Penyerang Kiai di Lamongan Bertemu Ibunya, Mengharukan

Kamis, 22 Februari 2018 – 08:14 WIB
Nandang Triyana, pelaku pengejaran pengasuh ponpes Karangasem Paciran Lamongan KH Hakam Mubarok ditahan di RS Bhayangkara, Surabaya, Rabu (21/2). FOTO: Angger Bondan/Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Polda Jatim berhasil mempertemukan Nandang Triyana, pelaku pengejaran terhadap KH Hakam Mubarok, pengasuh ponpes di Lamongan, dengan keluarganya.

Pertemuan Nandang dengan ayah (Satibi) dan ibunya (Sriana) berlangsung haru.

BACA JUGA: Ingat, Jangan Lantas Main Hakim Sendiri pada Orang Gila

Tangis Sriana pecah saat bertemu dengan Nandang di kamar khusus tahanan RS Bhayangkara Polda Jatim. Meski bertemu ibunya, wajah Nandang tetap dingin.

Dia cuek sambil mulutnya mengulum rokok yang tak lagi menyala. Kadang dia meracau tidak jelas.

BACA JUGA: Penyerangan Terhadap Ulama, Din: Keadilan Harus Dihadirkan

”Kangen Nak sama ibu? Ketemu kok kayak gini,” ujar Sriana kepada Nandang.

Ditanya sang ibu, Nandang tidak merespons. Seolah tak mendengar orang tuanya menangis di depannya.

BACA JUGA: 3 Jenderal Diterjunkan Ungkap Penyerangan Terhadap Ulama

Meski dibatasi jeruji besi yang melapisi pintu kamar khusus itu, perempuan asal Cirebon tersebut memegang erat tangan anaknya, berusaha membuat dia teringat dengan keluarganya. Namun, tetap saja, Nandang cuek.

Nandang baru menangis saat ayahnya angkat bicara. Sama dengan istrinya, Satibi berusaha memancing ingatan pria 23 tahun itu.

Responsnya cukup positif. Bahkan, dia ikut menangis ketika ayahnya mengajaknya pulang. ”Mau pulang,” rengeknya.

Setelah hampir setengah jam bertemu Nandang, keluarga kemudian diajak masuk ke ruang kepala rumah sakit. Mereka diminta untuk memberikan informasi kepada tim psikiater yang menangani Nandang.

Kepada media, Sriana mengaku anaknya sudah lama meninggalkan rumah. ”Dia (Nandang, Red) meninggalkan rumah sekitar empat tahun lalu,” ucap Sriana sambil terisak.

Sejak saat itu Nandang tidak pernah pulang. Kabarnya pun tak pernah terdengar. Sejak kelas VIII SMP, anaknya itu memang sudah sulit berinteraksi dengan orang lain. Dia pun diindikasikan gila.

Kabidhumas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera mengungkapkan, pertemuan Nandang dengan keluarga menjadi akhir dari serangkaian peristiwa yang terjadi di Lamongan. Barung menegaskan, tidak ada rekayasa dalam pertemuan itu.

Di kesempatan lain, Wakapolri Komjen Syafruddin mengungkapkan, sejak tiga minggu lalu pihaknya menerjunkan tiga tim khusus untuk menyelidiki isu penyerangan tokoh agama.

Tiga tim tersebut beroperasi di Jatim, Jogjakarta, dan Jabar. ”Sebenarnya tidak hanya di sini, hanya saja yang terbesar di tiga daerah itu,” katanya seusai bersilaturahmi dengan ulama se-Jatim kemarin.

Syafruddin datang khusus ke Jatim untuk melakukan supervisi pada tugas tersebut. ”Sudah ada hasilnya, pembuat informasi hoax sudah diamankan dan akan dikembangkan,” katanya.

Menurut Syafruddin, beberapa kejadian penyerangan terhadap tokoh agama dibangun dari berita hoaks.

Dia mencontohkan peristiwa di Jabar. Dari 13 kejadian yang menyebar di publik, hanya 2 yang faktual. Sisanya hoaks. Hal yang sama, menurut dia, terjadi di Jatim.

Dengan fakta tersebut, pria yang juga menjabat wakil ketua umum Dewan Masjid Indonesia itu memerintah polda jajaran melakukan penyelidikan secara mendalam. Membentuk tim khusus untuk melakukan penyelidikan menyeluruh.

Mulai aspek medis hingga kemungkinan adanya dalang di balik peristiwa yang ada. Setelah hasilnya muncul, dia meminta publik diberi penjelasan secara gamblang. Tidak berdasar isu.

”Ini beda dengan tahun 1998, kalau dulu memang ada gerakan masif, kalau saat ini berkembangnya karena hoaks-nya yang banyak,” jelasnya.

Hal senada disampaikan Wakil Rais Am PB NU KH Miftachul Akhyar. Menurut dia, segala informasi atau isu yang ada harus dijelaskan melalui klarifikasi atau tabayun. Agar tidak termakan informasi hoaks yang menyesatkan. ”Kami akan membantu mendinginkan santri, meredam gejolak yang ada,” terangnya.

Terkait penanganan beberapa peristiwa yang ada, pihaknya menyerahkan proses penanganan kepada petugas kepolisian. Pihaknya sudah meminta polisi agar melakukan penanganan yang detail. Supaya masyarakat juga tahu yang sebenarnya.

Pengasuh Ponpes Miftachusunnah, Kedung Tarukan, Surabaya, itu menegaskan, tidak ada instruksi kepada santri untuk lebih waspada. Selama ini, tanpa ada masalah itu pun, keamanan harus diperketat.

”Apalagi kalau ada masalah begini, santri itu dengan sendirinya berusaha melindungi kiainya,” tuturnya. (bib/aif/fiz/fa/aji/ang)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penyusup di Rumah Ketua MUI Madiun juga Orang Gila?


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler