Pengiriman pertama limbah nuklir Australia yang akan dikembalikan dari pengolahan ulang di Perancis, kini, telah meninggalkan pelabuhan Perancis, dan akan tiba di pantai Australia pada akhir tahun.

Kembalinya 25 ton limbah nuklir memberi tekanan baru pada Pemerintah Australia untuk menemukan lokasi sebagai tempat pembuangan limbah permanen.

BACA JUGA: Alami Masalah Rem, Pesawat Jetstar dari Bali Mendarat Selamat di Perth

Pengiriman itu berjalan hanya sehari setelah sejumlah perempuan Aborijin senior berkumpul di Adelaide untuk menandai perjuangan mereka melawan tempat pembuangan yang sempat diusulkan di Australia Selatan pada 1990-an.


Emily Austin (tengah) dari Coober Pedy dengan anggota komunitas lainnya yang berkampanye melawan tempat pembuangan limbah nuklir di Australia Selatan.

BACA JUGA: Ulang Tahun ke-44, Koko si Gorila Pilih 2 Anak Kucing Sebagai Hadiah

Para perempuan itu mengatakan, mereka akan melawan setiap langkah baru untuk menempatkan limbah di tanah mereka.

Australia telah mengirimkan limbah nuklir ke Perancis, Inggris dan Amerika Serikat untuk diproses.

BACA JUGA: Australia Menggelar Kegiatan Bertatapan Mata Selama Satu Menit

Bahan bakar yang terpakai dikirim ke Perancis dalam empat pengiriman pada tahun 1990-an dan awal 2000-an.

Ketika pengiriman limbah dari Perancis tiba, ia akan disimpan sementara di fasilitas nuklir Lucas Heights, Sydney selatan.

David Sweeny dari Yayasan Konservasi Australia mengatakan, itu adalah pilihan terbaik.

"Ini adalah tempat di mana limbah ini awalnya dihasilkan, dan ini adalah tempat di mana sudah ada fasilitas khusus yang dibangun untuk menampungnya sementara," sebutnya.

"Jadi kami sebut ini sebagai pilihan yang kurang terburuk dan hal yang masuk akal serta bertanggung jawab untuk tetap berada di Lucas Heights," tambahnya.

Pemerintah Australia telah memulai proses untuk mencoba mencarikan tempat pembuangan yang permanen, menyerukan masyarakat untuk mencalonkan lokasi yang memungkinkan secara sukarela.

"Kami berharap akan ada pendekatan yang berbeda dan lebih baik dari apa yang telah digunakan di masa lalu. Apa yang perlu kami lakukan adalah untuk tak melakukan hal yang salah – kami tak perlu terburu-buru,” tutur David.

Ia menyambung, "Limbah radioaktif bertahan dalam waktu yang sangat lama dan itu adalah masalah yang sangat signifikan dan merupakan tantangan manajemen yang sangat signifikan."

Proses nominasi untuk tempat pembuangan limbah berakhir pada bulan Mei, namun Pemerintah belum mengumumkan situs dipilih.

Perempuan Aborijin kenang perjuangan melawan limbah nuklir

Rencana Pemerintah Australia untuk membangun tempat pembuangan limbah nuklir di pedalaman Australia Selatan pada tahun 1998 menghasilkan perlawanan sengit, terutama dari kalangan warga Aborijin setempat.

Sebuah acara yang diadakan di Adelaide pada (15/10) merayakan perjuangan sekelompok perempuan bernama ‘Kupa Piti Kungka Tjuta’, yang berkampanye melawan tempat pembuangan limbah.

Emily Austin dari Coober Pedy adalah salah satu dari mereka.

"Kami dulu melawan, kami bepergian kemana-mana, kami pergi ke Sydney, Melbourne, Adelaide. Kami mengatakan kepada mereka, itu racun dan Anda akan menguburnya di negara bagian kami?,” tuturnya.

"Itu tidak baik," sambung Emily.

Para perempuan itu berkampanye selama enam tahun hingga keputusan Pengadilan Federal mengakhiri upaya pembuangan itu.

Emily mengatakan, ia bisa mengingat hari ketika pengadilan mendukung Australia Selatan.

"Saya sedang berburu dan saya mendengarnya di radio mobil. Kami semua berteriak. Kami menang. Semua kungkas (perempuan) senang," kenangnya.

Sementara Pemerintah Australia masih mencari-cari tempat pembuangan limbah, pedalaman Australia Selatan masih dipandang sebagai lokasi yang ideal.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tak Tahan Diejek Temannya, Pimpinan Kelompok Anti Islam Australia Mundur

Berita Terkait