SURABAYA - Bagi pria yang belakangan sering lupa, mudah marah, cepat lelah, mood berubah, dan cenderung sensitif, bisa jadi itu merupakan pertanda awal andropause. Jadi, bukan hanya kaum perempuan yang memiliki limit dalam kehidupan seksual atau yang sering disebut menopause. Pada pria pun, kejadian itu tidak bisa dihindarkan.
Bedanya, andropause tidak secara langsung menyetop pertumbuhan hormon seperti terjadi pada perempuan. Namun, turunnya secara bertahap. Penurunan hormon testoteron tersebut sesuai dengan pertambahan usia dan itu dimulai dari usia 30 tahunan.
"Fungsi seksual ataupun fertilitas tidak berhenti sama sekali pada laki-laki yang mengalami gejala andropause. Namun, terjadi penurunan kualitas secara bertahap," kata dr Alvin Ng, pakar endokrinologi dari Endocrine Clinic Mount Elizabeth Novena Hospital.
Jika tidak diatasi, penurunan tersebut, kata Alvin, dapat membuat seorang pria seperti kalah dalam pertarungan di medan perang. Tentu saja hal itu akan berimplikasi pada kondisi kehidupannya secara umum.
Gejala lain dari kondisi medis tersebut adalah kekurangan energi, libido rendah, disfungsi ereksi, banyak berkeringat tiap malam, banyaknya rambut yang rontok, dan susah tidur atau insomnia. Puncak hormon pertumbuhan laki-laki terjadi pada usia 20 tahunan. Jumlahnya akan turun sekitar 14 persen setiap sepuluh tahun sesudahnya.
Pada usia 40 tahun, hormon pertumbuhan telah hilang hampir setengahnya. Pada usia 80-an, yang tersisa hanya beberapa persen. "Tetapi, efek andropause bisa dikurangi melalui kombinasi perubahan gaya hidup dan program pengobatan yang disesuaikan. Apalagi, kini semakin banyak rumah sakit yang menawarkan pengobatan untuk mengatasi andropouse," jelasnya.
Gaya hidup yang dimaksud tentu berhubungan dengan pola makan sehat dan rutin berolahraga. Namun, hal itu disesuaikan dengan usia. "Begitu juga pola tidur. Delapan jam sehari adalah waktu ideal yang harus dipenuhi," terangnya.
Pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi andropause adalah pemberian hormon testosteron atau pengobatan sulih hormon alias hormone replacement therapy (HRT). (nji/c8/ayi)
Bedanya, andropause tidak secara langsung menyetop pertumbuhan hormon seperti terjadi pada perempuan. Namun, turunnya secara bertahap. Penurunan hormon testoteron tersebut sesuai dengan pertambahan usia dan itu dimulai dari usia 30 tahunan.
"Fungsi seksual ataupun fertilitas tidak berhenti sama sekali pada laki-laki yang mengalami gejala andropause. Namun, terjadi penurunan kualitas secara bertahap," kata dr Alvin Ng, pakar endokrinologi dari Endocrine Clinic Mount Elizabeth Novena Hospital.
Jika tidak diatasi, penurunan tersebut, kata Alvin, dapat membuat seorang pria seperti kalah dalam pertarungan di medan perang. Tentu saja hal itu akan berimplikasi pada kondisi kehidupannya secara umum.
Gejala lain dari kondisi medis tersebut adalah kekurangan energi, libido rendah, disfungsi ereksi, banyak berkeringat tiap malam, banyaknya rambut yang rontok, dan susah tidur atau insomnia. Puncak hormon pertumbuhan laki-laki terjadi pada usia 20 tahunan. Jumlahnya akan turun sekitar 14 persen setiap sepuluh tahun sesudahnya.
Pada usia 40 tahun, hormon pertumbuhan telah hilang hampir setengahnya. Pada usia 80-an, yang tersisa hanya beberapa persen. "Tetapi, efek andropause bisa dikurangi melalui kombinasi perubahan gaya hidup dan program pengobatan yang disesuaikan. Apalagi, kini semakin banyak rumah sakit yang menawarkan pengobatan untuk mengatasi andropouse," jelasnya.
Gaya hidup yang dimaksud tentu berhubungan dengan pola makan sehat dan rutin berolahraga. Namun, hal itu disesuaikan dengan usia. "Begitu juga pola tidur. Delapan jam sehari adalah waktu ideal yang harus dipenuhi," terangnya.
Pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi andropause adalah pemberian hormon testosteron atau pengobatan sulih hormon alias hormone replacement therapy (HRT). (nji/c8/ayi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terapi Vampir Atasi Kebotakan
Redaktur : Tim Redaksi