SLEMAN - Teror bom disertai aksi perampokan menggegerkan warga Jogjakarta. Senin (16/7), seorang pria yang membawa bom rakitan masuk Kantor Kas BRI di kompleks RSUP Dr Sardjito sambil memaksa meminta tas berisi uang.
Kapolres Sleman AKBP Hery Sutrisman mengatakan, kasus ini bermula ketika seorang karyawan bank bernama Siti Sukamti, 50, tiba di kantor sekitar pukul 07.45. Begitu keluar dari mobil dengan membawa tas berisi uang, tiba-tiba seorang pria menghampiri dan berusaha merebut tas yang dibawa. Dari rekaman CCTV menunjukkan pelaku yang menutupi wajahnya dengan syal sambil mengancam karyawan lain seraya memaksa Siti melepaskan tas.
Pelaku mengancam meledakkan bom menggunakan pemicu yang dikenakan di lengannya. Di bawah ancaman, Siti melepaskan tas berisi uang sekitar Rp 155 juta. Setelah berhasil merampas tas, pelaku meletakkan bom rakitan itu di atas meja teller. "Dari pemeriksaan sementara, antara pelaku dan korban sempat terjadi tarik-menarik tas," ungkap Kapolres.
Dian, salah seorang staf kantor cabang BRI Jogjakarta, mengaku sempat melihat dari jarak dekat bom rakitan tersebut. Dia lantas lari keluar ruang setelah melihat ada timer di atas bom rakitan yang diikat lakban warna coklat. "Angka timer menunjukkan waktu 8 menit. Saya yakin itu bom karena ada semacam bau belerang," katanya.
Siti Sukamti belum bisa dimintai keterangan. "Nggak tahu, saya masih pusing," ucapnya di kantor polisi.
Hingga kemarin siang polisi telah memeriksa empat saksi karyawan BRI. Satu di antaranya satpam. Kejadian ini langsung dilaporkan ke polres Sleman, dan kemudian tim Gegana Polda Jogjakarta turun ke lapangan untuk mengevakuasi bom tersebut. Tim Gegana kemudian meledakkan bom itu di tong khusus yang ditaruh di belakang mobil Gegana.
Komandan Satuan Brimob Polda DIJ Kombes Pol Gatot Sudibyo menengarai bom rakitan itu dibuat oleh tangan profesional, bukan orang amatir yang hanya berniat merampok bank. Dugaan itu berdasarkan kerapian rangkaian elektronik dan pernak-pernik pendukungnya. "Itu termasuk bom rakitan berdaya ledak low eksplosif," jelasnya usai memimpin peledakan.
Kendati begitu, menurut Gatot, suara ledakan yang membahana bukan berasal dari bom rakitan. Tapi dari hasil scrapter (penguraian) material bom dengan proses diledakkan. Selanjutnya, serpihan material bom rakitan dibawa ke markas Satuan Brimob DIJ untuk proses identifikasi.
Sementara itu, pihak RSUP Dr Sardjito menyatakan tak seorang pun pasien dievakuasi atas insiden pagi hari tersebut. Bahkan, beberapa dokter, perawat, dan pasien sempat menyaksikan proses peledakan bom.
Perampokan juga terjadi di kampus Akademi Teknologi Kulit (ATK) Jogjakarta. Peristiwa terjadi kemarin sekitar pukul 03.00. Dalam peristiwa ini, perampok berhasil menggasak uang sebesar Rp 200 juta yang disimpan di ruangan Bagian Keuangan lantai 2 kampus.
Satpam ATK Gilang Adya Candra, 19, kepada polisi menceritakan, sebelum mengambil uang, satu di antara lima perampok memecah kaca kantor satpam. Selanjutnya, para perampok menyekap Gilang dan rekannya bernama Deni Setiawan, 25, yang ada dalam pos tersebut.
Mengetahui ada upaya perampokan, Deni berusaha mencari pertolongan dengan cara menelepon. Sayang, usaha itu gagal seorang pelaku menodongkan parang ke leher Deni dan melempar telepon yang akan digunakan. Sebelum melumpuhkan kedua satpam tersebut, pelaku sempat bertanya ruangan komputer yang digunakan mengontrol close circuit television (CCTV).
"Komputer yang dimatikan pelaku bukan CCTV tapi server. Kami pun sempat dipukul kemudian disekap dengan cara tangan diikat dan mata ditutup dengan kain," kata Gilang. Dalam rekaman CCTV, pelaku terlihat menenteng tas plastik hitam yang diduga berisi uang hasil rampokan.
Pembantu Direktur II ATK Jogja Lukas Martindro" Satrio Ari Wibowo mengatakan, uang digasak perampok nilainya Rp 200 juta. Uang tersebut milik koperasi karyawan, uang makan pegawai, dan bantuan beasiswa petugas penyuluh lapangan dari Kementerian Perindustrian. "Kami sudah melaporkan kejadian ini ke Kementrian Perindustrian," kata Wibowo. (mar/jpnn/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kakak Tikam Adik Hingga Tewas
Redaktur : Tim Redaksi