jpnn.com, SURABAYA - Sektor perhotelan berpotensi mengurangi tenaga kerja.
Hal tersebut dilakukan sebagai akibat tingginya biaya operasional, mulai upah karyawan hingga perkembangan teknologi saat ini.
BACA JUGA: 2 BUMN Sinergi Bangun Hotel di Perbatasan
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur M. Soleh mengatakan, perkembangan teknologi yang cukup pesat sekarang telah menjadi tantangan tersendiri bagi sektor perhotelan.
”Contohnya, saat ini parkir sudah menggunakan alat sehingga tidak butuh lagi tenaga yang menjaga pintu masuk. Kemudian, juga zaman sekarang berkembang self-service di restoran,” kata Soleh, Rabu (27/9).
BACA JUGA: Dua Pasangan Sejoli Sewa Satu Kamar untuk Begituan, Gantian Gituâ¦
Contoh lainnya adalah layanan hotel yang berupa makanan dan minuman sudah mulai menggunakan produk dari restoran lain.
Dengan demikian, tidak ada koki atau chef yang bekerja di hotel tersebut.
BACA JUGA: Investor Berlomba-lomba Bangun Hotel dan Vila di Mandalika
Sebab, selama ini biaya kitchen dianggap cukup tinggi, mulai bahan pokok hingga gaji para koki.
”Sebetulnya juga bukan semata-mata karena upah karyawan, tapi pengurangan tenaga kerja juga dilakukan karena dampak perkembangan IT itu sendiri,” ujar Soleh.
Berdasar catatan PHRI Jatim, mulai 2014 dunia perhotelan sudah mengurangi tenaga kerja sekitar 200 ribu orang.
Faktor lainnya juga disebabkan turunnya permintaan akomodasi dan ruang rapat akibat kebijakan pemerintah yang memangkas anggaran perjalanan dinas dan rapat-rapat di luar kantor.
Adapun, kontribusi dari sektor pemerintahan terhadap perhotelan sebesar 35–40 persen. (car/c7/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Punya Permintaan Buat Hotel-Hotel BUMN
Redaktur & Reporter : Ragil