jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemKominfo) mendorong kerja sama dan kolaborasi dalam mewujudkan agenda transformasi digital Indonesia.
Caranya yaitu dengan mengakselerasi transformasi digital pada 4 pilar, yaitu infrastruktur digital sebagai fondasi, pilar masyarakat digital, ekonomi digital dan pemerintahan digital.
BACA JUGA: Singgung Soal KDRT, Olla Ramlan: Orang Pukul Sekali, Aku Pukul Dua Kali!
Pemerintah juga tengah menyelesaikan peta jalan indonesia digital tahun 2021-2024 sebagai panduan dalam percepatan transformasi digital di Indonesia.
Di sektor kesehatan, Kominfo melakukan berbagai upaya transformasi digital seperti penguatan infrastruktur telekomunikasi digital.
BACA JUGA: Istri Lagi Malas Diajak Berhubungan Seksual? Ini 5 Cara Ampuh Merayunya
“Sehingga masyarakat mendapatakan akses internet yang merata dalam pemanfaatan layanan kesehatan digital termasuk telemedicine dan on demand healthcare,” ujar Direktur Ekonomi Digital Kementerian Kominfo I Nyoman Adhiarna.
Nyoman mengatakan Kominfo juga terus memperkuat kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, terutama dalam meningkatkan adopsi teknologi digital.
BACA JUGA: Antisipasi Perubahan Ruang Publik Digital, Pranata Humas Harus Adaptif
Kominfo juga bekerjasama dengan Asosiasi Healthteach Indonesia (AHI) dalam mendorong sosialisasi dan pemanfaatan platform digital bagi tenaga kesehatan, sehingga mempercepat kompetensi dan kapasitas tenaga kesehatan dan masyarakat umum.
“Kominfo perlu mengadakan workshop adopsi teknologi rekam medis elektronik untuk transformasi digital rumah sakit. Sebagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat, tenaga kesehatan dan staf fasilitas kesehatan mengenai peran implementasi rekam medis elektronik pada fasilitas kesehatan,” sambungnya.
Menurutnya, pandemi Covid-19 telah mendorong pengembangan solusi kesehatan melalui teknologi digital untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, serta peningkatan mutu pelayanan.
Selain telemedicine, penerapan teknologi digital juga telah digunakan pada sistem komputasi BPJS kesehatan, serta penerapan sistem terpadu rekam medis elektronik di rumah sakit.
Ketua Healthtech Indonesia, Gregorius Bimantoro menambahkan, banyak startup bidang kesehatan terus bertumbuh.
Pada 2018, baru ada 40 startup bidang kesehatan yang bergabung di AHI.
Kini sudah bertambah menjadi 120 startup kesehatan. Namun para startup ini memiliki kendala koneksi dengan bidang unit pelayanan kesehatan.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Banjarnegara, dr. Latifa Hesty Purwaningtyas berpendapat di tengah berkembangnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, informasi yang cepat dan akurat semakin menjadi kebutuhan utama, baik untuk pemerintah, para pengambil keputusan maupun masyarakat layanan kesehatan pada khususnya.
“Dengan digitalisasi maka kita akan mengurangi file-file yang menggunakan kertas. Dengan digitalisasi data akan lebih aman. Bagaimanapun rekam medis adalah data pribadi pasien. Di era digital ini semua serba efisien dengan teknologi informasi,” seru Latifa.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy