Penyebab Sulit Mengingat Mimpi ketika Bangun

Senin, 03 Maret 2014 – 16:08 WIB

jpnn.com - ANDA pernah bermimpi tentang hal indah namun tidak bisa mengingatnya ketika terbangun? Masalah mimpi yang lenyap biasa terjadi dan banyak yang bertanya-tanya, apa sebabnya. Kini ilmuwan telah menemukan jawaban dari tanda tanya besar itu.

Sebagian orang dapat mengingat mimpi dengan mudah ketika bangun dan sebagian yang lain hanya bisa mengingatnya sesekali.

BACA JUGA: Saat Ovulasi, Wanita Lebih Tertarik Pria Macho

Mengapa demikian? Sekelompok peneliti dari Prancis telah menemukan jawabannya sekaligus menemukan bagaimana mekanisme otak bisa menyimpan mimpi.

Para ilmuwan membagi 41 responden menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang dengan mudah mengingat kembali mimpinya. Mereka mengingat rata-rata 5,2 mimpi pada pagi hari, tiap minggunya. Kelompok kedua merupakan mereka yang tak bisa mengingat mimpi, yakni hanya mengingat 2 mimpi tiap bulannya.

BACA JUGA: Resep Mudah Bikin Jantung Tetap Sehat

Tim yang dipimpin oleh Perrine Ruby, peneliti di Lyon Neuroscience Research Center itu, menemukan ada daerah di otak yang bertanggung jawab untuk mengingat mimpi dan mencatatnya dalam memori ketika seseorang sedang tidur.

Pada otak manusia, terdapat persimpangan temporo-parietal, bagian itu merupakan pusat pemprosesan informasi di otak. Berdasar penelitian diketahui bahwa orang yang mudah mengingat mimpi memiliki temporo-parietal yang lebih aktif. Peningkatan aktivitas di wilayah tersebut dipercaya memfasilitasi proses penyimpanan mimpi dalam memori.

BACA JUGA: Paru-paru Perokok Bisa Didonorkan

Mereka yang mudah mengingat mimpi biasanya lebih sering terjaga selama tidur dibanding mereka yang tak bisa mengingat mimpi. Otak para para pengingat mimpi juga lebih reaktif terhadap rangsangan suara ketika mereka tidur dan lebih mudah terjaga. Demikian hasil studi itu dituangkan dalam tulisan yang dimuat di jurnal Neuropsychopharmacology.

"Ini menjelaskan mengapa mereka yang mudah mengingat mimpi biasanya lebih reaktif terhadap stimulus lingkungan, lebih sering bangun saat tidur, dan lebih baik dalam mengkodifikasi mimpi ke dalam ingatan dibanding mereka yang tak bisa memngingat mimpi," kata Ruby, seperti dilansir laman Daily Mail, Minggu (2/3).

"Memang, saat tidur otak tak bisa menyimpan memori baru, otak harus dibangunkan agar mampu melakukannya," katanya lebih lanjut.

Meningkatnya reaktivitas otak menyebabkan orang mudah terjaga pada malam hari. Dalam periode terjaga yang singkat itu, mimpi akan disimpan ke dalam memori. Sebaliknya, rendahnya aktivitas pada simpangan temporo-parietal menyebabkan orang jarang terjaga sehingga otak tidak bisa menyimpan mimpi.

Perbedaan antara orang yang mudah mengingat mimpi dan orang yang sulit mengingat mimpi tidak hanya terjadi saat tidur. Ilmuwan juga menemukan berbedaan ketika mereka terjaga.

Untuk melihat perbedaan itu, para peneliti menggunakan Positron Emission Tomography (PET). Alat tersebut berfungsi mengukur aktivitas spontan otak responden ketika mereka tidur maupun terjaga.

Mereka yang mudah mengingat mimpi menunjukkan aktivitas otak yang lebih kuat pada area medial prefrontal cortex (mPFC) dan persimpangan temporo-parietal (TPJ). Kedua area tersebut diketahui merupakan bagian otak yang terlibat dalam reaksi otak terhadap stimulus dari luar. (fny/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penderita Diabetes Tak Harus Amputasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler