Peredaran Uang Palsu Paling Tinggi di Jatim

Sabtu, 17 Maret 2018 – 07:25 WIB
MIRIP: Uang palsu dengan kemiripan hampir sempurna. FOTO: BALIKPAPAN POS/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Jawa Timur menjadi daerah dengan peredaran uang palsu tertinggi di tanah air.

Hal itu berdasar data Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri.

BACA JUGA: Menyamar Jadi Pembeli, Polisi Gulung Sindikat Upal di Bekasi

Kasubdit Upal Dittipideksus Bareskrim Polri Kombes Wisnu Hermawan menyatakan, empat tahun belakangan Jatim dua kali menempati posisi teratas daerah dengan peredaran upal paling tinggi. Yakni, pada 2015 dan 2017.

"Dari data yang kami himpun mulai 2014 sampai 2017," katanya kemarin.

BACA JUGA: Suryani Punya Warung Tegal, Sambilannya Pengedar Upal

Selain Jatim, DKI Jakarta dan Banten pernah terdata sebagai daerah yang menjadi sasaran utama para pengedar upal.

Selain itu, ada Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), dan beberapa daerah lain di luar Jawa.

"Upal paling banyak beredar di Jawa. Pembuatnya juga banyak di Jawa," terang dia.

Untuk itu, Dittipideksus Bareskrim Polri tidak berhenti mengejar sekaligus membongkar setiap jaringan pengedar upal.

Terakhir mereka menangkap enam orang yang tergabung dalam jaringan pengedar upal di Banten, DKI Jakarta, dan Jabar pada 13 Maret.

Berawal dari informasi yang diterima, dittipideksus menangkap NG dan SR di sekitar Stasiun Cakung, Jakarta Timur.

Penangkapan itu kemudian berlanjut ke para pembuat upal.

"Kami tangkap secara beruntun," ujar Wisnu.

Para pembuat upal yang dia maksud adalah SP, U alias J, dan AS. Ketiganya ditangkap terpisah.

Penangkapan tersebut, sambung Wisnu, kembali berlanjut. Berdasar keterangan yang berhasil mereka dapatkan, ada seorang pemodal yang menggerakkan pengedar dan pembuat upal tersebut.

"Mereka nggak mungkin membuat upal tanpa pemodal," tutur dia.

Berbekal keterangan itu, dittipideksus bergerak ke Depok. Di sana mereka mengamankan SY yang berperan sebagai pemodal.

Menurut Wisnu, SY memberikan modal Rp 50 juta. Uang tersebut diberikan kepada SP dan NG.

Dia meminta keduanya membuat dan mengedarkan upal dengan pecahan Rp 100 ribu.

"Pemodal berharap dengan uang Rp 50 juta bisa balik modal Rp 200 juta," imbuhnya.

Karena dittipideksus cepat menangkap mereka, tidak semua upal yang mereka cetak dapat diedarkan.

"Di antaranya, sepuluh lak upal pecahan Rp 100 ribu," tutur Wisnu. Selain itu, mereka mengamankan alat dan bahan cetak upal. (syn/c10/ang/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler