SURABAYA - Kredit usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Jatim terus tumbuh. Meskipun demikian, pertumbuhannya di bawah penyaluran total kredit. Ini berarti penyerapannya masih rendah
Pemimpin Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Mohammad Ishak saat ini pertumbuhan kredit umum per kuartal I- 2013 mencapai 27 persen, sementara penyerapan kredit UMKM hanya kisaran 11,3 persen. Walaupun secara pencapaian, angka tersebut mengalami kenaikan dibanding akhir 2012 yang hanya sebesar 9,93 persen dan di 2011 sebesar 9 persen. "Ini artinya porsi UMKM jadi kecil. Semakin lama tergerus," tuturnya.
Padahal, dilihat dari nilainya, penyerapan kredit sektor UMKM mencapai Rp70 triliun atau sekitar 30 persen dari total penyaluran kredit di Jatim yang mencapai Rp 240 triliun. Selain itu, UMKM yang mencapai 4,2 juta orang memberi sumbangan lebih dari 50 persen dari PDRB Jatim
Masih rendahnya tingkat pertumbuhan tersebut menurut Ishak salah satunya disebabkan oleh keengganan pelaku UMKM untuk mendapatkan pinjaman dana dari perbankan. Meski demikian, hal ini tidak menyurutkan niat pelaku usaha perbankan untuk terus menyasar sektor tersebut.
Pihak perbankan mengaku akan tetap memberikan ruang yang luas bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan pinjaman. "Melalui ajang Bank dan UMKM Expo, kita mencoba mendekatkan diri. Even ini mulai Rabu sampai Minggu besok," ujarnya.
Pemimpin BNI Surabaya Dasuki Amsir yang juga menjabat sebagai Ketua Pelaksana Bank & UMKM Expo 2013 mengakui banyak UMKM yang merasa enggan dan tidak mau meminjam dana dari bank. Padahal, mereka feasible tetapi tidak bankable "Itu yang harus dibantu agar UMKM bisa menjadi besar," tambahnya.
Dasuki sendiri menyebut pada kuartal I ini penyaluran kredit UMKM mencapai Rp 13 triliun atau tumbuh 17 persen. Sedangkan, total kredit membukukan lebih Rp 20 triliun dengan growth 28 persen. "Kredit UMKM terbesar didominasi oleh sektor pertanian dan perdagangan," katanya.
Pertanian, ujarnya, adalah sektor potensi di Jatim. Meskipun, banyak perbankan yang menghindari, karena faktor resiko yang tinggi. "Kita meminimalisasi resiki petani dengan sistem plasma. Selama ini, kita membiayai petani-petani dibawah binaan PTPN . Antara lain, petani tebu, teh, dan kopi," paparnya.(dio)
Pemimpin Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Mohammad Ishak saat ini pertumbuhan kredit umum per kuartal I- 2013 mencapai 27 persen, sementara penyerapan kredit UMKM hanya kisaran 11,3 persen. Walaupun secara pencapaian, angka tersebut mengalami kenaikan dibanding akhir 2012 yang hanya sebesar 9,93 persen dan di 2011 sebesar 9 persen. "Ini artinya porsi UMKM jadi kecil. Semakin lama tergerus," tuturnya.
Padahal, dilihat dari nilainya, penyerapan kredit sektor UMKM mencapai Rp70 triliun atau sekitar 30 persen dari total penyaluran kredit di Jatim yang mencapai Rp 240 triliun. Selain itu, UMKM yang mencapai 4,2 juta orang memberi sumbangan lebih dari 50 persen dari PDRB Jatim
Masih rendahnya tingkat pertumbuhan tersebut menurut Ishak salah satunya disebabkan oleh keengganan pelaku UMKM untuk mendapatkan pinjaman dana dari perbankan. Meski demikian, hal ini tidak menyurutkan niat pelaku usaha perbankan untuk terus menyasar sektor tersebut.
Pihak perbankan mengaku akan tetap memberikan ruang yang luas bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan pinjaman. "Melalui ajang Bank dan UMKM Expo, kita mencoba mendekatkan diri. Even ini mulai Rabu sampai Minggu besok," ujarnya.
Pemimpin BNI Surabaya Dasuki Amsir yang juga menjabat sebagai Ketua Pelaksana Bank & UMKM Expo 2013 mengakui banyak UMKM yang merasa enggan dan tidak mau meminjam dana dari bank. Padahal, mereka feasible tetapi tidak bankable "Itu yang harus dibantu agar UMKM bisa menjadi besar," tambahnya.
Dasuki sendiri menyebut pada kuartal I ini penyaluran kredit UMKM mencapai Rp 13 triliun atau tumbuh 17 persen. Sedangkan, total kredit membukukan lebih Rp 20 triliun dengan growth 28 persen. "Kredit UMKM terbesar didominasi oleh sektor pertanian dan perdagangan," katanya.
Pertanian, ujarnya, adalah sektor potensi di Jatim. Meskipun, banyak perbankan yang menghindari, karena faktor resiko yang tinggi. "Kita meminimalisasi resiki petani dengan sistem plasma. Selama ini, kita membiayai petani-petani dibawah binaan PTPN . Antara lain, petani tebu, teh, dan kopi," paparnya.(dio)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Produksi 7.000 unit Ertiga Perbulan
Redaktur : Tim Redaksi