Perang Rusia-Ukraina, Ekonomi Indonesia Bakal Terdampak?

Selasa, 01 Maret 2022 – 18:36 WIB
Dosen Paramadina Graduate School of diplomacy Mahmud Syaltout menyebut konflik Rusia-Ukraina tidak sepenuhnya berdampak buruk pada ekonomi Indonesia. Ilustrasi: Sultan Amanda/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Meletusnya perang antara Rusia dan Ukraina menyedot perhatian dunia.

Pasalnya, stabilitas ekonomi global terancam karena konflik kedua negara tersebut.

BACA JUGA: Sanksi Ekonomi Berlanjut, Perdagangan Saham Sejumlah Perusahaan Rusia Dihentikan

Dosen Paramadina Graduate School of diplomacy Mahmud Syaltout menyebut konflik Rusia-Ukraina tidak sepenuhnya berdampak buruk pada ekonomi Indonesia.

Justru, lanjut dia, Indonesia bisa diuntungkan meningkatkan harga komoditas dunia, termasuk emas, perak, aluminium, dan nikel.

BACA JUGA: Ramalan JP Morgan soal Ekonomi Rusia Ngeri, Kerusakan Parah

"Indonesia saat ini dikenal sebagai negara penghasil emas, perak, aluminium dan nikel yang saat ini juga ikutan naik pascameningkatnya eskalasi konflik Rusia dengan Ukraina. Jika kita bisa mengoptimalkan peluang ini, ekonomi kita bukan hanya selamat dari ancaman defisit karena dampak naiknya harga migas, tetapi juga bisa untung besar," kata Mahmud dalam keterangan resmi yang diterima, Selasa.

Menurutnya, berdasarkan hasil riset terkait perang Asia saat perang dingin, tidak semua negara mengalami kerugian, defisit, ataupun krisis perdagangan maupun ekonomi.

BACA JUGA: Harga Minyak Dunia Melejit, Sebaiknya Indonesia Siap-Siap

Mahmud menyebutkan beberapa negara justru diuntungkan oleh ketegangan konflik antarnegara maupun perang terbuka.

Namun, untuk mendapatkan untung besar di tengah konflik antara Rusia dan Ukraina, Indonesia memerlukan strategi yang jitu.

Indonesia, kata Mahmud harus membuat strategi yang baik di pertambangan, baik di hulu maupun hilirnya, termasuk terkait pembangunan smelter dan lain-lainnya.

"Di sinilah, politik bebas aktif Indonesia menemukan relevansi dan signifikansinya," katanya.

Kendagi demikian, sebagai negara net importir minyak bumi, harga minyak dan gas bumi yang semakin tinggi pascakonflik antara Rusia-Ukraina, dalam jangka panjang dapat merugikan Indonesia.

Mahmud mengingatkan jika tidak disiasati, harga minyak bumi dan gas yang tinggi akan semakin membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang telah tertekan oleh pandemi Covid-19.

"Pertumbuhan ekonomi kita yang lumayan membaik tahun 2021, bisa jadi terdampak," tegas Mahmud. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler