Terjalin hubungan sumbang antara Dewi Menohra yang berasal dari bangsa makhluk halus, dengan Sultan Mahmud Syah II. Karena percintaan yang tak lazim, Dewi Menohra memilih meninggalkan Sultan Mahmud dengan sebuah perjanjian diri bahwa Sultan tidak akan pernah mangkat (meninggal) kecuali tertusuk oleh skinnya (keris) sendiri.
Dewi Menohra juga berjanji akan melindungi keturunan Sultan Mahmud serta memastikan bahwa perjanjian tentang mangkatnya Sultan yang tertusuk dengan skinnya sendiri tidak akan berlaku untuk keturunanya kelak. Sebelum Pergi, Dewi Menohra juga berpesan kepada Sultan agar dirinya menggunakan Cik Apong untuk bersalin badan (menikah) dengan dirinya. Kisah Sultan dan Cik Apong menjadi cikal bakal pembenihan Raja Kecik yang nantinya akan menjadi pendiri kerajaan Siak Sri Indrapura, Riau.
Enam pemain yang terlibat tersebut yakni Hari Zardi (Sultan Mahmud), Yussafat Rose Lidya (Dewi Menohra), Wahyu Mualli Bone (Gorda Bianglala), Reza Yulia (Cik Apong), M Syahril (Bujang) dan Siti Salmah (Inang), membawakan dengan apik lakon teater 90 menit ini.
Lakon Peri Bunian yang melibatkan enam pemain dan beberapa orang penari ini digarap secara khas, imajinatif dan mistik. Semuanya ditampilkan dalam sebuah permainan warna, pencahayaan serta kesetaraan dan keserasian antara isi cerita, pagelaran dengan setting panggung yang dikemas saling bersentuhan.
Kisah yang menggelitik begitu terasa saat terjadinya dialog antara Mak Inang dan Bujang Selamat. Membuat penonton yang hadir ikut hanyut dalam jalan cerita. Termasuk Gubernur Riau Rusli Zainal dan para seniman Riau lainnya yang datang menyaksikan pertunjukan.
Gubri mau pun hadirin terlihat berkali-kali tertawa lepas melihat adegan lucu tersebut. ''Memang sangat asyik dan menghibur dan yang pasti syarat dengan sejarah melayu Riau,'' kata Gubri.
Lakon peri bunian merupakan hasil karya Komunitas Seni Rumah Sunting (KRS). Sabtu (20/10) malam, KRS memenuhi undangan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Kesenian Jakarta (FSP-IKJ) untuk menampilkan karya teater tersebut di gedung pertunjukan Luwes IKJ. Karya yang disutradarai Kunni Masrohanti sekaligus Pembina KRS ini, mendapat sambutan hangat dari segenap dosen dan mahasiswa di sana.
Hadir juga dalam pergelaran ini ketua Dewan Kesenian Riau (DKR) sekaligus ketua Yayasan Sagang Kazzaini KS, seniman Riau Jakarta Asrizal Nur, Ketua FSP-IKJ Bejo Sulaktono, Himpunan Mahasiswa Riau Jakarta (HMRJ), berbagai sanggar teater dan masih banyak lainnya.
Sebagai Ketua FSP-IKJ, Bejo Sulaktono menyampaikan tentang perkembangan teater Indonesia dan daerah pada khususnya. ''Tapi baru ini pertama kali IKJ mengundang teater dari Riau. Yakni dengan mengundang Komunitas Seni Rumah Sunting yang dibina Kunni Masrohanti dengan karyanya Peri Bunian,'' kata Bejo memberi apresiasi.
Sementara itu, Gubri HM Rusli Zainal mengaku bangga bisa menyaksikan langsung pertunjukan teater yang mengangkat sejarah Melayu Riau ini. Cerita yang diangkat dalam seni teater tentang Kerajaan Siak Sri Indrapura, menurut Gubri merupakan karya yang luar biasa. Sederhana namun sarat makna dan layak terus dikembangkan untuk dikenal Indonesia. Karena dulunya, kerajaan Siak Sri Indrapura, Riau juga menjadi salah satu kerajaan besar di nusantara.
"Tidak banyak yang tahu tentang kerajaan Siak ataupun tentang kebesaran kerajaan Melayu Riau lainnya. Karena itu saya bangga sekali, masih ada seniman yang serius menggarap warisan budaya ini. Saya beri apresiasi tinggi pada mereka," kata Gubri.
Sementara itu pembina KRS, Kunni mengatakan bangga karena bisa melaksanakan pergelaran di kampus IKJ yang memang merupakan pusatnya dunia peran. ''Kami bukanlah yang terbaik di Riau. Kami adalah orang-orang yang memiliki banyak kekurangan. Jadi kami datang ke sini bukan untuk memberikan yang terbaik, tapi berbagi dengan kawan-kawan di IKJ. Terimakasih kepada IKJ yang telah mengundang kami ke sini,'' kata Kunni pula.(iya)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Christina Aguilera Tak Mau Pakai Celdam
Redaktur : Tim Redaksi