jpnn.com, SURABAYA - Keberadaan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) memberikan dampak positif terhadap penanganan pasien BPJS Kesehatan asal Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pasalnya, jika tanpa keberadaan RSTKA sehingga tidak ditangani dengan segera, penyakit yang diidap oleh pasien tersebut akan terus memburuk.
BACA JUGA: Kejar Target Kepesertaan JKN, BPJS Kesehatan Resmi Meluncurkan Program Pesiar
Kepala Ruang Operasi Instalasi PPJT RSUD dr Soetomo, Yan Efrata Sembiring menyampaikan saat ini pihaknya sedang memberikan penanganan medis terhadap pasien atas nama Claudia Manek.
Remaja berusia 13 tahun itu didiagnosis menderita penyakit jantung bocor, dan kelainan pada katup serta sekat jantung hasil rujukan dari RSUD Malaka.
BACA JUGA: Sepanjang 2022, BPJS Kesehatan Gelontorkan Klaim Rp 113,47 Triliun Tepat Waktu
Dari hasil pemeriksaan medis yang dilakukan, kondisi pasien berada dalam kategori berat dan akan memburuk dalam satu atau dua bulan, jika tidak dapat penanganan yang tepat.
Karena itu, pihak manajemen rumah sakit menganggap kondisi pasien dianggap sebagai prioritas dalam penanganan medis.
“Kasus yang dihadapi Claudia tidaklah sederhana, karena melibatkan kelainan pada katup dan dinding jantung yang bocor akibat tidak tertangani sejak lahir," ungkap Yan.
Claudia akhirnya menjalani operasi selama tiga jam untuk menutup kebocoran pada klep dan dinding jantungnya.
"Penjadwalan operasi ini juga telah melibatkan koordinasi antara dokter yang bertanggung jawab sehingga ketika Claudia tiba di Surabaya, tidak perlu menunggu terlalu lama sebelum tindakan medis dilakukan,” terangnya.
Yan menjelaskan saat ini yang menjadi fokus rumah sakit adalah membuka akses seluas-luasnya bagi peserta, termasuk yang di luar daerah untuk bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.
Menurut Yan, saat ini pihak manjemen rumah sakit juga telah proaktif dalam menemukan kasus peserta yang membutuhkan pelayanan dengan segera.
Hal ini dilakukan agar peserta bisa mendapatkan penanganan yang tepat sehingga kondisi pasien bisa segera membaik.
Yan menjelaskan tindakan operasi jantung memakan biaya yang cukup besar.
Bantuan pemerintah serta dukungan dari Yayasan RSTKA sangat berarti bagi pasien dan keluarganya.
Dia menegaskan RSUD Dr. Soetomo telah secara konsisten terus membantu warga miskin, termasuk peserta JKN untuk mendapatkan pelayanan penyakit jantung dengan mudah.
“Kasus seperti ini adalah salah satu contoh nyata bagaimana BPJS Kesehatan berperan dalam memastikan pembiayaan yang menyeluruh bagi pasien yang membutuhkan perawatan intensif,” tegas Yan.
Dihubungi terpisah, Direktur Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga Agus Harianto mengatakan pihaknya memiliki misi utama di tahun ini untuk menghadirkan pelayanan tindakan operasi yang canggih yang bisa diakses oleh peserta, termasuk mereka yang berasal dari kepulauan.
Melihat dari kasus yang dialami Claudia, dia bersyukur penanganan yang cepat bisa dirasakan langsung oleh pasien tersebut.
Pasalnya, jika terlambat mendapatkan tindakan, nantinya penyakit yang dialami oleh Claudia akan semakin memburuk.
"Saya sangat bersyukur terdapat relawan yang berani mengarungi samudera demi menyelamatkan anak bangsa. Kami juga bersyukur operasi canggih ini bisa dinikmati oleh masyarakat yang berada di pulau dengan skema pembiayaan yang diatur oleh BPJS Kesehatan," ucap Agus.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ghufron Mukti mengungkapkan kasus yang dialami Claudia merupakan contoh konkret bagaimana BPJS Kesehatan dapat merespons dengan cepat kebutuhan pasien JKN.
Dia menegaskan BPJS Kesehatan senantiasa berkomitmen dalam menghadirkan terobosan kerja sama dengan rumah sakit bergerak, dengan harapan memberikan kemudahan dalam membuka akses layanan bagi peserta JKN.
“Kerja sama antarfasilitas ini adalah langkah yang sangat positif, terutama dalam konteks Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA)," kata Ghufron saat melakukan kunjungan langsung ke Gedung Pusat Pelayanan Jantung Terpadu RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Rabu (30/8).
Ke depannya, kata Ghufron, pelayanan antarwilayah akan menjadi suatu langkah besar dalam melayani daerah-daerah terpencil yang sebelumnya menghadapi kesulitan dalam mengakses perawatan di rumah sakit.
Ghufron mengatakan dengan adanya kerja sama yang dijalin, aksesibilitas layanan bagi peserta JKN terus meningkat dengan tetap memastikan mutu layanan sesuai dengan upaya transformasi mutu layanan yang tengah di kedepankan BPJS Kesehatan demi menghadirkan layanan yang makin mudah, makin cepat, dan semua setara.
Dia juga menyampaikan bahwa dengan beragam kondisi geografis di Indonesia, kerja sama yang dilakukan dengan fasilitas kesehatan, seperti RSTKA ini sangat penting.
Menurut Ghufron, hal ini merupakan langkah yang mendasar dalam memastikan akses layanan kesehatan bagi wilayah-wilayah yang belum sepenuhnya terjamin oleh BPJS Kesehatan.
Selain itu, kerja sama yang dibangun juga untuk mendorong peran rumah sakit untuk proaktif dalam membuka pelayanan bagi peserta yang dirujuk sehingga bisa melakukan penanganan yang lebih cepat di RS Soetomo.
“Terutama bagi wilayah terpencil seperti di Provinsi NTT, kerja sama dengan fasilitas kesehatan adalah langkah esensial untuk memberikan manfaat jaminan layanan kepada seluruh masyarakat," terang Ghufron yang juga didampingi Deputi Direksi Wilayah VII BPJS Kesehatan Beno Herman, dan Kepala BPJS Kesehatan Surabaya Hernina Agustin Arifin..
Melalui langkah-langkah ini, kata Ghufron lagi, BPJS Kesehatan terus menjalankan perannya sebagai pemangku tanggung jawab dalam meningkatkan kesejahteraan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Claudia yang didampingi sang ibu, Natalia (37) merasa bersyukur atas perhatian dan dukungan finansial yang diberikan BPJS Kesehatan.
“Semoga Tuhan selalu memberikan kemudahan dalam semua urusan bagi pihak BPJS Kesehatan dan semua yang sudah membantu kami,” ucap Natalia. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi