Di tengah semakin memburuknya hubungan kedua negara, China memutuskan untuk menangguhkan impor daging sapi dari Australia.
Kali ini larangan diberlakukan kepada perusahaan Meramist Pty Ltd, salah satu pemasok utama daging Australia ke China.
BACA JUGA: Desa-Desa di Tiongkok Disulap Jadi Objek Wisata, Warga Makin Sejahtera
Langkah ini disampaikan pihak Bea Cukai China, Senin kemarin (7/12), tanpa disertai alasan di balik pelarangan tersebut.
China sebelumnya telah melarang impor daging sapi dari lima perusahaan Australia lainnya dengan alasan adanya masalah pelabelan, sertifikat kesehatan, serta lainnya.
BACA JUGA: Vaksin COVID-19 Tiba di Indonesia, Perusahaan Tiongkok Langsung Cairkan Duit Rp 7 Triliun
Hubungan Australia dan China terus memburuk setelah dipicu Australia yang meminta adanya penyelidikan tentang asal-usul virus corona.
Manajer Meramist, Mike Eathorne, yang dihubungi ABC menjelaskan pihaknya baru saja menerima berita tersebut.
BACA JUGA: Pamer Kekuatan Militer, Tiga Negara Ini Siap Tantang Tiongkok di Laut Jepang
"Saya diberitahu lima menit yang lalu dan saya tidak mendapatkan apa alasannya," kata Mike.
Meramist adalah salah satu rumah potong hewan (RPH) yang disebutkan dalam pemberitaan ABC tahun lalu, yang terkait dengan pembantaian kuda yang banyak digunakan untuk pacuan.
Seorang mantan pekerja di sana mengaku bersalah atas pelanggaran kekejaman terhadap binatang pada Juli tahun ini.
Pada bulan Mei, China juga melarang impor dari empat perusahan pengolah daging terbesar di Australia, dengan alasan masalah pelabelan dan sertifikat kesehatan.
Selanjutnya pada bulan Agustus, China menghentikan impor dari John Dee, perusahaan RPH di Queensland, yang merupakan perusahaan RPH tertua di Australia.
Saat itu, Menteri Pertanian Australia David Littleproud mengonfirmasi adanya larangan terhadap produk daging John Dee.
Namun Mentan Littleproud mengatakan larangan itu diberlakukan setelah "unsur alami" yang disebut kloramfenikol ditemukan dalam daging yang dipasok ke China dari John Dee.
Ia mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan pejabat di Beijing untuk memperbaiki situasi secepat mungkin.
"Kloramfenikol dapat muncul secara alami pada beberapa pakan ternak," kata Mentan Littleproud.
Ketua Dewan Industri Daging Australia Patrick Hutchinson memahami bahwa deteksi kloramfenikol dalam daging yang diproses di John Dee adalah insiden yang terisolasi.
Namun, Patrick mengatakan nilai ekspor daging sapi ke China dari Australia tetap tinggi pada tahun 2020.
"Kami hanya turun 8 persen dalam setahun dan telah mengekspor lebih banyak dalam tujuh bulan ini dibandingkan dengan seluruh ekspor tahun 2017," katanya.
Tindakan dagang yang dilakukan China bukan hanya menargetkan daging sapi, tapi juga produk unggulan Australia lainnya, seperti jelai, anggur, lobster dan batubara.
Industri minuman anggur Australia merupakan sektor yang paling terpukul, setelah China memberlakukan tarif impor hingga 200 persen bulan lalu dengan alasan Australia melakukan 'dumping'.
Tindakan tersebut mendorong kampanye global yang menyerukan warga di sejumlah negara untuk minum wine Australia.
Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim. Ikuti berita terkini dari Australia di ABC Indonesia.
BACA ARTIKEL LAINNYA... TB Hasanuddin Soroti Kejahatan Kemanusiaan Mengerikan di Afghanistan