tumbuh 26,60 persen. Sementara tabungan tumbuh 2,68 persen atau Rp 311,3 triliun.
Ia menjelaskan hingga Agustus 2020, total penyaluran kredit untuk UMKM di Bank Mandiri mencapai Rp 81,3 triliun yang diberikan kepada 887.512 debitur seluruh Indonesia.
Kredit UMKM Rp 10,1 triliun sudah diterima 300.511 debitur. Kredit usaha kecil Rp 35,4 triliun pada 547.451 debitur. Kredit usaha menengah Rp 35,8 triliun kepada 39.550 debitur.
Sepanjang 2020, kata Budi, pihaknya sudah melakukan restrukturisasi kredit dari baki kredit Rp 120,3 triliun dengan jumlah debitur 521.257. (boy/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Boy