jpnn.com, JAKARTA - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menyatakan pihaknya memantau daerah konvensional terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berulang.
Dia meminta antisipasi lebih besar di daerah tersebut.
BACA JUGA: Menteri LHK Sampaikan Pesan Presiden Perihal Pencegahan Karhutla
"KLHK akan merintis pemantauan hot spot secara detil dan lebih mendalam di daerah-daerah konvensional ini, mungkin hingga tanggal 5 Mei yang akan datang, karena jika hingga tanggal tersebut terjadi dinamika karhutla yang meningkat, atau terjadi eskalasi yang berarti, maka akan masih punya cukup waktu untuk mengambil langkah sebelum Lebaran Idulfitri,” kata Siti saat memimpin rapat teknis pemantapan langkah pencegahan karhutla sekaligus antisipasi di 2021.
Siti menyebutkan, data menunjukkan jika per Maret 2021 luasan area yang terbakar telah mencapai 23.783 hektare berarti lebih luas dibandingkan periode sama 2020 yang mencapai 19.372 hektare.
BACA JUGA: Cegah Karhutla, MPA Paralegal Majalengka Gandeng TNI-Polri
Di memerinci, beberapa daerah konvensional rawan terjadi karhutla berulang meliputi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Pontianak, Ketapang, Singkawang, Kapuas, Pangkalan Bun, Banjar, dan Tanah Laut.
Selaras dengan itu Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, jika lembaganya memperkirakan La Nina di wilayah Indonesia akan segera beralih menuju Enso Neutral pada Mei 2021.
Hal itu akan menyebabkan curah hujan pada musim kemarau 2021 mendekati pola hujan musim kemarau normalnya.
"Diperkirakan akan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia," ungkap dia.
Dwikorita memaparkan dampak Enso Neutral akan berdampak pada kondisi curah hujan pada Juni sampai dengan September 2021.
Dia menyebut, beberapa wilayah seperti sebagian besar Sumatera dan Jawa yang akan berada pada kategori rendah.
"Sehingga potensi karhutla di daerah rentan akan meningkat," kata dia.
BMKG merekomendasikan agar semua pihak mewaspadai potensi karhutla kategori moderat dan tinggi pada Juni hingga September 2021 di wilayah Riau, Jambi dan Sumsel.
Kemudian pada Juli hingga September 2021 di sebagian wilayah Kalimantan Barat dan Kalimantan bagian selatan, dan pada Agustus hingga Oktober 2021 di wilayah NTT dan Papua bagian selatan.
Sestama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Dody Ruswandi mengatakan berdasarkan Inpres Nomor 3 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan siap sedia membantu penanganan karhutla.
Dukungan itu, kata dia meliputi sarana operasi pemadaman udara berupa Helikopter Fire Fighting dan Patroli dan Bantuan dukungan untuk Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atas permohonan masing-masing gubernur.
Berikutnya BNPB bekerja sama dengan TNI/Polri akan memberikan dukungan pembiayaan pengerahan personil TNI/Polri dan masyarakat dalam rangka upaya pencegahan dan pemadaman darat.
"BNPB bekerjasama dengan KLHK akan memberikan dukungan pembiayaan kegiatan partisipatif masyarakat melalui program Masyarakat Peduli Api (MPA)-Paralegal," beber dia.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan lembaganya terus melakukan Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mempercepat turunnya hujan di wilayah tertentu.
Upaya TMC yang dilakukan oleh BPPT bekerja sama dengan KLHK, BNPB, BMKG, TNI, BRGM, BPBD pada Maret hingga April 2021 menunjukkan hasil yang cukup baik dari segi persentase penambahan curah hujan.
Di Provinsi Riau disebutnya terjadi peningkatan prosentase penambahan curah hujan sebesar 33-64 persen terhadap curah hujan alamnya atau penambahan curah hujan di lokasi penyemaian awan sekitar 194,3 juta meter kubik (m3).
"Di Provinsi Kalimantan Barat atas upaya TMC yang dilakukan terjadi peningkatan prosentase penambahan curah hujan sebesar hingga 44 persen terhadap curah hujan alamnya atau penambahan curah hujan di lokasi penyemaiannya," ujar Hammam. (antara/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Elvi Robia