jpnn.com, DENPASAR - Wahana Edukasi hadir di kota Denpasar dalam rangkaian program Perempuan Dalam Film.
Berlokasi di Prama Sanur Beach Hotel Bali, acara Perempuan Dalam Film menghadirkan para pembuat film dengan latar belakang yang beragam, Dea Panendra (Aktor Perempuan di ‘Marlina, Si Pembunuh dalam Empat Babak’, ‘Penyalin Cahaya’, ‘Mohon Doa Restu’).
BACA JUGA: Kiat Kimmy Jayanti Agar Tetap Produktif & Kesehatan Mental Terjaga dengan Baik
Dita Gambiro (Production Designer ‘Like & Share’, ‘Budi Pekerti’, ‘Jatuh Cinta Seperti di Film-Film’) dan Cassandra Cameron (Penulis Skenario ‘Saiyo Sakato’, ‘Mohon Doa Restu’) untuk berdiskusi bersama mengenai peran, suara, dan dampak kehadiran perempuan dalam film.
“Bali selalu memiliki atraksinya tersendiri bagi sineas lokal maupun mancanegara. Akan sangat besar potensi yang bisa kita gali bersama jika perempuan Bali aktif ikut serta berperan dalam ekosistem perfilman Indonesia," ujar Orchida Ramadhania selaku Direktur Program dari Perempuan Dalam Film.
BACA JUGA: Kisah AyuNabella, dari Jualan di Tanah Abang Hingga Merambah TikTok
Program ini juga didukung oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan Media; Direktorat Jenderal Kemendikbudristek, sebagai salah satu bentuk dukungan nyata pemerintah dalam mewujudkan perbaikan ekosistem perfilman di Indonesia.
“Dalam beberapa tahun terakhir, persentase peserta dalam program Indonesiana Film masih didominasi laki-laki, namun mulai 2023 jumlah peserta perempuan naik sampai dengan 49%, peran perempuan dalam 3 tahun terakhir juga semakin signifikan dan mereka punya kemauan untuk meningkatkan keahlian mereka di bidangnya masing-masing” ujar Direktorat Perfilman, Musik dan Media yaitu Marlina Machfud.
BACA JUGA: Bukan Uang, Modal Utama Pengusaha Muda Adalah Kepercayaan
Bali sebagai salah salah satu daerah dengan potensi perfilman yang tinggi juga menjadi salah satu alasan Perempuan Dalam Film hadir di Denpasar.
Acara ini turut dihadiri oleh sejumlah peserta dari berbagai macam latar belakang, mulai dari komunitas film, mahasiswa/i jurusan film, hingga kelompok perempuan di Bali.
Partisipan yang hadir menyampaikan beberapa situasi yang dihadapi sineas lokal Bali, terutama mengenai masih kurangnya dukungan pemerintah daerah terhadap ekosistem film setempat dan juga kurangnya akses pendanaan dan infrastruktur seperti layar sinema yang masih terpusat di Bali Barat.
“Perjalanan saya menjadi aktor penuh dengan tantangan, mulai dari nyanyi, menjadi kru film, sampai akhirnya ikut kelas akting. Selama proses belajar itu, saya sadar menjadi aktor adalah memanusiakan manusia karena kita belajar memahami dan membangun empati terhadap sekitar," kata Cassandra.
Diharapkan program Perempuan Dalam Film di Denpasar bisa membuka wawasan para perempuan di Bali mengenai pentingnya keterlibatan perempuan dalam film dan juga ragam peran yang bisa diambil dalam industri perfilman, sehingga kedepannya regenerasi pelaku industri terus berjalan demi menunjang bertumbuhnya industri perfilman Indonesia.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada