ADA satu hal yang sangat mengganggu gerakan kaum oposan di MalaysiaYakni, mereka tak mempunyai akses ke media dan kalah telak dalam perang opini di media
BACA JUGA: Adik Tiri Hamid Karzai Ditembak Mati
Itu sesuatu yang wajarMedia Malaysia adalah subjek dari Printing Presses and Publications Act
BACA JUGA: Aparat Malaysia akan Lakukan Penyelidikan
Artinya, media Malaysia terbit atas lisensi dari Kementerian Dalam Negeri, kira-kira seperti SIUPP pada zaman OrbaKantor berita resmi Malaysia, Bernama, menyebutkan bahwa demonstrasi itu bertujuan memburukkan citra pemerintah Malaysia di luar negeri dan merupakan upaya pengalihan fokus dari sidang kasus sodomi dengan terdakwa Anwar Ibrahim (tokoh oposisi utama)
BACA JUGA: Pesawat Mendarat di Sungai, Lima Tewas
Juga, membuat publik tidak nyaman serta menuding pemimpin Bersih 2.0 Dato' Ambiga Sreenevasan sebagai provokator yang melawan kaum muslim dan bekerja untuk melawan kepentingan nasional MalaysiaBernama juga membela pemerintah dengan menyatakan bahwa pemilu yang terjadi selama ini sudah jujurSelain itu, Utusan Malaysia, surat kabar besar punya UMNO (partai berkuasa Malaysia), menulis bahwa demonstrasi tersebut adalah aksi yang 'kotor' dalam editorialnya pada 12 JuliUtusan juga mengingatkan DAP, yang dianggap sebagai partai orang Tionghoa, untuk menjauh dari Bersih 2.0Selain itu, Utusan menilai bahwa aksi tersebut mengakibatkan kemarahan terhadap warga muslim dan MalaysiaJuga, menuding demonstrasi itu didanai organisasi Kristen internasional.
Sementara itu, Sin Chew Daily, surat kabar dengan tiras terbesar di Malaysia, agak halus dalam menyerangSeorang kolumnisnya, Tay Tian Yan, mengaitkan demo tersebut dengan situasi politikYakni, tepat pada saat naiknya harga-harga dan menjelang pemiluSurat kabar itu juga menulis bahwa aksi menuntut pemilu bersih tersebut sebenarnya tak lebih dari pertarungan politik antara pemerintah dan kaum oposan.
The Star, surat kabar besar milik Malaysian Chinese Association yang juga merupakan koalisi UMNO di Barisan Nasional, juga menuding bahwa aksi tersebut merupakan upaya licik dari pemimpin-pemimpin mereka untuk keuntungan politisJohan Jaafar, chairman Media Prima (juga milik UMNO dan menerbitkan News Straits Times), menulis, "Pemerintahan sekarang memang tak sempurna, tapi tak harus diselesaikan di jalananItu bukan kultur Malaysia."
Sementara itu, kaum oposan paling besar hanya bisa bersuara lewat Harakah, surat kabar besar milik PASNamun, banyak keterbatasannyaSalah satunya berkaitan dengan jadwal terbit"Kami hanya mendapat izin terbit dua kali dalam seminggu," kata Salahuddin Ayyub, wakil presiden PAS yang juga direksi dalam surat kabar tersebut
Jika di media cetak dan media elektronik pemerintah unggul, tidak demikian di internetDi dunia maya itu, kaum oposan lebih unggulSelain mempunyai situs Malaysia Kini, hampir semua pengguna internet menyalahkan pemerintah yang beraksi represif"Kami juga sudah mendapat dukungan luar biasa di Facebook dan Twitter," ucap Ayyub
Namun, itu belum cukup untuk menggalang masyarakatSeperti gelengan Norman, sopir taksi asal Sepang, ketika ditanya apakah mengakses internet untuk mengetahui perkembangan terbaru"Tidak lahKami masyarakat bawah jarang main internet," katanyaDia bahkan tak punya akun FacebookMenurut dia, banyak warga Malaysia yang seperti dirinya
Jadi, untuk sementara, perang opini publik masih dimenangi pemerintah"Ya, kami memang tidak bisa punya akses ke media mainstream di siniKami tak menyalahkan medianyaSebab, sistemnya membuat mereka harus patuh kepada pemerintahTapi, kami tetap akan terus berjuang dan menyosialisasikannya dari mulut ke mulutSaya yakin bahwa masyarakat sudah tahu apa yang terjadi," ucap Nurul Izzah Anwar(ano/c11/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... AS Tunda Bantuan Militer ke Pakistan
Redaktur : Tim Redaksi