DAMASKUS - Kekerasan politik dan perang saudara di Syria belum menunjukkan tanda mereda. Tetapi, oposisi terus meningkatkan tekanan atas pasukan loyalis Presiden Bashar al-Assad.
Kemarin (26/2) pasukan oposisi mendekati akademi polisi di Aleppo. Pejuang anti-Assad dikabarkan berusaha untuk menerobos dan menembus pagar luar akademi polisi yang berlokasi di provinsi utara Syria itu. Aksi oposisi tersebut dilakukan setelah terjadi pertempuran dua hari. Kelompok pemantau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) menyebut bahwa 71 orang dari dua kubu tewas dalam baku tembak tersebut.
Menurut SOHR, militer Assad lantas membalas dengan melancarkan serangan udara ke pejuang oposisi di sekitar akademi yang terletak di Khan Assal, pinggiran Aleppo. Gempuran dari udara itu tak bisa menghentikan pergerakan pejuang oposisi.
"Itu adalah salah satu akademi polisi terbesar di negeri ini. Meski terjadi pertempuran sengit di darat dan oposisi terus merangsek, mereka belum dapat mencapai bangunan utama dan mendudukinya," papar Rami Abdul Rahman, direktur SOHR, kepada Agence France-Presse via telepon.
Dia menjelaskan bahwa bentrok di sekitar akademi polisi menelan banyak korban jiwa. Sebanyak 26 pejuang oposisi tewas. Di kubu Assad, 40 tentara dan lima anggota komite pertahanan juga kehilangan nyawa.
"Pasukan loyalis rezim yang ditempatkan di akademi itu berusaha untuk melawan dengan roket dan mortir. Tapi, sejumlah tentara membelot (ke oposisi) dan lusinan lainnya tertangkap," terangnya.
Kekerasan terbaru itu terjadi setelah 154 orang terbunuh di seantero Syria pada Senin lalu (25/2). Korban jiwa itu termasuk 54 warga sipil. Enam di antaranya tewas akibat serangan rudal di Ar-Raqqah, kota di Provinsi Ar-Raqqah, sekitar 16o0 kilometer Aleppo.
SOHR melaporkan bahwa korban tewas juga meliputi 59 tentara Assad dan 59 pejuang oposisi. Seorang milisi Libya yang membantu oposisi ikut tewas.
Dalam perkembangan lain, rudal militer Assad kembali memakan banyak korban jiwa ketika menghujani Aleppo. Human Rights Watch (HRW) membeber kemarin bahwa sedikitnya empat rudal yang ditembakkan akhir pekan lalu merenggut 141 nyawa. Separo di antaranya anak-anak.
Menurut HRW, serangan itu menghantam permukiman. HRW menyebut serangan tersebut sebagai peningkatan pelanggaran hukum yang menarget warga sipil.
Aleppo menjadi medan pertempuran paling sengit selama perang saudara terjadi antara loyalis Assad dan oposisi. Pejuang oposisi dengan cepat menguasai sejumlah wilayah dalam serangan masif ke kota terbesar Syria tersebut Juli tahun lalu. Namun, pemerintah tetap mengontrol beberapa distrik.
Seorang peneliti HRW, yang mengunjungi Aleppo untuk mengetahui kondisi terakhir, menyatakan bahwa lebih dari 20 bangunan hancur di setiap wilayah yang menjadi target rudal militer Assad. Padahal, tidak ada tanda-tanda target oposisi di distrik yang dihuni warga sipil tersebut.
HRW menjelaskan, 71 anak-anak tewas akibat serangan rudal tersebut. Serangan dilancarkan di tiga distrik di timur Aleppo yang berada di bawah kontrol oposisi. Yakni, Jabal Badro, Tariq al-Bab, dan Ard-al Hamra. Wilayah keempat yang disebut oposisi sebagai target serangan adalah Tel Rifat di utara Aleppo.
"Terjadi kerusakan luas di wilayah itu. Tetapi, tidak ada pesawat tempur (militer Assad) saat serangan. Ada laporan bahwa rudal diluncurkan dari pangkalan militer dekat Damaskus. Itu kian meyakinkan bahwa tentara pemerintah menyerang sejumlah lokasi di Aleppo dengan rudal balistik," tulis HRW dalam laporannya.
Aktivis antipemerintah melaporkan serangan itu pertama kali pekan lalu. Menurut mereka, militer menggunakan rudal darat ke darat dan menewaskan puluhan orang.
HRW pun mengumpulkan berbagai data korban serangan rudal tersebut dari catatan pemakaman, wawancara dengan keluarga dan tetangga korban, serta informasi dari Aleppo Media Center dan Pusat Dokumentasi Pelanggaran.
Wilayah perbukitan di timur laut Syria berada di bawah kontrol oposisi. Dalam beberapa pekan terakhir, rezim Assad telah kehilangan kendali di wilayah tempat sejumlah infrastruktur strategis berada. Termasuk bendungan, ladang minyak besar, dan dua pangkalan militer di sepanjang jalan yang menghubungkan Kota Aleppo dengan bandara.
Amerika Serikat (AS) dan NATO menyebut bahwa Syria punya kemampuan rudal balistik yang andal. Rezim Assad diyakini punya ratusan rudal berdaya jangkau hingga 700 kilometer yang mampu menembak target di wilayah Turki. Itu sebabnya, dalam beberapa pekan terakhir, NATO telah menempatkan rudal Patriot di sepanjang perbatasan Turki dengan Syria. (AFP/AP/cak/dwi)
Kemarin (26/2) pasukan oposisi mendekati akademi polisi di Aleppo. Pejuang anti-Assad dikabarkan berusaha untuk menerobos dan menembus pagar luar akademi polisi yang berlokasi di provinsi utara Syria itu. Aksi oposisi tersebut dilakukan setelah terjadi pertempuran dua hari. Kelompok pemantau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) menyebut bahwa 71 orang dari dua kubu tewas dalam baku tembak tersebut.
Menurut SOHR, militer Assad lantas membalas dengan melancarkan serangan udara ke pejuang oposisi di sekitar akademi yang terletak di Khan Assal, pinggiran Aleppo. Gempuran dari udara itu tak bisa menghentikan pergerakan pejuang oposisi.
"Itu adalah salah satu akademi polisi terbesar di negeri ini. Meski terjadi pertempuran sengit di darat dan oposisi terus merangsek, mereka belum dapat mencapai bangunan utama dan mendudukinya," papar Rami Abdul Rahman, direktur SOHR, kepada Agence France-Presse via telepon.
Dia menjelaskan bahwa bentrok di sekitar akademi polisi menelan banyak korban jiwa. Sebanyak 26 pejuang oposisi tewas. Di kubu Assad, 40 tentara dan lima anggota komite pertahanan juga kehilangan nyawa.
"Pasukan loyalis rezim yang ditempatkan di akademi itu berusaha untuk melawan dengan roket dan mortir. Tapi, sejumlah tentara membelot (ke oposisi) dan lusinan lainnya tertangkap," terangnya.
Kekerasan terbaru itu terjadi setelah 154 orang terbunuh di seantero Syria pada Senin lalu (25/2). Korban jiwa itu termasuk 54 warga sipil. Enam di antaranya tewas akibat serangan rudal di Ar-Raqqah, kota di Provinsi Ar-Raqqah, sekitar 16o0 kilometer Aleppo.
SOHR melaporkan bahwa korban tewas juga meliputi 59 tentara Assad dan 59 pejuang oposisi. Seorang milisi Libya yang membantu oposisi ikut tewas.
Dalam perkembangan lain, rudal militer Assad kembali memakan banyak korban jiwa ketika menghujani Aleppo. Human Rights Watch (HRW) membeber kemarin bahwa sedikitnya empat rudal yang ditembakkan akhir pekan lalu merenggut 141 nyawa. Separo di antaranya anak-anak.
Menurut HRW, serangan itu menghantam permukiman. HRW menyebut serangan tersebut sebagai peningkatan pelanggaran hukum yang menarget warga sipil.
Aleppo menjadi medan pertempuran paling sengit selama perang saudara terjadi antara loyalis Assad dan oposisi. Pejuang oposisi dengan cepat menguasai sejumlah wilayah dalam serangan masif ke kota terbesar Syria tersebut Juli tahun lalu. Namun, pemerintah tetap mengontrol beberapa distrik.
Seorang peneliti HRW, yang mengunjungi Aleppo untuk mengetahui kondisi terakhir, menyatakan bahwa lebih dari 20 bangunan hancur di setiap wilayah yang menjadi target rudal militer Assad. Padahal, tidak ada tanda-tanda target oposisi di distrik yang dihuni warga sipil tersebut.
HRW menjelaskan, 71 anak-anak tewas akibat serangan rudal tersebut. Serangan dilancarkan di tiga distrik di timur Aleppo yang berada di bawah kontrol oposisi. Yakni, Jabal Badro, Tariq al-Bab, dan Ard-al Hamra. Wilayah keempat yang disebut oposisi sebagai target serangan adalah Tel Rifat di utara Aleppo.
"Terjadi kerusakan luas di wilayah itu. Tetapi, tidak ada pesawat tempur (militer Assad) saat serangan. Ada laporan bahwa rudal diluncurkan dari pangkalan militer dekat Damaskus. Itu kian meyakinkan bahwa tentara pemerintah menyerang sejumlah lokasi di Aleppo dengan rudal balistik," tulis HRW dalam laporannya.
Aktivis antipemerintah melaporkan serangan itu pertama kali pekan lalu. Menurut mereka, militer menggunakan rudal darat ke darat dan menewaskan puluhan orang.
HRW pun mengumpulkan berbagai data korban serangan rudal tersebut dari catatan pemakaman, wawancara dengan keluarga dan tetangga korban, serta informasi dari Aleppo Media Center dan Pusat Dokumentasi Pelanggaran.
Wilayah perbukitan di timur laut Syria berada di bawah kontrol oposisi. Dalam beberapa pekan terakhir, rezim Assad telah kehilangan kendali di wilayah tempat sejumlah infrastruktur strategis berada. Termasuk bendungan, ladang minyak besar, dan dua pangkalan militer di sepanjang jalan yang menghubungkan Kota Aleppo dengan bandara.
Amerika Serikat (AS) dan NATO menyebut bahwa Syria punya kemampuan rudal balistik yang andal. Rezim Assad diyakini punya ratusan rudal berdaya jangkau hingga 700 kilometer yang mampu menembak target di wilayah Turki. Itu sebabnya, dalam beberapa pekan terakhir, NATO telah menempatkan rudal Patriot di sepanjang perbatasan Turki dengan Syria. (AFP/AP/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cacat Mesin, Pesawat Tercanggih AS Berhenti Operasi
Redaktur : Tim Redaksi