Perihal Disertasi Bahlil, Prof Iswandi: Secara Prosedur Pasti Sudah Lewati Tahapan Ujian

Senin, 21 Oktober 2024 – 09:44 WIB
Bahlil Lahadalia. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Iswandi Syahputra memberikan pandangannya terkait dugaan plagiasi disertasi dan cepatnya masa studi Menteri ESDM Bahlil Lahadalia untuk mendapat gelar Doktor dari Universitas Indonesia (UI).

Menurut Profesor Iswandi, semua disertasi pada Perguruan Tingggi itu harus lulus similarity dengan tingkat presentasi berbeda-beda. Ada yang 20 persen hingga 35 persen.

BACA JUGA: Profesor Teguh Dartanto: Status Gelar Doktor Bahlil Sudah Sesuai Prosedur

"Dan, itu pasti secara prosedur sudah dilalui melalui semua tahapan ujian hingga sampai pada ujian terbuka. Dalam hal ini, saya harus percaya dan menghormati mekanisme birokrasi akademik di semua Perguruan Tinggi," kata Iswandi, Senin (21/10).

Doktor lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini pun menegaskan kampus sebesar UI tidak mungkin meluluskan disertasi untuk diuji secara publik yang memiliki tingkat plagiasi tinggi, misalnya di angka 40 persen bahkan lebih.

BACA JUGA: AIMRI: Disertasi Bahlil Relevan Menjawab Tantangan Hilirisasi Nikel

Terkait durasi studi doktoral yang ditempuh Bahlil hanya 2 tahun, Iswandi menyampaikan berdasarkan aturan di UI, mahasiswa S3 dapat mengambil maksimum 24 SKS dalam tiga semester, yang jika dijumlahkan mencapai 72 SKS.

Namun, mahasiswa juga dapat memanfaatkan semester pendek atau semester antara untuk menambah beban SKS mereka, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Ayat 3 peraturan akademik UI.

BACA JUGA: Bahlil Lahadalia Resmi Bergelar Doktor, Sarmuji: Berdampak Positif Bagi Kepemimpinan di Golkar

Dengan demikian, perhitungan maksimum yang sah mencapai 90 SKS dalam dua tahun masa studi, melebihi syarat minimal 88 SKS yang dibutuhkan untuk menyelesaikan program doktor.

“Kalau soal masa studi doktor hanya 2 tahun di UI, itu soal nasib. Saya doktor tercepat di UGM hanya 19 bulan, tidak sampai dua tahun. Tapi nasibnya tidak jadi menteri,” ujar Iswandi sambil berkelakar.

Terlepas dari dua polemik tersebut, Iswandi mengapresiasi kegigihan Bahlil untuk memperoleh gelar Doktor melalui studi S3 di tengah kesibukannya sebagai menteri.

“Jika dia mau, mungkin dia bisa saja mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari kampus ternama di dalam atau di luar negeri tanpa harus mengikuti kuliah atau mengerjakan tugas-tugas layaknya mahasiswa regular atau hingga menghadapi ujian terbuka yang persiapannya sangat tidak mudah,” papar mantan Wakil Rektor UIN Sunan Kalijaga ini.

Hal ini, katanya, menunjukkan Bahlil serius ingin menimba ilmu di UI seperti seniornya Akbar Tandjung menimba ilmu hingga Doktor di UGM atau SBY menimba ilmu hingga Doktor di IPB.

"Di sini saya  harus menaruh hormat pada Bahlil karena dia justru memilih ‘jalur lambat’ untuk mendapatkan Doktor dan serius ingin menimba ilmu dan pengetahuan dari Perguruan Tinggi hingga sampai di ujung studi ujian terbuka Doktor," ujar Iswandi.

"Jika tidak percaya pada Bahlil, itu persoalan personal masing-masing. Tentu saja sebagai pejabat yang memiliki karakter agak terbuka dan spontan, tidak semua orang bisa dipaksa menyukai Bahlil," pungkas Profesor Iswandi.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler