Percayalah...Fundamental Ekonomi Kuat, nih Datanya

Senin, 07 Maret 2016 – 08:41 WIB
Uang di bank. Foto: ilustrasi.dok.Jawa Pos

jpnn.com - JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo mengatakan, Indonesia cukup pantas mendapat peringkat layak investasi (investment grade) dari lembaga rating internasional Standard & Poor’s (S&P). Alasannya, fundamental ekonomi Indonesia berangsur membaik.

”Ada progres dan komitmen untuk menuju itu (investment grade),” ujarnya di Jakarta akhir pekan lalu.

BACA JUGA: Investasi Pasar Saham Yakin Naik Meski Masih Terendah

Agus menjelaskan, penilaian tersebut berdasar kondisi fundamental makroekonomi dan kebijakan moneter serta fiskal. Dari sisi fiskal, ada peningkatan signifikan terhadap belanja modal dan pengeluaran pemerintah sejak awal tahun ini. 

Sejalan dengan hal itu, subsidi yang tidak produktif pun telah dikurangi. Hal tersebut diharapkan bisa memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi daripada tahun lalu.

BACA JUGA: Airlines Tolak Kenaikan Airport Tax

Peluang tersebut akan makin terbuka lebar jika sektor swasta ikut mendorong peningkatan investasi. Penurunan bunga kredit single digit, lanjut dia, juga dapat mendorong terbukanya peluang investment grade. ”Diharapkan kuartal kedua dan ketiga tahun ini akan terlihat peningkatan investasi sektor swasta,” tambah Agus.

Namun, dia juga mengingatkan bahwa peluang itu memiliki sejumlah catatan yang harus diperhatikan serius semua pihak, termasuk pemerintah. Di antaranya, adanya perbaikan pada aspek konstitusional, yaitu kepastian hukum. Dia mendorong RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) segera disahkan sebagai salah satu bentuk kepastian.

BACA JUGA: Untuk Lion Group, Simak Nih Pesan Komisi V DPR

Kini nasib RUU JPSK telah diajukan pemerintah ke DPR. Ke depan, fungsi RUU JPSK akan dijadikan dasar hukum untuk mengambil keputusan ketika ada ancaman krisis keuangan di Indonesia. ”Jadi, misalnya UU JPSK bisa segera terselesaikan, itu akan memberikan nilai tambah,” imbuhnya.

Indikator lain adalah capaian defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang juga menurun pada tahun lalu menjadi sekitar 2 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). 

Tahun ini defisit transaksi berjalan mungkin lebih besar karena kenaikan impor bahan baku. Namun, Agus memproyeksikan defisit transaksi berjalan masih berada di bawah 2,7 persen.

Bukan hanya itu. Capaian inflasi tahun ini juga diprediksi bakal sesuai target yang mencapai 4 persen plus minus 1 persen. Dengan indikator-indikator yang menunjukkan perbaikan tersebut, sudah semestinya hal itu tidak menghalangi prospek ekonomi Indonesia yang lebih cerah ke depan. Karena itu, semestinya S&P dapat menaikkan rating Indonesia menjadi layak investasi. 

”Brasil dan Tiongkok yang (rating-nya) downgrade. Kalau Indonesia bisa memperoleh upgrade (kenaikan rating), tentu suatu hal baik,” ujarnya. Data menunjukkan bahwa kini sudah ada dua lembaga rating internasional yang memberikan peringkat layak investasi. Yaitu, Moody’s Investors Service dan Fitch Rating. Bahkan, Januari lalu Moody’s mempertahankan peringkat kredit Indonesia, yaitu Baa3 dengan prospek stabil. Itu merupakan derajat (notch) terendah level investment grade yang sudah disematkan Moody’s sejak 18 Januari 2012.

Pada awal Januari 2012, Fitch memberikan peringkat BBB- dengan prospek stabil kepada Indonesia. Hal itu merupakan peringkat layak investasi pertama Indonesia dari Fitch dalam kurun 14 tahun terakhir. Namun, S&P hingga kini masih betah menaruh posisi Indonesia di bawah level layak investasi dengan peringkat BB+. (dee/c6/oki)

Fundamental Ekonomi Membaik

Kurs        Rp 13.159/USD

IHSG        4.850,88

Inflasi        0,42 persen (ytd)

BI rate        7 persen

BACA ARTIKEL LAINNYA... Garuda Diminta Maintenance dengan Komponen Dalam Negeri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler