jpnn.com, JAKARTA - Eksplorasi untuk menemukan cadangan menjadi kunci peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) di tanah air.
Sebab, produksi migas terus menurun dari tahun ke tahun. Direktur Eksekutif IPA (Indonesian Petroleum Association) Marjolijn Wajong menjelaskan, produksi migas akan sulit meningkat jika tidak ada temuan cadangan baru.
BACA JUGA: 4 Faktor Penting untuk Bertahan di Industri Migas
''Memang ada lapangan yang sudah berproduksi, tetapi tidak bakal cukup tanpa diimbangi temuan baru,'' katanya saat berkunjung ke redaksi Jawa Pos di Jakarta, Senin (24/6).
BACA JUGA: Sikap Lion Air dan Citilink soal Penurunan Harga Tiket Pesawat
BACA JUGA: 11 Proyek Migas Berproduksi Tahun Ini
Secara hitungan teknis, Indonesia masih memiliki potensi cadangan migas yang menjanjikan.
Di situlah pentingnya dilakukan eksplorasi untuk penemuan cadangan migas baru.
BACA JUGA: Jangan Lagi Bergantung pada Sektor Migas
Di samping itu, tetap diperlukan optimalisasi produksi untuk lapangan-lapangan migas yang saat ini telah berproduksi.
Dua persoalan itulah yang diangkat dalam IPA Convex 2019 di Jakarta Convention Center (JCC) pada 4-6 September mendatang.
Peningkatan produksi migas penting dilakukan lantaran konsumsi produk turunan seperti BBM di Indonesia terus melonjak.
Selain itu, konsumsi gas domestik meningkat terutama seiring dengan naiknya kebutuhan gas industri maupun masifnya pembangunan jargas (jaringan gas) untuk sambungan rumah tangga.
Dalam usulan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2020, target lifting atau produksi siap jual migas turun menjadi 1,893 juta boepd (barrel oil equivalent per day) di antara target APBN 2019 sebanyak 2,025 juta boepd.
Target lifting tersebut terbagi menjadi lifting minyak 734 ribu boped dan gas 1,159 juta boepd.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyatakan, ladang-ladang migas di Indonesia mengalami penurunan produksi tiga persen terhadap outlook lifting 2019.
SKK Migas memproyeksikan lifting migas RI pada 2019 jauh lebih rendah daripada target APBN, yakni 1,826 juta boepd.
''Gas forecast-nya meningkat 8 persen bila dibandingkan dengan tahun ini,'' terangnya dalam kesempatan berbeda.
Dia mengungkapkan, beberapa blok migas memang mengalami kenaikan produksi. Sayangnya, jumlah kenaikan belum bisa mengompensasi penurunan produksi beberapa blok migas.
Misalnya, Blok Cepu yang dioperatori ExxonMobil hingga 2019 mengalami tren kenaikan produksi. (vir/c14/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penyebab Utama Lifting Migas Meleset dari Target
Redaktur : Tim Redaksi