jpnn.com - TIMIKA - Perang antarwarga yang terjadi di Distrik Kwamki Narama, Mimika, Papua pelan namun pasti, mulai mereda. Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Mimika, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Mimika bersama Polri dan TNI melakukan mediasi, meski belum mempertemukan dua pihak sekaligus dalam satu meja.
Jmuat (13/5) malam lalu, Bupati Mimika, Eltinus Omaleng, bersama Ketua DPRD Mimika, Elminus Mom serta tim khusus dari Mabes Polri, Polda Papua serta Polres Mimika, terlebih dahulu bertemu dengan kubu bawah dari distrik warga yang bertikai. Kemudian Sabtu (14/5) pagi dengan kubu atas.
BACA JUGA: Banjir, Puluhan Hektar Tanaman Padi Rusak
Bupati Omaleng mengatakan, kelompok bawah sudah sepakat untuk berdamai. Meskipun sebenarnya kubu bawah memiliki dua korban. “Panglima perang mereka menyatakan mereka tidak mau beban, mereka punya keinginan besar juga mau aman, dan sama-sama membangun Mimika. Itu pernyataan langsung mereka (kubu bawah),” ungkap Bupati, seperti dikutip dari Radar Timika.
Hal yang sama juga terlahir dari pertemuan dengan kubu atas. Dalam pertemuan Sabtu (14/5) lalu, perwakilan kubu atas juga mau damai. “Kami dukung program pemerintah, maka kami selaku kepala suku siap dan komitmen damai,” ujar seorang kepala suku yang hadir.
BACA JUGA: Dokter Muda nan Ayu Dinobatkan sebagai Duta Wisata Halal Lombok
Mereka juga menyatakan siap melakoni tradisi patah panah atau prosesi perdamaian, namun meminta hukum positif tetap ditegakkan, entah itu kepada pejabat, kepala suku ataupun masyarakat biasa.
Diketahui, kecamuk antarwarga ini diduga dipicu kasus tewasnya seorang warga dari salah satu kubu, hingga memicu emosi. Hal lain yang juga disoroti oleh kepala suku adalah maraknya penggunaan senjata api yang bebas digunakan oleh oknum tertentu melancarkan aksi pembunuhan. Bahkan saat perang ada beberapa yang menggunakan senjata.
BACA JUGA: Oalah, Direktur RSUD Ini Jadi Tersangka Lagi
Tim dari Polda Papua seperti Kepala Bidang Humas Polda Papua, AKBP Patridge Renwarin mengatakan, kedua pihak sudah menyatakan siap damai. Untuk itu ia berharap agar perwakilan yang sudah diundang, yakni kepala suku serta tokoh-tokoh bisa menyampaikan kepada semua masyarakat untuk mengakhiri perang.
Menurutnya, perang suku hanya membuat masyarakat tambah menderita. Selain menimbulkan korban jiwa atau luka, perang juga akan membuat harta habis hingga anak-anak terlantar. “Korban sudah cukup, jangan tambah lagi. Itu statement Kapolda,” ujarnya.
Sementara Ketua DPRD Mimika, Elminus B Mom, memastikan kedua pihak yang terlibat pertikaian di Kwamki Narama bersedia melakukan prosesi perdamaian, Senin (16/5) hari ini. Menurutnya, masyarakat Kwamki Narama sebetulnya menginginkan kedamaian. Mereka hanya berharap pembangunan dari pemerintah.
Menurut Elminus, pihaknya sudah meminta masyarakat menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan perdamaian melalui adat patah panah hari ini. Pemerintah daerah dan DPRD akan memfasilitasi prosesi perdamaian tersebut. Mereka telah menetukan tempat (prosesi patah panah) yaitu di tengah antara kedua pihak bertikai,” jelasnya.
Menyangkut kedua kelompok warga yang masih terlibat saling serang hingga Minggu kemarin, Elminus mengatakan itu hari terakhir mereka bertikai. Istilahnya menghabiskan anak panah, dan menuntaskan amarah mereka.
“Itu (saling serang) habiskan peluru saja. Kepala perang sudah nyatakan perdamaian. Orang Kwamki Lama itu masih sangat mengerti,” tukasnya. (sun/mix/adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Begini Cara Memberdayakan Masyarakat Pesisir
Redaktur : Tim Redaksi