Penyebab Utama Elektrifikasi di Indonesia Timur Masih Rendah

Jumat, 26 Juli 2019 – 15:39 WIB
Instalasi listrik. Foto: Kaltim Post/JPNN

jpnn.com, PASURUAN - Pembangunan pembangkit listrik di Indonesia Timur yang tidak mudah membuat elektrifikasi di sana rendah.

Padahal, sebenarnya Indonesia memiliki sumber energi berlimpah yang selalu ada sepanjang tahun. Yakni, matahari.

BACA JUGA: Tarif Listrik Berpeluang Turun

Direktur PT Santinilestari Energi Indonesia Ricky Sudito Pontoh mengatakan, potensi tenaga surya belum digarap secara maksimal.

BACA JUGA: Investor Tiongkok Berminat Biayai Pembangunan Indonesia Islamic Science Park

BACA JUGA: Toyota Bakal Pamer 3 Mobil Elektrifikasi di GIIAS 2019

Di kawasan Indonesia Timur yang medannya berat, pemanfaatan tenaga surya sebagai pembangkit listrik adalah solusi tepat.

Dia pun meresmikan pabrik lampu tenaga surya di kawasan Ngerong, Gempol, Pasuruan, Kamis (25/7).

BACA JUGA: Pansel Diminta Beri Perhatian Ekstra kepada Capim KPK dari Indonesia Timur

Lampu-lampu itu bisa mengurangi ketergantungan warga pada listrik dari PLN.

”Lampu ini lebih hemat energi,” kata Ricky.

Lampu yang sumber energinya terbarukan tersebut mempunyai sensor surya. Lampu semacam itu, menurut dia, tepat digunakan di kawasan Indonesia Timur yang pembangunan infrastrukturnya belum merata.

Untuk menerangi rumah atau jalanan, masyarakat tidak perlu lagi menunggu PLN guna mendirikan pembangkit di kawasan mereka atau menciptakan jaringan baru.

Lampu buatan Santinilestari tersebut juga dilengkapi dengan baterai. Energi dalam baterai itu bisa digunakan saat masa darurat.

Menurut Ricky, lampu tenaga surya itu juga mempunyai sistem penyimpanan energi yang cerdas.

Perusahaan juga melengkapi produknya dengan sistem artificial intelligence. Sistem itu mempermudah pengoperasian infrastruktur penerangan dengan bantuan internet.

 “Sampai saat ini sebagian besar konsumen kami adalah instansi pemerintahan. Sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur, terutama penerangan jalan umum (PJU),” ujar Ricky.

Kini perusahaan berupaya menghasilkan produk yang bisa digunakan rumah tangga.

Bukan hanya lampu, Santinilestari pun memproduksi solar panel. Ricky berharap pemasaran solar panel bisa dimulai pada 2020.

Untuk keperluan itu, perusahaan menanamkan modal 20 persen dari total penjualan untuk kebutuhan research and development (R&D).

Namun, sampai sekarang, perusahaan masih terpaksa mendatangkan sejumlah komponen dari luar negeri dalam rangkaian produksi.

President Director Santini Group Luki Wanandi mengatakan, peluang bisnis energi terbarukan masih sangat besar.

”Indonesia ini sumber daya alamnya dari matahari sangat luar biasa, apalagi di bagian timur,” katanya.

Listrik, imbuh dia, juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut.

Santinilestari masih menjadi penguasa lampu tenaga surya di Indonesia. Penetrasi pasar produksi Santinilestari mencapai 60 persen di seluruh Indonesia.

Bersamaan dengan berkembangnya pasar, bisnis perusahaan tersebut juga tumbuh.

Tahun lalu, kinerja perusahaan tumbuh 87 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Perusahaan juga mulai mengincar pasar ekspor. Untuk sementara, lampu-lampu tersebut banyak dijual di Malaysia dan Timor Leste. (ell/c12/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 721.008 Rumah Tangga Tidak Mampu Pasang Listrik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler