Penyebab Utama Lifting Migas Masih Rendah

Sabtu, 29 Juni 2019 – 02:25 WIB
Kilang milik Pertamina di Balikpapan, Kalimantan Timur. Foto: Kaltim Post/JPG

jpnn.com, BALIKPAPAN - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Kalimantan Sulawesi (Kalsul) Syaifudin mengatakan, lifting migas yang rendah disebabkan decline rate yang lebih tinggi dan lebih cepat di beberapa blok yang beralih ke pelukan pemerintah.

Dari Wilayah Kerja (WK) secara nasional sebanyak 219. Wilayah Kalsul terdapat 69 WK. Di Kaltim, termasuk Kaltara, ada 38 WK.

BACA JUGA: Produksi Migas Terus Menurun

SKK Migas Kalsul mencatat lifting migas hingga Mei 2019 lalu sebesar 91.336 barrel oil per day (BOPD) dari target APBN minyak sebesar 111.233 BOPD.

BACA JUGA: Penjualan Properti Harga Rp 1 Miliar Laris Manis

BACA JUGA: Tarif Tiket Pesawat Mahal, Penurunan Harga Avtur Dinilai Hanya Solusi Sesaat

Sementara itu, gas sebesar 1.945 million standard cubic feet per day (MMSCFD) dari target 2.547 MMSCFD.

Target lifting minyak pada APBN 2019 sebesar 775.000 BOPD dan realisasi sebesar 751.015 BOPD.

BACA JUGA: Peningkatan Pemakaian Bright Gas Bisa Mengurangi Beban Pengeluaran Pemerintah

Di sisi lain, untuk gas sebesar 7.000 MMSCFD dan realisasi mencapai 5.928 MMSCFD.

“Kontribusi lifting Kalsul untuk minyak sebesar 12 persen dan gas 33 persen dari lifting nasional. Masih sangat signifikan. Karena itu, kami berharap operasional perusahaan migas di Kalsul yang banyak beroperasi di Kalimantan mendapat dukungan dari semua pihak,” tuturnya, Kamis (27/6).

Dari sisi realisasi lifting KKKS, khususnya di Kaltim, untuk minyak dengan target sebesar 88.734 BOPD.

Realisasi sebesar 69.876 BOPD, sedangkan produksinya mencapai 70.442 BOPD. “Sejak April lalu KKKS mengupayakan angka lifting melebihi angka produksi.

Untuk gas targetnya sebesar 1.908 MMSCFD dan terealisasi 1.434 MMSCFD. Kontribusi lifting Kaltim untuk minyak sebesar sembilan persen dan gas 24 persen dari lifting nasional,” ujarnya.

Untuk kegiatan eksplorasi telah dilakukan pemboran sumur eksplorasi Bella-3 di Berau oleh Caelus Energy South Bengara II dengan TD 2765 ft diselesaikan pada Semester 1 2019 (Gas Discovery).

Selain itu, terdapat empat rencana pemboran oleh Krisenergy (Tanjung Aru) BV, PT Kalisat Energi Nusantara dan Caelus Energy South Bengara II pada semester II tahun ini.

Dia menjelaskan, untuk minyak, produksi terbesar masih Pertamina Hulu Mahakam (PHM) dengan sumbangan sekitar 57 persen atau 39.695 BOPD.

Pertamina Hulu Kalimantan Timur berkontribusi 11.550 BOPD atau 17 persen dari total produksi. Sumbangsih PHSS sebesar 14 persen atau 9.785 BOPD.

Syaifudin mengakui aktivitas hulu migas di tahun ini untuk wilayah kerjanya kurang begitu aktif.

Survei dan pengeboran KKKS produksi pada 2019 ini pecapaiannya hanya 60 aktivitas. Mayoritas dilakukan PHM yakni 42 sumur dan PEP 9 sumur.

Seluruh aktivitas hanya development drilling. Kegiatan 2D seismic, 3D seismic dan exploration drillings tidak ada.

Sementara itu, exploration drilling untuk survei dan pengeboran KKKS eksplorasi tahun ini hanya satu aktivitas.

“Mayoritas kegiatan baru dijadwalkan tahun depan,” ungkapnya. (aji/ndu/k15)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemakaian Bright Gas 5,5 Kg Meningkat, Kesadaran Masyarakat Dinilai Semakin Tumbuh


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler