Perang Melawan Fatphobia di Kiblat Mode Dunia

Sabtu, 13 Januari 2018 – 08:57 WIB
Peragaan busana untuk perempuan gemuk yang merupakan bagian dari kampanye anti-fatphobia Pemerintah Kota Paris. Foto: AP

jpnn.com, PARIS - Tubuh perempuan yang menjadi model kampanye Pemerintah Kota Paris itu tidak langsing, apalagi kurus. Sebaliknya, model iklan di papan dan brosur tersebut malah bisa dibilang besar alias gemuk.

Dalam selebaran lain, yang tampil adalah sosok laki-laki dengan postur badan biasa saja. Tidak atletis. Tidak six-pack.

BACA JUGA: 6 Trik Bisa Makan Enak Tanpa Takut Gemuk

Hanya ada satu kalimat yang mendampingi masing-masing model tersebut. ’’Fat? So what?’’ Gemuk? Lalu kenapa?

Tidak ada yang salah dengan kondisi fisik tersebut. Gemuk. Apa pun alasannya, menjadi gemuk bukanlah pelanggaran. Juga bukan dosa.

BACA JUGA: Bangun Pagi Bisa Membantu Turunkan Berat Badan?

Lantas, mengapa banyak sekali manusia yang memusuhi kondisi tersebut? Fenomena fatphobia (takut gemuk) itulah yang sedang berusaha diubah Wali Kota Paris Anne Hidalgo.

Pertengahan Desember lalu, Paris merilis iklan-iklan anti-fatphobia. Itu dilakukan karena Hidalgo menangkap tren meningkatnya populasi Prancis yang masuk kategori kelebihan berat badan dan obesitas.

BACA JUGA: Berita Duka: Yudi si Berat Badan 310 Kg Meninggal Dunia

Meski tingkatnya masih lebih rendah ketimbang negara-negara Eropa lainnya, fenomena itu telah menimbulkan fatphobia di tengah masyarakat kota kiblat mode dunia tersebut. Hidalgo jelas tak mau sentimen itu meluas.

”Fatphobia adalah realitas yang ada dalam masyarakat kita,” ujarnya saat merilis iklan-iklan anti-fatphobia tersebut.

Kini, setelah sebulan berlalu, kampanye Hidalgo membuahkan hasil. Setidaknya, mereka yang gemuk mulai berani menampakkan diri.

Mereka juga berani melawan stigma masyarakat yang menganggap orang-orang berukuran jumbo tidak menarik.

”Sampai berusia 13 tahun, saya selalu dipanggil gendut atau jelek. Dan, itu membuat saya sedih. Tapi, kini saya mendeskripsikan diri saya sendiri sebagai si gendut,” kata Cindy Solar dalam wawancara dengan Christian Science Monitor Rabu lalu (10/1).

Tidak ada lagi kesedihan atau amarah dalam nada suara perempuan bongsor tersebut. Sebab, gendut bukan lagi hina, melainkan identitas.

Solar adalah salah seorang perempuan gendut yang terlibat dalam pergelaran busana khusus di City Hall Paris pada Desember 2017.

Ketika itu, dia berlenggak-lenggok di catwalk dalam balutan piyama pink bergambar Minnie Mouse. Model lain dalam fashion show tersebut juga bertubuh besar seperti dirinya.

Perubahan tren mode yang muncul di Paris itu dengan segera tersiar ke seluruh dunia. Buku French Women Don’t Get Fat karangan Mireille Guiliano yang sempat populer pada 2004 pun kini tak lagi relevan.

Kaum hawa Prancis pun, sebagaimana sesamanya di belahan bumi lain, bertambah gendut. Tak hanya gendut, banyak juga perempuan Prancis yang obesitas. Tapi, itu tak mengurangi kecantikan Prancis.

Bagi Jes Baker, aktivis body-positive dari AS, perubahan yang terjadi di Prancis itu membuatnya sangat senang. Sebab, upaya untuk mengubah pola pikir masyarakat Prancis yang memuja penampilan tidaklah mudah.

”Sebelum ini, berbicara tentang hak perempuan dan lelaki yang kelebihan berat badan dan obesitas adalah hal mustahil. Tapi, Prancis telah berubah,” ujarnya.

Daria Marx dari Political Fat Collective, misalnya. Perempuan 30 tahun itu mengaku terus berupaya mengubah pandangan masyarakat tentang kelompoknya yang diklaim sebagai pendukung obesitas.

”Masih banyak yang belum paham bahwa yang kami perjuangkan adalah kesetaraan hak. Kami tidak mempromosikan obesitas,” pungkasnya. (hep/c17/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Akhir Zaman, Bioskop Porno Terakhir di Prancis Gulung Tikar


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler