Penyesuaian Tarif Listrik Penyumbang Utama Inflasi

Sabtu, 11 Februari 2017 – 09:45 WIB
Gubernur BI Agus DW Martowardojo. Foto: Jawa Pos Group/dok.JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Penyesuaian tarif tenaga listrik menjadi penyumbang utama inflasi hingga minggu kedua Februari 2017.

Bank Indonesia mencatat, inflasi mencapai 0,35 persen.

BACA JUGA: Kenaikan Tarif Listrik Tak Bikin Inflasi

Inflasi komponen bahan pangan bergejolak (volatile food) juga mulai naik, terutama komoditas cabai.

”Namun, daging, telur, ayam, dan bawang merah masih mengalami deflasi,” kata Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo, Jumat (10/2).

BACA JUGA: Andalkan Pergudangan Komoditas demi Tekan Inflasi

Sejauh ini, lanjut dia, koordinasi dengan pemerintah tentang penentuan harga administered price terus berlangsung.

Agus berjanji menyarankan waktu yang tepat kepada pemerintah agar tekanan harga tidak terlalu meninggi.

BACA JUGA: Distribusi LPG Tertutup Berpotensi Dorong Inflasi

Kemarin, BI merilis data defisit transaksi berjalan.

Defisit transaksi berjalan pada kuartal IV 2016 turun menjadi USD 1,8 miliar atau 0,8 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Defisit itu lebih rendah daripada kuartal sebelumnya USD 4,7 miliar atau 1,9 persen dari PDB.

Defisit ditopang perbaikan kinerja neraca perdagangan barang dan pendapatan primer.

Surplus neraca perdagangan barang tercatat meningkat didorong peningkatan ekspor seiring dengan perbaikan ekonomi negara-negara mitra dagang dan meningkatnya harga komoditas global.

Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer menurun mengikuti jadwal pembayaran bunga surat utang pemerintah yang lebih rendah.

Kinerja transaksi berjalan kuartal IV 2016 juga lebih baik daripada periode yang sama pada 2015.

Yakni, defisit USD 4,7 miliar atau 2,2 persen dari PDB.

Chief Economist Mandiri Sekuritas Leo Putra Rinaldy menjelaskan, defisit transaksi berjalan tahun ini diprediksi 2,2 persen.

Kalau harga minyak naik ke 60 USD dan rupiah terhadap USD Rp 13.500, harga premium akan lebih tinggi.

”Kalau harga minyak naik dan bertahan cukup lama, hal itu berdampak ke inflasi yang tadinya diperkirakan 4,2 persen bisa naik menjadi 4,5 persen. Jadi, garis benang merahnya itu terdapat dalam harga komoditas,” pungkasnya. (rin/c16/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Inflasi 2016 Terendah Sejak 2010


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
inflasi  

Terpopuler