Perawan Hilang, Ngotot Minta Dioperasi

Kamis, 16 Agustus 2012 – 10:41 WIB
SIANTAR-Kembalikan Perawanku, kata-kata yang terus terucap dari bibir, sebut saja Ani (22) ketika mendatangi SPK Polres Pematangsiantar, Rabu (15/8). Kengototannya pada petugas, meminta untuk menangkap Watno (30) teman prianya sendiri yang sudah beristri karena telah merenggut kegadisannya. Selain ingkar pada kesepakatan yang tertuang pada surat perjanjian untuk membayar ganti rugi biaya operasi mengembalikan perawan sebesar Rp 13 juta, juga tidak membayar sisa utang sebesar satu juta.

Bahkan ketika menuturkan nasibanya pada petugas, Ani yang tercatat sebagai warga Nagori Dolok Malela, Kecamatan Gunung Malela, Simalungun bahkan berlinang air mata. Kenapa tidak, selain karena masih berstatus mahasiswi, juga khawatir sang ayah mengusir dari rumah. Itulah penyebabnya, Ani meminta Watno yang tinggal di kampung sebelah rumahnya segera ditangkap karena sudah ingkar pada perjanjian. “Tolong aku pak, aku harus perawan lagi. Tangkap dulu si Watno itu” tutur Ani memohon pada petugas SPK.

Penuturan Ani, pengalaman pahit itu bermula ketika Watno putus hubungan kerja dengan ayahnya dikampung pada akhir tahun 2011 lalu. Merasa iba, ketika Watno meminta pinjaman dengan alasan biaya sekolah adik-adiknya. Pertengahan Januari 2012, Ani memberi pinjaman sebesar tiga juta Rupiah dengan catatan paling lama dikembalikan pada April tahun ini. Komunikasi tetap berlanjut, hingga pria bertubuh tinggi tegap itu mengembalikan uang dengan cicilan sebesar dua juta.

Namun hingga lewat batas waktu sesuai perjanjian, Watno tetap saja tidak mampu membayar sisa pinjaman tadi. Alhasil kembali menguber bujuk rayuan dengan cerita sedih tentang keluarga. Ani mengaku kasihan dan memberi waktu perpanjangan pengembalian. Hingga suatu hari persisnya di bulan April 2012, Watno meminta pertemuan di lokasi Permandian Bah Silulu, Serapuh Kecamatan Gunung Malela, Simalungun untuk menceritakan masalahnya.

Pertemuan tanpa status itupun tercipta dan Watno dengan cerita sedihnya membuat Ani terbuai dengan kesedihan karena kasihan. Saat itulah Watno minta di dekap persisnya dalam lesehan tenda. Bahkan Ani saat itu mengaku bak terhipnotis hingga membiarkan tangan nakal Watno menjingkrak mulai dari wajah lalu turun kebawah. Dengan perlahan, melentangkan tubuh Ani yang kini duduk di semester III itu dan hubungan layaknya suami-istripun terjadi.

Tersadar ketika Watno kelelahan setelah kurang dari sejam bergumul dengan tubuhnya. Bahkan ketika melihat bercak darah di tikar dalam tenda itu, Ani menangis tanda menyesal dan sempat menampar Watno. Kesedihan semakin bertambah, setelah mengetahui pria yang menjebol pagar ayunya itu sudah berstatus bapak satu anak. Tak mau dipermainkan, lantas meminta pria yang kini hanya kerja serabutan itu untuk bertanggungjawab dan bila tidak akan membuka aib itu pada keluarga Watno.

Opsi pertama pun dipilih, dengan syarat Watno harus bersedia memberi biaya operasi selaput dara guna mengembalikan keperawanannya sebesar Rp 13 juta. Untuk memastikan pertanggungjawaban itu, Ani bahkan membujuk Pangulu Nagori Dolok Malela, Sukardi sebagai saksi dalam surat perjanjian yang dituangkan pada tanggal 12 April 2012. Penegasan poin dalam perjanjian itu, paling lama dana operasi sebesar Rp 13 juta itu harus dibayarkan pada tanggal 13 Agustus 2012.

Sayangnya, hingga tanggal tersebut, Watno malah tidak memperlihatkan batang hidungnya. Bahkan ketika Ani mencari ke pemukimannya. Juga tidak mendapati kabar keberadaan Watno. Merasa tertipu, Ani pun bertekad melanjutkan kasus itu ke pihak yang berwajib. Apalagi sisa utang sebesar satu juta juga belum dibayarkan Ani.

Bahkan Ani merasa semakin terpuruk ketika laporanya tidak diterima di Polres Pematangsiantar karena petugas SPK beralasan lokasi TKP-nya diluar wilayah hukum Polres Pematangsiantar melainkan di Polres Simalungun. Selanjutnya Ani ditemani adiknya, Sarah (15) disarankan untuk melapor ke Polres Simalungun di Raya. “Tapi si Wato ini bisa ditangkap kan pak?,” tanyanya lagi pada petugas untuk meyakinkan laporannya.

Bahkan sempat mengejar wartawan karena Ani merasa sudah di abadikan lewat kamera foto. Memohon sembari menangis agar wajahnya tak terpampang di media karena taku nama baik ayahnya tercemar di kampungnya. “Tolonglah pak, tangkap wartawan itu. Sudah difoto aku,” ujarnya sembari menujuk salah seorang wartawan lokal. (Ndo)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Penjambret Ditelanjangi Massa

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler