JAYAPURA - Kasus tewasnya anggota DPRD Nduga Eka Tabuni (40) setelah dikeroyok tiga orang di Sentani Kabupaten Jayapura, pada Rabu (29/5) lalu ternyata berbuntut pada terjadinya perang lagi antar sesama masyarakat Kabupaten Nduga yang berada di kampung Elekma, Wamena, Jayawijaya.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol I Gede Sumerta Jaya mengatakan, dalam perang ini ada dua orang yang meninggal. "Perang suku yang berlangsung selama 2 jam itu menewaskan 2 orang dan 18 orang luka-luka, dari kelompok Elekma atas 1 dan Elekma bawah," jelasnya.
Wakapolda Papua Brigjen Pol. Drs. Paulus Waterpauw menjelaskan, perang ini merupakan rangkaian konflik yang terjadi sejak Maret lalu. "Sempat reda, kemudian dari kejadian tewasnya anggota DPRD di Kabupaten Jayapura itu, perang suku kembali terjadi di Jayawijaya," kata Wakapolda Kamis (30/5) kemarin.
Wakapolda mengatakan, untuk menghindari terjadinya korban jiwa yang lebih banyak lagi, pihaknya sudah mengirim dua pleton Brimob Polda Papua ke Wamena Jayawijaya. Selain itu, pihaknya juga akan memburu aktor intelektual di balik konflik yang terjadi antara dua kelompok massa kabupaten Nduga tersebut.
Yang mana konflik yang terjadi pada bulan Maret lalu di wilayah Kabupaten Jayawijaya tersebut hingga kini telah menewaskan kurang lebih 8 orang dari kedua kubu yang bertikai dan melukai puluhan orang lainnya.
Konflik ini diduga terkait masalah politik, di mana antara pemerintah dan DPRD setempat tidak sepaham dalam penentuan penetapan daerah pemilihan dan jumlah kursi di DPRD Kabupaten Nduga dalam Pemilihan Umum Legislatif 2014 mendatang.
Wakapolda menegaskan, hingga saat ini pihaknya terus berupaya melakukan mediasi terhadap kedua kelompok ini. Bahkan Gubernur Papua juga sudah turun langsung memediasi namun selalu mengalami jalan buntu. Pasalnya, mereka masih terus diprovokasi oleh orang-orang yang punya kepentingan dalam kasus ini.
"Terkait dengan para aktor di belakang konflik ini, atau dalam hal ini penanggung jawab perang apakah bupatinya atau DPRD-nya nanti kita lihat. Kalau memang mereka sungguh-sungguh melakukan upaya membenturkan masyarakat untuk kepentingan mereka ya kita akan proses hukum," tegas Waterpauw.
Dikatakannya, selain untuk meredam konflik antar warga itu, pasukan Brimob yang dikirim ke Wamena itu juga untuk membantu pengamanan di wilayah Jayawijaya, mengingat saat ini tengah berlangsung tahapan Pemilukada di sana, dan akan diselenggarakan perlombaan Pesparawi bulan depan, yang pesertanya datang dari seluruh kabupaten/kota se-Papua dan Papua Barat.
"Banyak agenda yang akan dilaksanakan di Jayawijaya, sehingga wilayah itu harus aman. Dan Bupati Jayawijaya juga menginginkan keamanan di sana semakin ditingkatkan," terangnya.
Sebelumnya, Rabu kemarin, seorang anggota DPRD Nduga Eka Tabuni tewas dibunuh sekelompok orang. Dari pengakuan tiga pelaku yang ditangkap Polisi, mereka membunuh atas suruhan seorang pejabat di Nduga. Dari kejadian itu, kurang lebih 50 orang keluarga korban bersama beberapa anggota DPRD Nduga mendatangi Polda Papua agar pihak Kepolisian memediasi konflik yang terjadi antar masyarakat Kabupaten Nduga ini.
Setidaknya, 21 sajam berupa parang panjang, badik, dan pisau diamankan aparat kepolisian ketika masyarakat mendatangi Polda Papua. Yang kemudian mereka bertemu dengan Wakapolda. (ro/fud)
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol I Gede Sumerta Jaya mengatakan, dalam perang ini ada dua orang yang meninggal. "Perang suku yang berlangsung selama 2 jam itu menewaskan 2 orang dan 18 orang luka-luka, dari kelompok Elekma atas 1 dan Elekma bawah," jelasnya.
Wakapolda Papua Brigjen Pol. Drs. Paulus Waterpauw menjelaskan, perang ini merupakan rangkaian konflik yang terjadi sejak Maret lalu. "Sempat reda, kemudian dari kejadian tewasnya anggota DPRD di Kabupaten Jayapura itu, perang suku kembali terjadi di Jayawijaya," kata Wakapolda Kamis (30/5) kemarin.
Wakapolda mengatakan, untuk menghindari terjadinya korban jiwa yang lebih banyak lagi, pihaknya sudah mengirim dua pleton Brimob Polda Papua ke Wamena Jayawijaya. Selain itu, pihaknya juga akan memburu aktor intelektual di balik konflik yang terjadi antara dua kelompok massa kabupaten Nduga tersebut.
Yang mana konflik yang terjadi pada bulan Maret lalu di wilayah Kabupaten Jayawijaya tersebut hingga kini telah menewaskan kurang lebih 8 orang dari kedua kubu yang bertikai dan melukai puluhan orang lainnya.
Konflik ini diduga terkait masalah politik, di mana antara pemerintah dan DPRD setempat tidak sepaham dalam penentuan penetapan daerah pemilihan dan jumlah kursi di DPRD Kabupaten Nduga dalam Pemilihan Umum Legislatif 2014 mendatang.
Wakapolda menegaskan, hingga saat ini pihaknya terus berupaya melakukan mediasi terhadap kedua kelompok ini. Bahkan Gubernur Papua juga sudah turun langsung memediasi namun selalu mengalami jalan buntu. Pasalnya, mereka masih terus diprovokasi oleh orang-orang yang punya kepentingan dalam kasus ini.
"Terkait dengan para aktor di belakang konflik ini, atau dalam hal ini penanggung jawab perang apakah bupatinya atau DPRD-nya nanti kita lihat. Kalau memang mereka sungguh-sungguh melakukan upaya membenturkan masyarakat untuk kepentingan mereka ya kita akan proses hukum," tegas Waterpauw.
Dikatakannya, selain untuk meredam konflik antar warga itu, pasukan Brimob yang dikirim ke Wamena itu juga untuk membantu pengamanan di wilayah Jayawijaya, mengingat saat ini tengah berlangsung tahapan Pemilukada di sana, dan akan diselenggarakan perlombaan Pesparawi bulan depan, yang pesertanya datang dari seluruh kabupaten/kota se-Papua dan Papua Barat.
"Banyak agenda yang akan dilaksanakan di Jayawijaya, sehingga wilayah itu harus aman. Dan Bupati Jayawijaya juga menginginkan keamanan di sana semakin ditingkatkan," terangnya.
Sebelumnya, Rabu kemarin, seorang anggota DPRD Nduga Eka Tabuni tewas dibunuh sekelompok orang. Dari pengakuan tiga pelaku yang ditangkap Polisi, mereka membunuh atas suruhan seorang pejabat di Nduga. Dari kejadian itu, kurang lebih 50 orang keluarga korban bersama beberapa anggota DPRD Nduga mendatangi Polda Papua agar pihak Kepolisian memediasi konflik yang terjadi antar masyarakat Kabupaten Nduga ini.
Setidaknya, 21 sajam berupa parang panjang, badik, dan pisau diamankan aparat kepolisian ketika masyarakat mendatangi Polda Papua. Yang kemudian mereka bertemu dengan Wakapolda. (ro/fud)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terdakwa Penipuan Miliaran Divonis Bebas
Redaktur : Tim Redaksi