Penyerapan Pupuk Organik Bersubsidi Terus Meningkat

Senin, 11 Maret 2019 – 07:04 WIB
Gudang Pupuk. Foto: ilustrasi dokumen JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong penggunaan pupuk organik kepada petani.

Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) juga sudah memberikan subsidi sejak 2008. Selama tiga tahun terakhir (2016-2018) penyerapannya terus meningkat.

BACA JUGA: Sawah Kena Banjir, Petani Dapat Bantuan Dari Kementan

“Awalnya memang kualitas dikeluhkan. Sekarang mutu lebih baik. Penyerapan pupuk organik oleh petani melalui subsidi selama tiga tahun terakhir, tahun 2016-2018 rata-rata 700 ribu ton per tahun,” ungkap Direktur Pupuk dan Pestisida Ditjen PSP Muhrizal Sarwani, Minggu (19/3).

Untuk mengatasi persoalan mutu pupuk organik, hayati dan pembenah tanah, pihaknya menelurkan Permentan 01/2019 tentang Pendaftaran Pupuk Organik dengan pendekatan persyaratan teknis minimal.

BACA JUGA: Ditjen PSP Kementan Cabut Izin Pestisida yang Sudah Tidak Berproduksi

Selain itu, katanya, menerapkan standar, upaya tersebut diharapkan petani mendapatkan jaminan kualitas pupuk organik dan pemerintah bisa melakukan pengawasan.

"Sosialisasi penggunaan produk organik kepada petani saat ini masih kurang. Kami terus melakukan penyuluhan dan pelatihan perlu ditingkatkan," kata Muhrizal.

BACA JUGA: Petani Kapuas Manfaatkan Embung untuk Lahan Rawa

Dia mengungkapkan, Petrokimia Gresik mempunyai kapasitas produksi pupuk organik 1,6 juta ton.

Namun, karena kekurangan bahan baku sehingga realisasinya baru setengah.

“Dunia mengamanatkan bagaimana kita menggunakan N (nitrogen) seefisien mungkin. Selama ini pupuk N yang terserap. Selain itu kami diminta shifting ke organik, hayati dan bio supaya tanah sehat,” ucapnya.

Winarno Tohir, Ketua Umum Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) mengatakan, perlu ada gerakan penggunaan pupuk organik karena lahan sudah mengalami leveling off.

Apalagi, kata Winarno, berdasarkan BPS terbaru lahan baku pangan kita turun 600 ribu hektare hektare menjadi 7,1 juta hektare.

“Kami juga perlu tambahan penyuluh untuk sosialisasi penggunaan pupuk organik, hayati dan pembenah tanah. Bahasanya ke petani harus beda. Harus bikin bahasa petani. Dibutuhkan perpaduan pupuk anorganik dan organik,” terangnya.

Dia menjelaskan, guna meningkatkan produktivitas padi berkelanjutan perlu menggunakan pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah.

“Namun pemakaiannya perlu dikombinasikan dengan pupuk anorganik karena tantangan dan tugas pemenuhan pangan nasional kita sangat riskan dan kurang bijak bila digantungkan pada sistem pertanian seperti ini,” kata dia.

Menurutnya, pemupukan harus berimbang antara pupuk anorganik dengan pupuk organik bersama-sama dengan pupuk hayati dan pembenah tanah serta dibarengi dengan pengendalian hama penyakit terpadu.

Dia menambahkan, pembangunan pertanian khususnya padi sebagai komoditas pangan utama, saat ini menjadi sangat strategis karena menyangkut kedaulatan pangan nasional berkelanjutan ke depan.

“Tidak saja untuk peningkatan produksi dan produktivitas padi tetapi juga bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani serta upaya pengentasan kemiskinan di pertanian,” pungkasnya. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mentan Beber Arti Penting Lahan Rawa Demi Target Lumbung Pangan 2045


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kementan  

Terpopuler