Seorang warga Tasmania, Stef Gebbie, berhasil melintasi Benua Australia dari Timur ke Barat, menempuh jarak 4.500 km dengan menunggang kuda selama lebih dari tujuh bulan.

Perempuan berusia 27 tahun ini bertolak dari Snowy River di negara bagian Victoria ke kawasan Margaret River di Australia Barat.

BACA JUGA: Pengadilan Saudi Tegaskan Pangeran Mohammed Tak Terlibat Pembunuhan Jamal Khashoggi

Meskipun perjalanannya terbilang epik, namun motivasi Stef melakukan hal ini cukup sederhana.

Ia tidak sedang menggalang dana atau ingin memecahkan rekor, tapi semata-mata ingin menghindari tekanan hidup sehari-hari.

BACA JUGA: Kebakaran Lahan Hancurkan Satu Kota di Australia

"Semua orang menghendaki ketenangan dan kedamaian. Inilah cara saya mendapatkannya," ujar Stef kepada ABC Rural. Terbawa Mimpi Photo: Tadinya Stef Gebbie ingin berkuda dari selatan ke utara Australia namun kondisi kemarau tidak memungkinkan hal itu. (ABC Rural: Jon Daly)

 

BACA JUGA: Australia Segera Buka Museum di Bawah Laut

Awalnya, rencana Stef adalah berkuda melintasi Bicentennial National Trail dari Healesville di Victoria ke Cooktown di daerah tropis Queensland utara. Tapi kondisi kemarau panjang memaksa penutupan sebagian dari jalur tersebut.

"Kemudian saya bermimpi menunggang kuda melintasi Nullarbor," ujarnya, merujuk pada kawasan padang rumput seluas 200 ribu kilometer persegi di Australia Selatan, yang berbatasan dengan Victoria dan Australia Barat.

"Maka rute itulah yang saya tempuh, timur ke barat bukan selatan ke utara," katanya.

Mimpinya tersebut membawa Stef melintasi jurang-jurang di sepanjang "Great Australian Bight" yang menakjubkan.

Ia berhasil melintasi dataran Nullarbor, yang ternyata tidak seperti gurun yang dibayangkan Stef sebelumnya.

Sepanjang perjalanan panjang ini, Stef ditemani dua ekor kuda kesayangannya, bernama Richard dan Tickles.

Mereka biasanya berkemah di lokasi mana saja yang memungkinkan ia dan kudanya bertahan hidup.

Ditemui ABC tiga hari sebelum mencapai tujuannya, Stef sedang berkemah di pinggir kolam, berlindung dari teriknya musim panas Australia Barat. Ia tampak begitu senang, meski perjalanannya tidak selalu menyenangkan.

"Awalnya saya selalu khawatir, bagaimana jika kami tak menemukan air hari ini, bagaimana jika tidak ada rumput di perhentian kami, atau bagaimana jika turun hujan," katanya.

"Tapi saya segera menyadari tidak ada gunanya mengkhawatirkan semua itu, karena kekhawatiran itu tidak akan mengubah apa-apa," ujarnya.

Stef mengaku tidak pernah merasa bosan atau kesepian di perjalanan yang kebanyakan ia tempuh seorang diri.

"Saya rasa kebosanan itu hanyalah gejala ketidakbahagiaan atau ketidakpuasan," ujarnya. Photo: Stef Gebbie melakukan perjalanan ini bersama dua ekor kudanya bernama Richard dan Tickles. (ABC Rural: Jon Daly)

  Richard Pun Menyerah

Stef tidaklah benar-benar sendirian selama perjalanannya itu.

Kuda-kuda kesayangannya, Richard dan Tickles selalu menemani setiap langkahnya.

Selama mampir berkemah, Stef menyibukkan diri dengan mengambil air untuk Tickles dari kolam terdekat.

"Jika cukup beruntung memiliki kuda, Anda mungkin hanya melihatnya beberapa jam seminggu. Makanya melelahkan juga jika harus menghabiskan 24 jam sehari sepanjang minggu bersama kuda-kuda," ujarnya.

Sekitar 300 kilometer dari tujuan akhirnya, salah satu kudanya, yaitu Richard, tak dapat melanjutkan perjalanan karena penyakit misterius.

Kuda itu pun dikirim ke Margaret River dan mendahului Stef dan Tickles.

Namun kejadian itu justru menciptakan suasana hangat di akhir perjalanan.

"Richard berada di kandangnya ketika saya dan Tickles tiba. Dia pun berlari mendatangi kami, bersemangat, ekornya dikibas-kibaskan," kata Stef. Kemurahan Hati di Sepanjang Jalan

Dalam perjalanannya, Stef mengaku banyak mendapat dan menemukan bantuan dan kemurahan hati. Photo: Stef Gebbie saat tiba di kawasan Margaret River di Australia Barat. (ABC Rural: Jon Daly)

 

"Saya membuat blog di akun Facebook yang tadinya hanya untuk teman dan keluarga. Lalu berkembang membentuk komunitas sendiri. Inilah yang sangat membantu saya," jelasnya.

"Banyak orang memghentikanku di jalan dan mengundang makan malam atau mandi di tempat mereka," ujar Stef.

Seorang di antaranya bahkan mengulurkan bantuan untuk membantu Stef dan dua kudanya menyeberangi dataran Nullarbor yang gersang, dengan kendaraannya yang membawa jerami, air, dan makanan.

Meskipun senang karena berhasil tiba di tujuannya, Stef mengaku akan merindukan momentumnya sepanjang perjalanan.

"Jelas ada tantangannya, tapi semuanya dapat kita hadapi dengan tenang dan rasional," katanya.

"Sementara di rumah, kita mungkin didera semua kecemasan mental yang sebenarnya tidak nyata," tambahnya.

Kini sudah terlintas dalam benak Stef untuk melakukan ekspedisi berkuda melintasi Amerika Utara.

Simak berita-berita menarik lainnya dari ABC Indonesia.

BACA ARTIKEL LAINNYA... 2000 Koala Mati Akibat Kebakaran Hutan di Australia

Berita Terkait