jpnn.com - SELAT KARIMATA - Fotografer Jawa Pos Fedrik Tarigan juga sempat ikut rombongan Kopaska menuju tempat penyelaman. Dia menyebutkan ombak di lokasi mencapai lima meter.
Kepala Basarnas FHB Soelistyo mengatakan, buruknya operasi kemarin juga disebabkan oleh tingginya arus bawah laut. Menurutnya, saat operasi berlangsung kecepatan arus mencapai 5 knot.
BACA JUGA: Ini Gambaran Kondisi Badan AirAsia di Dasar Laut
"Jarak pandang pun menjadi sulit. Para penyelam mau menggerakkan badan ke satu titik juga akan sangat susah," ungkapnya, kemarin.
Meski demikian, operasi pengangkatan akan kembali dicoba pada pukul 19.00 WIB. Operasi ditujukan pada pemasangan tali crane dari kapal Crest Onyx serta mengisi udara floating bag.
BACA JUGA: Jokowi Harus Tegur Menteri yang Berebut Dana Desa
"Saat ini tali sudah diikatkan ke ekor pesawat dan satu floating bag dengan kapasitas beban 10 ton juga sudah terpasang," tuturnya.
Namun sayangnya, hingga menjelang petang, operasi pengapungan ekor pesawat belum berhasil dilakukan. Sehingga terpaksa harus menunggu hingga kondisi arus membaik.
BACA JUGA: Update Korban AirAsia QZ8501, Ini Identitas 48 Jenazah
Atas kondiai ini Moeldoko juga memerintahkan jika cuaca baik pengangkatan ekor pesawat bisa dicoba dengan crane towing dari geladak Crest Onyx menggunakan tali trost yang diikat seling ke belting (tali yang menyabuki ekor pesawat).
Setelah itu pengangkatan dikombinasikan dengan floating bag (pengapungan menggunakan kantong udara). "Seluruh potensi kami pakai untuk segera mendapatkan black box," tegas Moeldoko.
Crest Onyx milik SKK Migas sendiri sudah lego di utara KRI Banda Aceh. Kapal itu sudah lempar jangkar di sekitar lokasi bangkai ekor yang ditandai pelambung oranye.
Sedangkan KRI Usman Harun dan KRI Pulau Romang terus memastikan objek di kedalaman 30-35 meter. (sep/gun/mia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Cerita Mistis Proses Evakuasi Korban AirAsia QZ8501
Redaktur : Tim Redaksi