Polisi Papua Nugini mengatakan kelompok penculik seorang profesor asal Australia dan tiga perempuan peneliti tidak merencanakan penyanderaan.

Polisi Papua Nugini mengatakan penculiknya merupakan kelompok kriminal yang kebetulan melihat para peneliti tersebut.

BACA JUGA: Donasi Sepeda Membantu Kehidupan Para Pengungsi di Australia

Tim akademis ini sedang melakukan kegiatan studi lapangan di kawasan terpencil di dataran tinggi dekat Gunung Bosavi, kawasan perbatasan antara provinsi Hela dan Southern Highlands.

Mereka terlibat dalam sebuah proyek dengan ditemani para pemandu lokal.

BACA JUGA: Australia Kembangkan Teknologi yang Bisa Kurangi Kadar Gula dalam Jus Hingga 70 Persen

Pemandu mereka juga awalnya diculik, sebelum kemudian dibebaskan.

Namun ABC mendapat laporan jika salah satu pemandu lokal memilih untuk tetap bersama kelompok peneliti, meski sudah ditawari bebas.

BACA JUGA: Profesor Australia Disandera Kelompok Bersenjata Papua Nugini, Ada Permintaan Tebusan

David Manning, kepala kepolisian Papua Nugini mengatakan pasukan keamanan dengan keahlian khusus akan diturunkan untuk membebaskan para sandera, dengan menggunakan semua cara yang diperlukan termasuk tindakan mematikan.

Ia mendesak kelompok kriminal tersebut membebaskan sandera, serta mengatakan "kegagalan mematuhi perintah dan menentang penangkapan bisa membahayakan hidup mereka sendiri." 

Polisi memperkirakan kelompok yang menyandera empat peneliti ini berasal dari Komo di provinsi Hela.

Mereka diperkirakan sedang kembali ke desa Kamusi ketika melihat para peneliti.

"Mereka hanya mengambil kesempatan dan tidak merencanakan melakukannya dan sekarang meminta tebusan uang bagi pembebasan sandera," kata David.

Profesor antropologi yang diculik tersebut diketahui bekerja di sebuah universitas di Australia dan memiliki kewarganegaraan Selandia Baru.

Fokus penelitiannya adalah bidang arkeologi, termasuk sudah melakukan penelitian sebelumnya di Papua Nugini.

Dia ditahan bersama tiga peneliti perempuan asal Papua Nugini, yakni seorang koordinator program dan dua lulusan dari universitas Papua Nugini, dan salah seorang di antaranya bekerja di museum.

Sempat ada kekhawatiran jika ada warga asing lain yang disandera, termasuk peneliti asal Australia lainnya, tapi diketahui peneliti tersebut sedang berada di rumahnya di Australia.Sandera berpindah-pindah lokasi

Polisi sudah bekerja sama dengan misionaris setempat, yang berperan menjadi perantara saat mencoba membebaskan para sandera.

Misionaris sudah berhasil berbicara dengan profesor lewat telepon satelit dan mencoba membantu perundingan.

Menurut Asisten Komisioner Polisi untuk kawasan barat, John Kale, kelompok penculik bersenjata ini memindahkan sandera dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

Dia mengatakan operasi yang dilakukan sangat berhati-hati.

"Polisi berencana melakukan operasi. Namun karena misionaris mengadakan kontak dengan sandera atau dengan penyandera, kami tidak mau membuat situasi memanas," katanya kepada ABC.

Ia juga menyampaikan kekhawatiran jika para sandera akan dipindahkan lagi, atau bahkan dilukai.

Seorang pengusaha dari kawasan setempat mengatakan berita mengenai penculikan segera menyebar di kalangan warga, yang juga bersedia untuk membantu meski mengalami kesulitan logistik.

"Kami tinggal di desa-desa yang tersebar di kawasan hutan yang lebat, sehingga kami tidak bisa membantu menemukan mereka, dan juga tidak memiliki jaringan untuk mengontak dan mengetahui identitas mereka," kata Andrew Awabi dari Koperasi Pertanian Gunung Bosavi.

"Berita penculikan sudah menyebar, jadi sekarang warga dari masing-masing desa mencoba masuk ke hutan untuk melacak dan menemukan mereka." 

Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan penduduk desa yang tidak terlibat dalam penculikan sudah membantu melakukan perundingan dan juga memberikan informasi.

Jarang sekali penculikan meminta uang tebusan terjadi di Papua Nugini dan PM Marape mengatakan ini menjadi "sebuah tren baru dalam aktivitas kriminal yang tidak akan ditoleransi."

"Saya kira ini adalah pertama kalinya uang tebusan dijadikan syarat dalam penculikan dan kami menanggapinya dengan serius," katanya.

"Kami tidak ingin ini menjadi preseden ke depannya, dan kami sekarang bekerja sama dengan semua pihak."Warga Australia diculik tahun lalu

Penculikan di Papua Nugini sudah terjadi di masa lalu, namun kebanyakan ada hubungannya dengan proyek sumber alam atau industri di kawasan regional.

Akhir tahun lalu, seorang warga Australia dan tiga pekerja asal Papua Nugini yang bekerja untuk Santos, di sebuah kilang minyak terpencil di provinsi Hela, diculik  pemilik lahan setempat, menurut laporan media berdasarkan keterangan di pengadilan.

Para pekerja tersebut dilaporkan ditahan selama beberapa hari setelah diculik oleh warga yang bersenjatakan pisau dan senjata api buatan sendiri.

Sandera kemudian dibebaskan, namun kejadian tersebut tidak menjadi bahan pemberitaan saat itu.

Saat ini tiga pria sedang diadili terkait penculikan. 

Di pengadilan mereka mengatakan melakukan penculikan karena belum mendapat bayaran royalti dari pemerintah Papua Nugini untuk sebuah proyek minyak.

"Kita bekerja erat dengan ototitas Papua Nugini dan Australia, juga para kontraktor untuk dapat mencapai sebuah resolusi positif," demikian pernyataan Santos kepada ABC.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Buah Kombes Faizal Sita Peralatan yang Dipakai KKB Untuk Propaganda

Berita Terkait