Peraturan Menakutkan, Perempuan Usia di Atas 12 Tahun Dilarang Menyanyi di Depan Umum

Rabu, 17 Maret 2021 – 06:10 WIB
Anggota Taliban. Foto: Reuters

jpnn.com, AFGHANISTAN - Pemerintah Afghanistan memastikan bakal menyelidiki kabar adanya larangan kaum perempuan menyanyi di muka umum. Larangan  yang muncul di ibu kota Kabul itu menuai kritikan.

Kabar tersebut beredar setelah para perempuan membagikan video mereka bernyanyi diiringi tagar #IAmMySong.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Uang Bantuan Covid-19 Dipakai Main Perempuan, Kantor Demokrat Diserbu, Ketua PGRI Curiga

Isu panas ini menggelinding bersama dengan wacana pemerintah dan kelompok pemberontak Taliban mengakhiri konflik yang telah terjadi lebih dari satu dekade.

Jika Taliban kembali pada kekuasaan, para gadis bakal dilarang mengenyam pendidikan dan bermusik.

BACA JUGA: Duh Siswi Dihamili Pria Beristri, Melahirkan di UKS

Baru-baru ini, direktorat pendidikan di Kabul mengeluarkan pernyataan gadis di atas 12 tahun dilarang menyanyi di muka umum.

Kemudian, murid putri yang lebih tua dilarang punya guru musik pria. Dalam keterangannya, Kementerian Pendidikan Afghanistan menegaskan larangan itu tidak mewakili sikap mereka.

BACA JUGA: Pengakuan Perempuan Korban Perbudakan Seksual di Australia

Mereka menekankan bakal menggelar penyelidikan, dan jika perlu, menetapkan tindakan disipliner terhadap pelaku.

Larangan yang dirilis beberapa hari lalu itu menuai kritikan, karena dianggap langkah mundur dari dunia pendidikan. Demikian seperti dilansir BBC.

Salah satu yang bersuara lantang adalah penulis sekaligus pujangga Shafiqa Khpalwak, di Twitter.

"Ampuni kami Tuhan, umat manusia yang bahkan bisa kejam hanya karena melihat anak dari gendernya," kecam Khpalwak.

Sementara aktivis HAM Simar Samar menyatakan, larangan itu mirip dengan era Taliban sebelum mereka digulingkan pada 2001. Terikat Janji kepada AS "Ini adalah bentuk Talibanisasi di dalam republik," jelas Samar seperti diberitakan Associated Press.

Saat ini, pemerintah Taliban tengah berada dalam tekanan untuk segera merealisasikan perjanjian damai.

Meski banyak perempuan Afghanistan menginginkan berakhirnya konflik, mereka juga khawatir terhadap masa depan jika Taliban kembali berkuasa.(bbc/ngopibareng/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler